•
•" Abi ini ibu panti nak, kami semua disini mencari kamu setiap hari, ibu khawatir sekali."
Sosok wanita tua, umurnya sudah menginjak setengah abad, namun masih tetap kelihatan segar itu menatap bocah enam tahun di pangkuan doyoung. Kini Junghwan doyoung dan abi sedang berada di ruangan pemilik panti asuhan melati.
Abi yang yang mendengar itupun kembali menangis sambil terus memeluk doyoung, kemudian menjawab ucapan ibu panti tersebut. "Abi cuma pengen ketemu mami, bu, sekarang abi udah ketemu mami, kenapa abi di bawa kesini lagi, mami?" Abi mendongak menatap pria manis yang ia sebut mami.
Doyoung beralih menatap suaminya, Junghwan mencoba menenangkan dua kesayangannya itu.
"Sayang, biaa tunggu di luar sebentar sama adek? Aku mau ngobrol sama ibu panti dulu." Ujar Junghwan, ia senghaja menyuruh suami nya keluar, karena tidak ingin abi mendengar hal-hal yang tidak seharusnya dia dengar saat ini. "Adek main sama mami dulu ya di luar, ayah mau ada perlu sama ibu panti." Abi mengangguk.
Doyoung pun mengangguk, kemudian beranjak dari duduknya, lalu melangkah keluar dari ruangan.
"Jadi, bagaimana kejadiannya abi bisa ada di panti ini bu?"
Sambil membenarkan kacamatanya, ibu panti tersebut menjawab. "Saat abi masih berusia tiga tahun, dia di titipkan di sini oleh ibu nya, karena faktor ekonomi dan ibu nya itu tidak punya siapa-siapa lagi, suami nya meninggal, rumah juga ngontrak, jadi beliau tidak ingin anaknya hidup susah di jalanan yang kotor dan membahayakan, beliau pun sering menjenguk abi setiap tiga bulan sekali, tapi semenjak abi menginjak umur lima tahun, ibu nya pernah kesini tapi itu terkahir kali nya, karena mulai saat itu saya tidak mendengar kabar apapun lagi tentang beliau. Saat abi umur enam tahun, sudah beberapa bulan ini dia terus menangis ingin bertemu dengan ibu nya. " Jelas ibu panti tersebut di barengi dengan isakan tangis.
Junghwan ikut sedih dan prihatin mendengar cerita abi, yang kini sudah ia anggpa seperti anak sendiri. Anak sekcil itu sudah merasakan hal sebesar ini.
"Apa ibu punya foto ibu kandungnya abi? Soalnya abi selalu memanggil suami saya dengan sebutan mami."
"Ah sebentar kalau tidak salah saya punya foto abi dan ibu nya." Ibu panti beranjak menuju laci khusus barang-barang abi, barang yang di cari pun ketemu.
"Ini pak, ada kalung juga yang beliau taruh bersamaan dengan foto tersebut."
Junghwan mengambil foto tersebut kemudian ia menatap foto itu dengan kedua alisnya yang mengerut. "Kenapa Mirip sekali dengan suami saya bu? Ini benar ibu kandungnya abi?"
Ibu panti mengangguk yakin, karena ia sering bertemu dan mengobrol dulu saat ibu kandung abi menjenguk anaknya.
"Saya juga saat pertama kali melihat suami bapak, terkejut karena saya seperti melihat ibu nya abi, mungkin saat kabur abi bertemu suami bapak kemudian memilih ikut dengan suami bapak, karena wajahnya sama persis dengan ibu nya, sulit dipercaya memang, namun perlu kita ingat setidaknya kita memilki 7 kembaran di dunia." Ujar ibu panti.
"Abi juga sepertinya ketakutan saat tahu ia di bawa ke panti ini lagi, kalau boleh tau, ada kejadian kurang menyenangkan atau bagaimana saat abi masih disini?" Tanya Junghwan.
"Abi adalah anak yang aktif, namun sejak kejadian ibu nya itu, dia menjadi anak yang pendiam, beberapa anak-anak disini sering mengoloknya dan membuly nya, sudah sering para staff disini pun melerai hal tersebut, namun terus berulang meskipun ruangan abi sudah saya bedakan."
"Membully nya seperti apa bu?"
"Mereka mengatakan kalau abi adalah anak haram, makanya ibunya itu meninggalkan dia di sini sendirian."
"Abi tentu berontak dan membela ibu nya, kalau hal tersebut tidak benar, tapi karena keseringan, abi menjadi pendiam, kemudian kami khawatir, saat dibawa ke dokter dan diperiksa, abi mengalami trauma, namun tidak separah itu, abi hanya sering merasa takut ditinggalkan, takut bertemu banyak orang apalagi anak-anak seumurannya."
Hati kecil Junghwan tercubit, sangat sakit saat mendengar hal memilukan mengenai anaknya itu. Bagaimana kalau suaminya tahu cerita ini, mungkin doyoung akan semakin sulit melepaskan bocah enam tahun tersebut.
"Bagaimana bisa anak sekecil abi mengalami hal berat ini bu."
Ibu panti kembali menangis. "Namun saat melihat abi nyaman di pelukan suami bapak tadi, sepertinya dia merasa berada di pelukan ibu nya."
"Apa boleh kami mengadopsi abi, kebetulan saya dan suami pernah kehilangan calon anak kami, semenjak ada abi pun suami saya menjadi sangat ceria dirumah."
Mengusap air matanya, ibu panti mengangguk sambil tersenyum. "Saya sangat senang kalau ada orangtua yang mau merawat anak-anak yang kami rawat di panti, apalagi sepertinya suami bapak sangat menyayangi anak-anak."
"Betul sekali bu, di rumah pun, suami saya sering di monopoli oleh abi." Junghwan tertawa, berusaha mencairkan suasana.
Ibu panti tersebut tertawa. "Saya mengerti bagaimana rasanya, kalau begitu abi boleh tinggal bersama kalian, sementara itu saya sambil mengurus surat-surat untuk adopsi, karena semua surat lahir dan semacamnya sudah lengkap, namun mungkin akan memakan banyak waktu, jadi harap bersabar."
Junghwan tersenyum senang sekaligus lega, ia tidak kamu melihat suami serta abi kembali bersedih. Mungkin abi memang sudhs ditakdirkan hadir di tengah-tengah kesedihan keluarga kecilnya.
Setelah selesai mengobrol, Junghwan keluar lalu menghampiri suaminya di ruang bermain anak-anak.
Semangat belajar, semangat kerja untuk para reader ku tersayang 😚 semangat juga untuk kaum-kaum rebahan🍃 menjelang ending, kedepannya mari kita menikmati momen keluarga kecil kita yang lucu itu👪
To Be Continue»»
KAMU SEDANG MEMBACA
Posesif BF ✓ || Hwanbby ✓
Historia CortaBercerita tentang ke posesif an seorang so Junghwan terhadap kekasihnya. ⚠️ Fake Situation ⚠️ BxB harsh words No plagiat! This story is just fictional, don't bring it to real life ! Tidak suka ? Bisa skip>> Start : 18march23 End : 7oct24