Hari ini hari selasa, yang artinya hari esok adalah hari di mana Rora akan mengaktifkan implan kokleanya. Tapi, hari ini Rora lagi-lagi melarang Chiquita untuk pergi sekolah.
Akan tetapi, Asa yang menurut Chiquita akhir-akhir ini sedang menyebalkan. Kakaknya itu bersih keras menyuruh Chiquita untuk sekolah. Rasanya, Rora ingin sekali memberi tahu Asa bahwa ada seseorang yang mengintai Chiquita, tapi itu pun tak mungkin.
Jadi, untuk sekali ini saja, Rora membiarkan Chiquita sekolah sendiri. Dengan syarat, Pak Anwar harus berada di area sekolah selama pelajaran berlangsung.
"Iya Rora, udah ya jangan dipelukin terus adiknya. Nanti telat sekolahnya." ucap Asa, jengah dengan Rora yang kelewat posesif.
Sedangkan Pharita, ia tersenyum memerhatikan adiknya sambil memakan buah yang telah Asa potong untuknya.
"Adek jangan sendirian ya Dek, kirim foto setiap Adek ngapa-ngapain." Rora seperti tak ikhlas melepaskan Chiquita, meski hanya sekolah.
"Aman Kak, jangan khawatir. Adek sabuk hitam loh, Kakak lupa?" ucap Chiquita sambil menaikkan satu alisnya.
Tapi tetap saja, Rora tak dapat menahan rasa khawatirnya. "Pokoknya jangan sendirian." tegas Rora.
"Ya Tuhan." Chiquita baru mendapatkan fakta baru, Rora adalah orang yang tegas, posesif, dan keras kepala.
°•°•°•°•°•°
Sesampainya di sekolah, Chiquita langsung disambut oleh Ahyeon dan Rami yang langsung membawanya ke kantin.
Chiquita hanya menurut saat kedua Kakak sepupunya menyeret tubuhnya. Entah mengapa, semua orang menjadi sangat agresif hari ini, di rumah ada Rora, di sekolah ada Ahyeon dan Rami.
"Kamu mau makan apa? Kita ada info penting tapi kayaknya gak enak kalau gak sambil makan." ucap Rami, ia dengan cekatan memberikan Chiquita menu makanan.
Tanpa pikir panjang, Chiquita menunjuk kentang goreng dan susu hangat. Hanya itu saja, perutnya masih kenyang karena sarapan tadi ia memakan banyak makanan. Coba saja jika sepupu kembarnya ini menawarinya saat jam istirahat, mungkin ia bisa memesan lebih banyak.
Tak perlu waktu yang lama, karena ini masih pagi dan kantin tentu saja sepi, makanan dengan cepat sudah ada di hadapan mereka.
"Kak Rami, cepet lah keburu masuk."
Rami memegang pundak Chiquita dengan sedikit hentakan, sang empu dibuat kaget oleh suara pundaknya sendiri.
"Ney inget cowok yang ngaku pacar Hera? nama dia Ale Ney. Dia anaknya Pak Amar tau,"
Chiquita menyiritkan dahinya, "Pak Amar siapa?"
"Karyawan Papi kamu, dia sekomplotan sama Papah." Saat menyebut sang Papah, nampak jelas wajah canggung dari Rami.
Jadi, laki-laki yang awalnya acuh padanya saat pertama kali bertemu, dan laki-laki yang mengaku pacar Hera, lalu membela perempuan tersebut dengan menyebarkan berita bahwa Chiquita lah yang merusak hidup Hera, orang itu adalah anak dari karyawan Papi-nya.
Ale, Chiquita akan mengingat nama itu.
Tepukan kencang pada pundaknya kembali membuat Chiquita menoleh, kali ini pelakunya Ahyeon. "Gak usah dipikirin, kita cuman mau kasih tau aja. Kakak sama Rami ke kelas duluan ya, bell bentar lagi bunyi." Ahyeon beranjak sambil mengacak rambut Chiquita.
Setelahnya Rami berlari sambil menggiring Ahyeon untuk berlari juga.
"Ney, makanannya belum dibayar." Rami berteriak membuat Chiquita segera menghentikan kunyahan-nya.