11

126 24 3
                                    

_______________
_____________
___________
_________
_______
_____
___
__
_


Pagi itu, suasana rumah terasa begitu tenang, dengan sinar matahari perlahan-lahan merayap masuk melalui celah tirai ruang keluarga. Di atas sofa, Freya dan Jessi masih terlelap dalam tidur mereka, menyatu dalam kehangatan yang mendamaikan. Freya tidur dengan tubuhnya yang setengah terbaring di atas Jessi, sementara Jessi dengan lembut memeluk Freya, tangannya melingkar di sekitar pinggang gadis itu.

Nafas keduanya terdengar pelan dan teratur, menandakan tidur yang nyenyak setelah malam yang panjang. Wajah mereka terlihat begitu damai, kontras dengan intensitas yang mereka alami semalam. Rambut Freya sedikit berantakan, sebagian helai jatuh menutupi wajah Jessi, tapi Jessi tak bergeming, tetap membiarkan Freya nyaman dalam pelukannya.

Cahaya pagi mulai menyinari wajah mereka, membuat siluet tubuh mereka terlihat lembut dalam kehangatan sinar matahari. Ruangan yang sebelumnya menjadi tempat penuh ketegangan kini berubah menjadi tempat yang tenang, hanya ada keheningan pagi dan detak waktu yang terasa lambat. Di luar, suara burung berkicau samar, menambah kedamaian suasana pagi itu.

Tiba-tiba suara pintu utama terdengar pelan, berderit saat seseorang membukanya dari luar. Langkah-langkah kecil mulai terdengar di lantai rumah Freya, seiring dengan kehadiran Shasa, sepupu Freya dan adik dari Flora. Gadis itu menyelinap masuk dengan hati-hati, memastikan dirinya tidak membuat suara yang berlebihan. Matanya menjelajahi setiap sudut ruangan, mencari sesuatu—mungkin Freya, atau hanya sekedar memastikan suasana rumah.

Setelah beberapa saat menelusuri ruangan yang sepi, Shasa akhirnya menemukan pemandangan yang membuatnya berhenti di tempat. Di ruang tengah, di atas sofa, Freya dan Jessi tertidur lelap, masih terbungkus dalam pelukan satu sama lain. Freya tidur di atas tubuh Jessi, sementara Jessi memeluknya erat, seolah tidak ingin melepaskannya.

Shasa terdiam sejenak, matanya membelalak melihat posisi tidur yang sangat intim itu. Kecurigaan mulai merayapi pikirannya. Apa yang sebenarnya terjadi semalam? Kenapa mereka tertidur seperti itu? Meskipun Shasa tidak mengeluarkan suara, ekspresinya jelas menunjukkan rasa heran dan sedikit cemas.

Perlahan, Shasa melangkah mundur, mencoba memahami situasi yang ada di hadapannya. Namun, semakin ia menatap mereka, semakin kuat rasa penasarannya. Apa yang sudah terjadi antara Freya dan Jessi? Berbagai pertanyaan muncul di kepalanya, namun ia memilih untuk tetap diam, menyaksikan pemandangan itu dengan hati-hati.

Dengan senyum iseng di wajahnya, Shasa mengeluarkan ponselnya dari saku dan dengan cepat mulai memotret pemandangan di hadapannya—Freya yang tertidur di atas Jessi, dengan posisi yang sangat intim. Ia mengambil beberapa foto dengan hati-hati, menahan tawa agar tidak membangunkan mereka. Setiap foto yang ia ambil hanya menambah geli di hatinya, dan tawa kecilnya akhirnya pecah, meskipun masih berusaha untuk tetap pelan.

Merasa sudah cukup puas dengan foto-fotonya, Shasa memberanikan diri untuk mendekat, mendekati kedua insan yang masih tertidur nyenyak. Langkah kakinya ringan, hampir tanpa suara, hingga ia berdiri di samping sofa tempat Freya dan Jessi berbaring. Ia menunduk sedikit, dan dengan nada yang dibuat-buat serius, ia berkata, "Ahem... pagi, kalian berdua."

Freya dan Jessi tidak langsung bereaksi, masih terbuai dalam tidur mereka. Shasa kemudian memutuskan untuk menyentuh bahu Freya perlahan, mengguncangnya sedikit sambil berkata lebih keras, "Hei, bangun! Kalian udah ditungguin loh!" Suaranya mengandung nada jahil, seolah menikmati momen membangunkan mereka dalam situasi yang canggung.

Freya mengerang pelan, matanya mulai terbuka sedikit demi sedikit, tapi masih terlalu lelah untuk benar-benar menyadari apa yang terjadi. Jessi juga perlahan terbangun, wajahnya terlihat bingung, terutama saat melihat posisi mereka yang masih begitu dekat.

Kesayangan Jessica ( Revisi + Hiatus )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang