Aku shock melihat pemandangan itu, suami macam apa aku ini, membiarkan istriku sendiri bercumbu dengan orang lain di kamar tidur kami. Tapi itulah yang terjadi dengan diriku, aku membiarkan tubuh Widi dilecehkan lagi oleh preman yang tempo hari memperkosa tubuhnya. Aku seharusnya menyelamatkan kehormatan istriku. Apalagi Kusni sekarang hanya sendiri, tapi tidak, aku tidak melakukannya, aku hanya diam di kamar tamu ini, duduk dan melihat siluet pergumulan istriku dan Kusni.
Kusni sekarang sudah bugil, tanpa pakaian sedikitpun. Kontolnya yang berukuran besar itu sudah nampak berdiri dengan tegak. Dengan tanpa paksaan, ia minta Widi untuk mengemut batang Mr.P itu. Batang Mr.P yang bahkan nampak sangat sulit untuk masuk ke dalam mulutnya.
Dengan masih menggunakan hijab di kepalanya, Widi mulai mengemut batang Mr.P Kusni. Aku merasa iri, sangat iri, karena Widi selama ini tidak pernah mau ketika aku minta untuk melakukan oral seks. Tapi, kini seorang preman yang sama sekali tidak punya hak atas tubuh Widi, merasakan nikmatnya oral seks dari mulut istriku.
"Makasih ya non, enak banget sepongan kamu." Kata Kusni.
Widi tidak hanya menyepong batang kemaluan Kusni, tapi ia juga mengulum buah zakar preman itu. Kusni memang mencukur habis bulu-bulu di kemaluannya, jadi Widi bisa menjilatinya tanpa takut harus menelan bulu kemaluan.
Kusni nampak menikmati setiap detik sepongan istriku. Ia melepas ikatan bra di belakang punggung Widi sehingga sekarang payudaranya yang ranum itu nampak menggantung dengan indahnya. Kusni tidak menyia-nyiakan payudara istriku, ia meremas dan belai payudara itu dengan lembut.
Kusni mencium kembali Widi dengan lembuatnya. Lidah mereka kembali beradu dalam ciuman itu. Sembari berciuman, Kusni memelorotkan celana dalam yang Widi kenakan dan jari jemari tangannya mulai bermain di selangkangan istriku.
"Hmmph" Aku sempat mendengar lenguhan lirih Widi. Meskipun Widi berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga tatapannya agar tetap datar.
Dengan pelan, Kusni merebahkan Widi di atas kasur. Ia kemudian melepas sepenuhnya celana dalam istriku dan membuangnya ke lantai. Istriku sudah bugil sepenuhnya, kecuali jilbab yang masih menghiasi kepalanya.
Kusni menciumi selangkangan istriku, kemudian ia menjilat bibir vagina Widi. Sebuah lenguhan kecil kembali terdengar dari bibir istriku. Tangannya juga nampak mengepal, menggenggam sprei.
Kusni mengoral vagina Widi dengan mulutnya. Satu hal yang tidak pernah aku lakukan sebelumnya. Tubuh Widi nampak menggeliat, merasakan jilatan demi jilatan lidah Kusni di vaginanya. Meskipun wajahnya tetap berusaha sedatar mungkin dan tak menunjukan reaksi menikmati.
Yang lebih mengejutkanku, Kusni tidak hanya menjilati bibir kemaluan istriku, tapi juga lubang duburnya. Ia tak segan memasukan lidahnya, ke dubur istriku. Sekali lagi, ini satu hal yang tidak pernah aku bayangkan untuk aku lakukan. Aku pernah ingin menjilat vagina Widi, seperti di film-film porno yang pernah aku tonton. Tapi menjilati dubur? Aku sama sekali tak pernah punya keinginan untuk itu.
"Muuaahh, oowhh!" rintih Widi.
Widi rupanya semakin tak bisa menyembunyikan rasa nikmat yang ia rasakan. Aku tahu, wajahnya mencoba untuk bersikap sedatar mungkin, tapi tubuhnya berkata lain. Selain melenguh, vagina Widi tampak mengkilap basah sekali. Tanda jika ia menikmati perbuatan Kusni atas tubuhnya.
Di saat seperti itu, tanganku seperti bergerak sendiri mengelus kemaluanku. Tak berapa lama, aku membuka celana training yang aku kenakan dan mulai mengocok batang Mr.Pku sendiri. Kontolku sudah berdiri tegak, aku benar-benar terangsang melihat Widi digumuli oleh pria lain.
Kusni sempat melihat kearahku dan sebuah senyum terkembang di bibirnya. Ia lalu menempatkan istriku bersandar di bantal bantal kasur. Kakinya membentuk huruf M dan membuka dengan lebarnya. Memperlihatkan vagina-nya yang sekarang sudah penuh dengan cairan lubrikasi.
"Aku masukin ya non." Kata Kusni.
Kontol Kusni yang besar itu didorong masuk ke vagina Widi. Kontol besar itu awalnya nampak kesulitan untuk masuk, padahal vagina Widi sudah sangat basah. Perlu beberapa waktu hingga Mr.P besar dan panjang itu bisa masuk sepenuhnya ke vagina istriku yang sempit.
"Memek Non bener-bener enak, terbaik memang non." Puji Kusni.
Dengan gerakan yang pelan namun pasti, Kusni mulai menggenjot Miss.V istriku. Tubuh Widi yang terbilang mungil dibandingkan dengan Kusni itu hanya bisa tersentak-sentak mengikuti irama sodokan Kusni.
Kontol Kusni masuk begitu dalam ke Miss.V Widi. Tempat yang selama ini tidak pernah bisa dijangkau oleh Mr.Pku yang pendek dan kecil ini. Aku melihat, ada rasa nikmat yang terpancar di wajah istriku. Meskipun ia berusaha sekeras mungkin untuk tidak menunjukkannya.
Kusni benar-benar merengkuh kenikmatan tubuh istriku semaksimal mungkin. Ia bolak-balik tubuh Widi, sesuka yang ia mau. Ia sodok Miss.V Widi dengan begitu bersemangat, seperti Miss.V itu adalah milik istri sendiri. Ia terapkan juga berbagai gaya yang selama ini tidak pernah bisa aku lakukan bersama istriku.
Tapi yang membuatku sangat menyesak, Widi sama sekali tidak memberikan perlawanan. Bahkan berkali-kali aku bisa melihat di raut wajahnya jika ia turut menikmati persetubuhan itu. Widi juga tidak menolak, ketika Kusni kembali mencium bibirnya dengan mesra. Seolah mereka adalah sepasang kekasih atau suami istri yang dimadu asmara.
Kusni menyetubuhi Widi selama lebih dari 20 menit lamanya. Setelah itu, ia mencapai puncaknya dan membuang sperm*nya di dalam mulut istriku. Widi bukan hanya sudi menampung cairan menjijikan itu, tapi menelannya atas perintah Kusni. Satu hal yang selama ini tidak pernah ia lakukan kepadaku.
"Terimakasih ya non." Kata Kusni sambil mengecup kening istriku. "Kamu luar biasa sekali." Katanya.
Ada sedikit senyum tersirat di bibir istriku. Aku tak tahu makna senyuman tipis itu. Apakah Widi benar-benar ikhlas disetubuhi preman ini? Apakah ia menikmati persetubuhan tadi?
"Sini." Kata Kusni, menyuruhku masuk ke dalam kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istriku Widi (Cuckold Story)
HorrorKarena novel 18+ memiliki konten yang bisa mengandung tema dewasa, penting untuk membaca dengan bijak dan mempertimbangkan preferensi pribadi. Tetap pastikan bahwa apa yang Anda baca sesuai dengan batasan dan nilai yang Anda pegang. Jika Anda merasa...