08.

95 22 3
                                    

menangisi idolanya? Jana tertawa sendiri mendengar nya. jadi saat Jana hendak membuat bubur, rupa rupanya Aray meluapkan segala kesedihan nya kepada Kavi.

Jana yang mendengar cerita itu dari Kavi langsung meledakan tawanya, mengabaikan tuan rumah yang merengut tidak suka.

setelah menceritakan kisah singkat yang dialami sang kakak, kavi langsung berpamitan kepada Jana, katanya sih ingin bermain. tak lupa ia mengecup pipi gembil milik sang papa sebelum berpamitan meninggalkan dua orang dewasa itu.

canggung, itulah yang dirasakan kedua makhluk Adam diruangan itu.

"ekhem."

"kak Jana nggak ke butik?" tanya Aray memulai percakapan. barulah Jana merasa lebih relax karena ia sempat beranggapan kalau tetangganya sakit hati karena ledekan nya.

"hmmm, nggak? kan kamu sakit." celetuk Jana.

"aduh perhatian sekali, jadi suka." ledek Aray yang kemudian dibalas cubitan gemas dari Jana.

"apasih!"

"oke Aray, coba ceritakan pada ku. apa yang sebenarnya terjadi?"

"eh?" wajah Aray memerah karena mengingat kejadian memalukan itu lagi, sejujurnya setelah ia merenungi nya sambil mendengar wejangan dari Jana, ia total merasa malu akan kebodohan nya.

"itu—kan tadi sudah diceritakan kavi?"

"sudah sih, tapi kan ingin mendengar yang lebih lengkap dari mu. tidak boleh ya? yasudah kita ganti topik lain saja."

"eh!" panik Aray, "bukan begitu kak Jana, akan aku ceritakan. tapi mungkin ini akan sedikit menggelikan."

"jadi sejak aku SMA aku adalah penggemar berat nya, bahkan sebelum ia menjadi model seperti sekarang. kekaguman ku mungkin lumayan extream, dulu aku memasang banyak poster nya dikamar ku, membuat akun fanbase nya, mengikuti trend terbaru miliknya, mencetak guling dengan lukisan wajah nya, membeli barang barang yang sama seperti yang ia pakai, mem—"

"cukup, ini benar benar menggelikan ternyata. aku tidak tahan!"

"hei! jahat sekali!" cibir Aray.

Jana tertawa kecil lalu menempatkan diri disamping kasur milik Aray. "dari pada mendengarkan cerita menggelikan itu, mau mendengar cerita ku tidak?"

Aray merasa tertarik dengan apa yang diucapkan kak Jana, dengan segera ia menjawab, "apa?"

tbc

ramen ; kmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang