Semua orang terlihat tegang di ruang sidang. Terlebih Pharita, wajahnya benar-benar pucat sekarang.
Persidangan hampir selesai, satu jam lebih mereka menghabiskan waktu di ruangan sana. Semua berjalan cukup lancar, tak ada interupsi ataupun penyangkalan dari korban maupun pelaku.
Hanya saja, anak dari Amar, yaitu Ale. Ia beberapa kali menyuarakan penolakannya dengan keputusan hakim. Karena dianggap mengganggu, Ale dipaksa keluar oleh penjaga setempat.
Sebenarnya, keluarga Ganta pasti merasakan hal yang sama dengan Ale. Bagaimana tidak? Keputusan hakim yang menyatakan bahwa Ganta dijatuhi hukuman penjara selama 25 tahun. Sedangkan Amar hanya 15 tahun.
Sungguh itu sangat berat bagi Lestari dan ketiga anaknya. Begitupun dengan Pharita dan ketiga adiknya, wajah mereka benar-benar suram.
Hingga palu kembali terketuk tiga kali, menandakan sidang ditutup. Ganta langsung menghampiri Pharita, dan memeluknya.
Pharita meneteskan air matanya, tangannya terasa berat hanya untuk membalas pelukan itu. "Om bener-bener minta maaf Nak."
Anggota keluarga ikut mendekat, saling memeluk dan menumpahkan air matanya.
"Maaf."°•°•°•°•°
Ganta telah resmi ditahan, dan keluarganya kini telah keluar dari ruang persidangan.
Rupanya di luar sudah ada yang menunggu. Istri Pak Amar tersenyum pada Lestari, keduanya saling memeluk.
Hingga, Chiquita baru tersadar, di sebelah Ale ada anak kecil yang tak asing.
"Alisa?"
Gumaman Chiquita sepertinya terdengar oleh gadis kecil itu, terbukti dengan berlarinya Alisa menghampiri Chiquita.
"Kak Neyya!" serunya sambil memeluk Chiquita.
Chiquita merendahkan dirinya agar dapat melihat wajah Alisa. "Semangat ya Alisa, semoga kita sering-sering ketemu setelah ini."
Dunia begitu sempit, Alisa gadis kecil yang harus mencari pundi-pundi uang hanya untuk sesuap nasi. Padahal ia masih punya Ibu dan Kakak laki-laki.
Ngomong-ngomong, Kakak laki-laki yang Alisa bilang adalah orang yang sama dengan Laki-laki yang merusak Hera. Ale memiliki banyak peran, dan ia memerankan semuanya dengan buruk.
Chiquita kembali berdiri, ia menatap Ale, entah kenapa hatinya benar-benar bergemuruh. Apalagi mengingat Hera.
Mendapatkan sunggingan dari Ale membuat ia tak tahan, Chiquita langsung menghampiri laki-laki itu dan melayangkan pukulan tanpa henti. Ia juga menendang perut Ale saat laki-laki itu tersungkur.
"Brengsek Ale anjing, gara-gara lo Hera hamil."
Mengatakan satu kalimat saja membuat Chiquita terengah-engah, sambil memandangi Ale yang nampak kesakitan memegangi perutnya.
Hingga seseorang merengkuh Chiquita, aroma tubuh Rora mampu membuatnya tenang. Ia bahkan tak terganggu dengan Ibu dari Ale yang memarahi anak sialannya itu.
"Kamu hamilin Hera Ale?!"
"Dia di mana sekarang?"
Sentuhan pada bahu Chiquita membuat tubuhnya terlepas dari pelukan Rora. Ruka dan Asa menghampirinya, ia tak menghiraukan wajah khawatir Ruka, Chiquita malah menatap Asa dengan takut.