Istriku Widi Bagian 5

2.3K 8 0
                                    

"Liat nih, jariku aja lebih panjang dari titt ini orang!" Kata Somad sambil membandingkan jari telunjuknya dengan kemaluanku.

Seisi ruangan itu lalu tertawa terbahak-bahak. Tidak terkecuali Bos Parjo yang sedang menghujam-hujamkan penisnya di vagina istriku.

Widi, istriku sama sekali tidak meronta atau menolak diperkosa oleh bos Parjo. Bahkan ia biarkan saja ketika Kusni sesekali ikut meremas-remas buah dadanya yang nampak ranum itu. Padahal, ketika aku bercinta dengannya, biasanya Widi akan merasa risih ketika payudaranya kuremas. Aku sama sekali tak tahu, apakah ia diam karena ketakutan atau karena hal lain?

"Dek Widi, kamu ini seksi banget, dek Widi ini salah satu cewek paling cantik yang pernah aku entot." Puji Bos Parjo kepada istriku.

Wajah Widi seketika berubah merah padam. Ia seperti tersanjung mendengar pujian itu. Pujian yang selama ini hampir tidak pernah keluar dari mulutku. Sebagai suami, aku akui memang kurang memanjakan Widi istriku. Apakah hal ini membuat Widi menjadi wanita yang kurang kasih sayang?

"Hmmmphhh, emmmphh, emmpphh!!" Rintih Widi.

Tubuh Widi menegang hingga punggungnya sedikit tertekuk ke atas. Setelah itu, istriku mengejan-ngejan seperti tersetrum listrik.

Widi mengalami orgasme, orgasme karena sodokan Mr.P di Miss.Vnya. 'Entah kenapa aku mulai mengatakan alat kelamin itu dengan sebutan kotor.' Orgasme itu tentu saja orgasme pertama yang Widi peroleh karena persetubuhan secara langsung. Orgasme yang selama ini tidak pernah sekalipun ia dapat ketika bersetubuh denganku.

Aku lihat, cairan bening muncrat dari lubang vagina istriku. Cairan squirt itu memuncrat cukup banyak hingga membasahi kasur yang mereka gunakan untuk bersengama.

Di saat itu, aku merasa kalah. Istriku mendapatkan kenikmatan puncak dari orang lain. Bukan dari diriku sendiri sebagai suami. 'Apa Widi sebenarnya menikmati persetubuhan ini?'lagipula, preman-preman itu nampak tidak berbuat kasar kepada istriku. Ya, mereka memang memperkosanya, tapi mereka tidak menyakiti istriku. Mereka memperlakukannya dengan cukup lembut sampai saat ini. Apakah itu membuat Widi merasa nyaman dengan mereka? Hingga ia tidak memberontak sedikitpun.

"Wah, banyak nih keluarnya. Sampai basah Mr.Pku!" Kata Parjo.

"Hehe, manteb bos, nanti kita pas giliranku pasti non Widi ini juga bakal croot sampe kek gitu?" Kata Somad

'Apa giliran? Mereka mau secara giliran memperkosa Widi?' di sini ada 5 orang preman, apa mereka mau satu per satu menikmati tubuh istriku ini?

"Santai Mad, pelan-pelan, biar dik Widi ini gak kecapekan. Ya dek ya?" Kata Parjo sambil mengecup kening istriku.

Widi hanya diam saja sambil memejamkan mata. Ia seperti masih menikmati sisa-sisa nikmat orgasme yang baru saja meledak di tubuhnya. Nampak sesekali selangkangannya masih berkedut-kedut. Tanda jika orgasmenya belum sepenuhnya usai.

"Enak kan Dek Widi Mr.Pku. Aku yakin kamu tidak pernah ngerasain enaknya dientot Mr.P gede kayak gini. Apalagi Mr.P suamimu mungil banget. Kontolku bisa masuk sampai mentok ke rahim kamu dek. Kamu pasti ngerasa enak banget." Kata Parjo seenaknya.

Ya, jangankan mentok sampai ke mulut rahim istriku. Ketika dalam posisi doggy saja, Mr.Pku sulit sekali masuk ke Miss.V istriku.

"Dek Widi, Mang Parjo genjot lagi ya." Kata si Parjo itu dengan nada suara brengsek.

Widi sekali lagi tidak menjawab, tapi ia juga tidak menolak ketika Parjo kembali memompa Mr.P besarnya itu ke dalam Miss.V istriku. 'Ah kenapa aku sebut lagi Mr.P dan Miss.V?'

Tangan Widi mencengkram lengan Parjo, seolah menahan sesuatu ketika Parjo mulai mendorong masuk Mr.Pnya hingga mentok. Aku bisa melihat dengan jelas, cincin dengan batu permata mungil di jari manisnya. Cincin pernikahan kami. 'Widi, kenapa kamu mau disetubuhi preman itu?'

Parjo terus memompa Mr.Pnya di Miss.V Widi. Hingga 20 menit kemudian ia akhirnya mencapai puncaknya. Parjo tanamkan Mr.P itu sedalam mungkin di Miss.V istriku. Saking dalamnya, istriku mengalami orgasme ke-2, nyaris bersamaan dengan Parjo.

"Oh, enak banget Dek Widi, Miss.V kamu enak banget!" Lenguh Parjo.

Aku lihat, Mr.P raksasa itu berkedut-kedut di dalam lubang vagina istriku. Memek istriku juga nampak berkedut bahkan mengeluarkan kembali cairan squirt.

'Berarti Widi sudah orgasme 4 kali di malam ini?'

Semenjak di mobil waktu kita dipaksa para preman tadi, Widi sudah digerayang-gerayang. Ia sudah orgasme setidaknya 2 kali. Dan sekarang, orgasme 2 kali lagi ketika digagahi oleh Parjo.

Parjo mendiamkan sejenak Mr.Pnya di dalam vagina istriku selama beberapa saat. Bahkan ia sempat memasukan lagi Mr.Pnya sedalam mungkin entah untuk apa. Setelah dicabut, nampak lelehan sperma berwarna putih meluber keluar dari lubang kemaluan Widi. Aku belum pernah melihat lubang kemaluan Widi menganga selebar itu sebelumnya.

"Bersihin ya dik." Perintah Parjo.

Parjo menyodorkan Mr.Pnya yang penuh dengan busa-busa putih itu ke mulut Widi. Selama ini, Widi tidak pernah mau melakukan oral seks kepadaku. Aku tidak pernah menanyakan alasannya, aku hanya berpikir jika ia berasal dari keluarga yang alim dan bentuk seks seperti itu mungkin ia anggap tidak wajar.

Tapi diluar dugaan ku, menuruti permintaan Parjo dan membuka mulutnya. Ia biarkan Mr.P besar Parjo yang kotor dan baru saja mengobok-obok vaginanya itu masuk ke dalam mulutnya.

'Sruuut!'

Aku merasa ada cairan kental kembali keluar dari batang kemaluanku. Aku sangat terangsang melihat istriku sendiri dengan mengoral Mr.P orang lain. Sementara itu dari vaginanya, cairan putih kental terus saja mengalir keluar.

Setelah Mr.Pnya bersih, Parjo mencium kening istriku dan berkata "Terimakasih ya dik Widi. Kamu benar-benar hebat, bisa bikin Mang Parjo puas." Katanya dengan suara lembut. Jauh dari kesan preman yang beringas.

Widi tak berkata apa-apa, hanya saja wajahnya nampak sedikit memerah karena sanjungan itu. Parjo Pun keluar dari ruangan, tapi sebelum itu ia sempat membisik kepadaku. "Tenang, tadi istrimu bilang ini bukan masa suburnya, jadi dia tidak bakal bisa hamil karena ini." Katanya.

'Apa fakta itu membuatku lebih nyaman? Tentu tidak sama sekali.'

Aku sempat melihat ke arah Mr.P Parjo. Meskipun sekarang dalam keadaan lemas, Mr.P Parjo nampak begitu besar. Bahkan jauh lebih besar dari ukuran kemaluanku ketika ereksi maksimal.

Setelah Parjo keluar, kali ini Kusni bersiap-siap. Ia sudah telanjang. Dan tubuhnya yang berisi itu nampak penuh dengan tato.

Kontol Kusni nampak hampir sama besar dan panjangnya dengan milik Parjo. Besarnya seperti lengan tangan anak kecil. Kontol Kusni nampak berurat-urat dan kokoh. Kepala Mr.Pnya juga berwarna ungu pekat.

"Non Widi, non nungging ya." Kata Kusni.

Kontol Kusni yang sudah berdiri dengan tegak itu perlahan-lahan masuk ke Miss.V Widi. Sekali lagi, bibir kemaluan istriku harus membuka lebar-lebar untuk menerima Mr.P raksasa itu. Aku bisa melihat tangan Widi meremas kasur dan ada sedikit lenguhan keluar dari bibirnya.

'Ini posisi sex yang istriku idam-idamkan dari dulu.'

Widi pernah bilang, ia ingin aku menyetubuhinya dari belakang. Apalagi jika kita bisa lakukan itu di kamar mandi sambil diguyur air shower. Entah dari mana Widi punya impian seperti itu. Permintaan itu barangkali adalah permintaan posisi sex satu-satunya yang pernah Widi minta padaku selama kami menikah. Hanya saja, aku tidak bisa. Penisku terlalu pendek untuk dapat menghujam masuk lebih dalam ke vagina Widi. Apalagi, pinggul dan pantat Widi memang sedikit semok, membuat penisku semakin sulit untuk masuk dari belakang.

Istriku Widi (Cuckold Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang