19 - Vano decision

157 19 2
                                    

19 - Vano decision : Keputusan Vano

         ◦•●◉✿ happy reading ✿◉●•◦

Semua anggota sudah berkumpul diruang makan untuk makan malam bersama. Seluruh pembantu sudah menyiapkan makanan yang tampak begitu mewah diatas meja makan.

"Bi, tadi belanjanya udah diberesin?" Tanya Jay kepada pembantu yang sedang menyiapkan minuman untuk mereka.

"Udah tuan," jawab Bi Yani.

Membuat Jay mengangguk mengerti, setelah selesai menuangkan air kedalam setiap gelas mereka bertujuh, Bi Yani dan lainnya pergi meninggalkan mereka diruang makan.

"Van...., nanti keruang kerja Abang nya, ada yang mau Abang omongin sama kamu," ucap Davin sebelum memasukan makanan kedalam mulutnya.

"Iya Bang..," jawab singkat Vano membuat Davin tersenyum kecil sangat puas dengan jawaban dari sang adik.

Jay langsung mengerti apa yang akan Davin bicarakan dengan Vano. Seluruh anggota melanjutkan ritual makan nya dengan damai.

Setelah selesai Vano pergi keruangan kerja Davin yang disana dia melihat Davin dan Jay duduk di sofa ruangan ini.

Para anggota sekarang sedang sibuk dengan urusan nya masing-masing. Dengan sikembar mereka sekarang sedang duduk di taman belakang rumah.

Sedangkan Aryan dan Daniel sedang bermain gem bersama diruang keluarga.

"Ada apa Bang," tanya Vano melangkah kearah mereka.

Duduk diantara dari mereka berdua. "Abang nyuruh kamu kesini ada hal yang penting harus dibicarakan," jawab Davin terlihat sangat serius.

Vano duduk diam tanpa ekspresi yang dia tunjukkan menunggu apa yang akan Davin katakan kepadanya.

"Jadi Abang nyuruh kamu kesini karena perusahaan."

Vano mengerutkan keningnya bingung. "Emang perusahaan siapa Bang?"

"Perusahaan papa dan kakek, papa menyuruh kamu untuk membantu Abang mengurus perusahaan, jadi apa kamu mau?"

"Kalau kamu masih bingung ini surat dari papa untuk kamu," Jay menyodorkan selembar kertas yang terlipat kepada Vano yang duduk diam tanpa ekspresi.

Vano menerima itu, membuka dan membacanya. Setelah selesai membacanya Vano menaruh kertas itu diatas meja.

"Gimana Van?" Davin bertanya menunggu jawaban dari sang adik.

"Ini bisa di undur nggak Bang? Soalnya Vano pengen kuliah, ditambah Vano juga masih belum ngerti," jelas Vano.

Davin menghela nafas nya mengerti dengan maksud adiknya. "Abang ngerti, yaudah kamu kuliah nya 1 tahun aja biar Abang sama pak Gibran yang ngurus semua ini."

Vano manggut-manggut "makasih ya Bang."

"Iya, Abang udah daftarkan kamu secara online. Nanti Abang akan diberitahu kelanjutan nya."

"Secepat itu Bang," Jay mengerutkan keningnya bingung kapan Davin mendaftarkan Vano.

"Iya, barusan aja Abang daftarin, dikampus USUkan? fakultas manejemen ekonomi dan bisnis."

Vano pun mengangguk senang karena itu adalah kampus yang dia impikan. Jay pun merangkul pundak Vano.

"Bisalah pergi bareng," rayu Jay tersenyum seringai, yang memang mereka satu kampus walaupun beda gedung.

Dengan tingkah Jay yang membuat Vano tersenyum kecil. "Yaudah kalian mau disini aja," ujar Davin melangkah pergi meninggalkan mereka.

Vano bangkit dari duduknya, "yuk Bang keluar," ajak Vano mengulurkan tangannya.

Seven BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang