Bab 11: Tetesan Pertama Kehangatan

4 5 0
                                    

Malam itu, di atas istana yang megah, bintang-bintang bersinar cerah di langit. Angin sepoi-sepoi menyusup di antara dinding-dinding batu, membawa aroma malam yang segar. Althea duduk di balkon, memandang luas ke arah lembah yang dipenuhi pepohonan dan cahaya bulan yang menerangi permukaan tanah.

Tiba-tiba, suara langkah kaki mendekat. Althea menoleh dan melihat Kael, yang terlihat ragu sebelum akhirnya menghampirinya. “Apakah aku mengganggu?” tanyanya pelan.

“Tidak sama sekali,” jawab Althea, mencoba menunjukkan senyuman yang ramah. “Aku justru senang ada teman di sini.”

Kael melangkah lebih dekat dan duduk di sisi balkon. “Pemandangannya indah, ya?” Dia menatap langit, menandakan ketenangan yang mengisi hati mereka berdua.

“Ya, sangat indah. Terkadang aku merasa terasing di sini, tapi malam ini aku merasa lebih hidup,” kata Althea sambil menatap bulan. “Sepertinya malam ini lebih istimewa.”

“Mungkin karena kita baru saja menghadapi situasi sulit,” Kael menjawab, melihat wajah Althea. “Kau melakukan pekerjaan yang baik di pertemuan tadi.”

Althea menatapnya dengan mata bersinar. “Terima kasih. Aku hanya berusaha melakukan yang terbaik untuk kerajaan ini. Tapi, sejujurnya, aku juga merasa gugup.”

“Gugup? Kenapa?” tanya Kael, ingin tahu lebih dalam.

“Karena aku merasa terjebak di antara banyak orang dan harus membuat keputusan yang bisa mempengaruhi banyak kehidupan,” jelas Althea. “Mungkin aku hanya seorang gadis biasa yang mencoba mengubah sesuatu yang besar.”

Kael mengangguk, memahami beban yang ditanggung Althea. “Kau lebih dari itu, Althea. Kau memiliki keberanian yang jarang dimiliki orang. Itu sesuatu yang berharga di dunia ini.”

Althea merasa jantungnya berdegup kencang mendengar pujian Kael. “Kau juga memiliki keberanian, Kael. Kita semua berjuang untuk sesuatu yang kita percayai, bukan?”

“Ya, tetapi kadang aku merasa terlalu terjebak dalam pandanganku sendiri,” Kael mengakui. “Mungkin aku terlalu keras pada diriku sendiri. Aku merasa harus melindungi semuanya, tapi kadang aku hanya membuat segalanya menjadi lebih rumit.”

“Tidak ada yang sempurna. Kita semua berjuang dengan cara kita sendiri,” Althea berkata lembut. “Dan terkadang, dengan berbagi beban, kita bisa menemukan cara baru untuk melanjutkan.”

Kael memandang Althea, dan dalam diam, ada sesuatu yang tidak terucapkan di antara mereka. Hati mereka mulai merasakan kehangatan yang baru, seakan-akan ada hubungan yang tumbuh di antara keduanya, meskipun masih dalam keraguan.

“Bagaimana kalau kita mencoba untuk melihat dunia dari sudut pandang yang berbeda?” saran Kael, ingin memecah keheningan. “Mungkin itu bisa membantu kita menemukan solusi untuk masalah kita.”

“Bagaimana maksudmu?” tanya Althea, penasaran.

“Mari kita berbagi cerita. Tentang masa lalu kita, harapan kita, apa yang kita inginkan untuk kerajaan ini,” jawab Kael. “Mungkin dengan begitu kita bisa lebih memahami satu sama lain.”

Althea tersenyum, merasa senang dengan ide tersebut. “Baiklah. Aku akan mulai. Sejak kecil, aku selalu bermimpi untuk melihat dunia di luar kerajaan ini. Aku ingin menemukan keindahan yang tersembunyi dan menjadikannya bagian dari kisahku.”

“Mimpi yang indah,” Kael berkata. “Aku ingin mendengar lebih banyak.”

“Dan bagaimana denganmu? Apa yang kau inginkan?” Althea bertanya kembali.

Kael menarik napas dalam-dalam. “Aku ingin menjadi pemimpin yang bisa membuat perubahan. Namun, terkadang aku merasa terjebak dalam tradisi dan harapan orang lain. Aku ingin melindungi orang-orang, tetapi aku juga ingin menjelajahi dunia seperti yang kau lakukan.”

The Winterspell: Putri Kerajaan Sihir Agung dan Pangeran Negeri EsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang