Bab 14: Dalam Bayang Pengkhianatan

3 0 0
                                    

Di tempat lain di istana, Althea sedang berjalan-jalan di koridor istana dengan perasaan yang bercampur aduk. Udara dingin di Kerajaan Es masih sulit ia biasakan, tetapi yang lebih mengganggunya adalah atmosfer di dalam istana itu sendiri. Sejak menikah dengan Kael, dia bisa merasakan ada yang salah. Bisikan-bisikan halus tentang pengkhianatan dan ketidakpercayaan mulai menghantui pikirannya.

Kael, yang berjalan di sampingnya, juga tampak tenggelam dalam pikirannya sendiri. Sejak pernikahan mereka, dia merasa bahwa posisinya sebagai pangeran semakin lemah. Beberapa bangsawan yang dulu mendukungnya kini mulai menjauh. Dan ada desas-desus yang mulai beredar tentang kesetiaan Althea.

"Kael," Althea memecah keheningan. "Apakah kau merasa ada yang aneh di istana ini? Sepertinya banyak orang yang tidak benar-benar mendukung kita."

Kael menatapnya, ragu sejenak sebelum akhirnya mengangguk. "Aku juga merasakannya. Beberapa bangsawan semakin dingin padaku, dan aku tahu mereka tidak menyukai pernikahan kita. Tapi aku tidak bisa membiarkan itu mengganggu kita, Althea. Kita harus tetap kuat."

"Tapi ada sesuatu yang lebih dari sekadar ketidaksukaan," Althea melanjutkan, matanya menyelidik. "Aku merasa ada rencana di balik semua ini. Seolah-olah seseorang sedang mencoba menghancurkan kita."

Kael terdiam, berpikir keras. "Kau mungkin benar. Sepupuku, Therion... Dia selalu ambisius. Aku tidak akan terkejut jika dia ada di balik ini semua. Tapi kita belum punya bukti yang cukup."

Althea mengangguk. "Kita harus berhati-hati. Jika benar ada pengkhianatan, kita tidak bisa bergerak terburu-buru. Tapi kita juga tidak bisa duduk diam."

Mereka berdua terus berjalan, tak menyadari bahwa beberapa pasang mata dari kejauhan mengawasi setiap gerakan mereka. Therion sudah mulai menjalankan rencananya, dan desas-desus tentang ketidaksetiaan Althea mulai menyebar perlahan-lahan di seluruh istana.

Beberapa hari kemudian, Althea menerima surat misterius di kamarnya. Surat itu tidak memiliki nama pengirim, tetapi isinya cukup mengejutkan.

"Althea, kau harus tahu bahwa Kael tidak sepenuhnya jujur padamu. Ada rahasia yang dia sembunyikan. Jika kau ingin tahu kebenarannya, temui aku di ruang bawah tanah malam ini."

Althea memandangi surat itu dengan perasaan campur aduk. Ada sesuatu yang mencurigakan, tapi jika itu benar, dia harus tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tanpa memberitahu Kael, Althea memutuskan untuk pergi ke ruang bawah tanah pada malam hari.

Sementara itu, Kael juga mulai mendengar desas-desus bahwa Althea memiliki hubungan rahasia dengan salah satu penasihat dari Kerajaan Sihir. Meskipun Kael ingin mempercayai istrinya, desas-desus itu terus menghantuinya, membuatnya ragu.

Malam itu, Althea menyelinap menuju ruang bawah tanah seperti yang tertulis dalam surat. Hatinya berdebar-debar, antara waspada dan penasaran. Saat sampai di sana, dia menemukan Therion berdiri dengan ekspresi yang penuh tipu muslihat.

"Therion? Kau yang mengirim surat ini?" tanya Althea dengan nada bingung.

Therion tersenyum tipis. "Aku hanya ingin memastikan kau tahu kebenarannya, Althea. Kael bukanlah pria yang kau kira. Dia punya agenda lain, dan dia tidak sepenuhnya setia padamu."

Althea memandang Therion dengan curiga. "Kenapa aku harus percaya padamu? Sejak awal, kau tidak pernah mendukung pernikahan kami."

"Karena aku peduli pada Kerajaan Es," jawab Therion dengan nada meyakinkan. "Aku ingin melindungi kerajaan ini dari kehancuran. Kau bisa memilih untuk percaya atau tidak, tapi aku hanya memberimu peringatan."

Althea merasa semakin bingung. Dia tahu bahwa Therion mungkin memiliki agenda tersendiri, tapi kata-katanya cukup mengguncang keyakinannya. Tanpa memberikan jawaban pasti, Althea meninggalkan ruang bawah tanah dan kembali ke kamarnya, mencoba memikirkan apa yang sebenarnya terjadi.

Di sisi lain, Kael juga mulai merasa terjebak dalam kebohongan dan intrik yang dibuat oleh Therion dan para pengikutnya. Dia tahu ada sesuatu yang tidak beres, tetapi belum bisa memahami sepenuhnya apa yang sedang terjadi.

Ketika pagi menjelang, desas-desus tentang ketidakpercayaan semakin menyebar. Beberapa bangsawan bahkan berbisik bahwa Kael dan Althea tidak akan bertahan lama. Di balik layar, Therion terus merajut rencana pengkhianatan yang akan mengguncang fondasi Kerajaan Es.

Namun, di tengah semua keraguan dan kebohongan, Kael dan Althea mulai menyadari bahwa satu-satunya cara untuk bertahan adalah dengan saling percaya, terlepas dari apa yang dikatakan orang lain. Pertarungan mereka melawan para pengkhianat di istana baru saja dimulai, dan hanya dengan persatuan yang kokoh mereka bisa menghadapi ancaman ini bersama.

Kekuasaan dan ambisi mungkin berusaha memisahkan mereka, tetapi hati mereka yang perlahan mulai terbuka satu sama lain adalah benteng terakhir yang dapat menyelamatkan mereka.

Kael dan Althea perlahan menyadari bahwa di tengah intrik dan pengkhianatan, hanya dengan saling percaya dan bekerja sama mereka bisa bertahan. Malam berikutnya, Althea menatap Kael di ruang pertemuan mereka, matanya dipenuhi keraguan dan ketakutan. Namun, dia tahu mereka harus berbicara.

"Kael," Althea memulai dengan suara rendah namun tegas. "Kita perlu membicarakan sesuatu yang penting. Ada desas-desus... tentang kita."

Kael menoleh, alisnya mengernyit. "Aku juga mendengar beberapa rumor. Mereka ingin kita saling mencurigai, Althea. Aku bisa merasakan itu."

Althea mengangguk, berjalan mendekati Kael dengan hati-hati. "Tadi malam, aku menerima surat misterius, yang mengatakan bahwa kau menyembunyikan sesuatu dariku. Aku pergi untuk menemui orang itu, dan ternyata itu Therion."

Kael membeku, matanya menyipit penuh amarah. "Therion? Apa yang dia katakan padamu?"

"Dia mencoba membuatku percaya bahwa kau memiliki agenda tersembunyi. Aku tidak percaya sepenuhnya, tapi aku juga tidak bisa mengabaikannya begitu saja. Kael, apa sebenarnya yang sedang terjadi?" Althea bertanya dengan penuh kekhawatiran.

Kael mendesah berat, menatap lantai sebelum akhirnya menatap Althea. "Aku tidak punya rahasia dari mu, Althea. Satu-satunya rahasia yang mungkin belum kau ketahui adalah betapa para bangsawan ini ingin memisahkan kita. Therion lebih dari sekadar sepupu yang ambisius—dia ingin mengambil tahtaku."

Althea memandang Kael dengan penuh empati. "Kalau begitu, kita harus melawannya bersama. Tapi kita tidak bisa hanya menunggu mereka menyerang. Kita perlu mengambil inisiatif."

Kael tersenyum kecil, meskipun di matanya masih tersirat rasa waspada. "Kau benar. Kita perlu menyusun rencana. Jika kita bisa menunjukkan pada mereka bahwa kita kuat dan tak tergoyahkan, para pengkhianat itu akan kehilangan pijakan."

Althea mengulurkan tangannya, menggenggam tangan Kael erat. "Aku di sini bersamamu. Kita akan menghadapi ini bersama-sama."

Pada saat itu, mereka berdua menyadari bahwa kepercayaan mereka satu sama lain adalah satu-satunya kekuatan yang dapat mengalahkan musuh di tengah mereka. Meskipun ancaman pengkhianatan semakin nyata, hati mereka yang perlahan terbuka akan menjadi senjata terkuat mereka dalam menghadapi intrik yang akan datang.

Bersambung...

The Winterspell: Putri Kerajaan Sihir Agung dan Pangeran Negeri EsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang