09

129 27 0
                                    

______________
____________
__________
________
______
____
___
__
_

Setelah obrolan di ruang tengah itu, malam semakin larut, menyelimuti kamar Freya dengan keheningan yang nyaman. Lampu tidur kecil di sudut kamar memancarkan cahaya lembut, memberikan nuansa tenang dan hangat. Di dinding kamar, beberapa hiasan lampu berbentuk bintang dan bulan memancarkan kilau redup, menciptakan bayangan halus yang bergerak pelan mengikuti aliran angin dari jendela yang sedikit terbuka.

Jessi duduk di meja belajar, sepenuhnya tenggelam dalam dunianya sendiri, jari-jarinya lincah bergerak di atas layar handphone, sesekali terlihat menyeringai atau tersenyum tipis. Di sisi lain, Freya berbaring santai di atas kasurnya, tubuhnya menyandar pada bantal, matanya setengah terpejam tapi tetap terarah pada Jessi. Dalam kesunyian itu, dia mengamati gadis di depannya, merasa ada kehangatan yang tak tergambarkan hanya dengan memandang Jessi, seolah kehadiran Jessi saja sudah cukup untuk mengisi ruang hatinya yang hening.

Cahaya dari layar handphone Jessi sesekali memantul ke dinding, bersanding dengan bayangan-bayangan dari lampu tidur, menciptakan kontras yang halus namun indah. Freya tidak mengatakan apa-apa, hanya membiarkan dirinya terhanyut dalam keheningan malam dan kenyamanan kamar yang terasa begitu damai dengan Jessi di sisinya.

Freya masih menatap Jessi, matanya lembut namun penuh makna, seolah-olah dia sedang mencoba menghafalkan setiap detail gadis itu. Tatapannya kemudian teralih pada jam kecil di atas meja. Jarum pendek hampir menyentuh angka sebelas, menandakan bahwa waktu sudah larut. Setengah sebelas malam. Freya menghela napas kecil, seolah-olah baru sadar bahwa waktu begitu cepat berlalu dalam kesunyian yang hangat ini.

Dia kembali memandang Jessi, yang masih sibuk dengan handphone di tangannya. Jessi tampak nyaman dalam balutan baju tidur bergambar Kuromi, pakaian yang dibawakan oleh pembantu rumahnya bersama dengan beberapa baju lain, termasuk seragam sekolah untuk seminggu. Pikiran Freya sempat berkelana, membayangkan Jessi yang lebih sering menghabiskan waktu di rumahnya dalam seminggu ini. Meskipun begitu, ada satu hal yang kini lebih mendesak di pikirannya: waktu yang semakin larut.

Freya duduk sedikit lebih tegak di kasurnya, menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya memanggil Jessi. Suaranya terdengar lembut namun cukup tegas, "Jess, udah malam. Kamu nggak mau tidur?"

Jessi menoleh, tampak sedikit terkejut namun tetap tenang. "Sebentar lagi, Frey," jawabnya sambil melirik sekilas ke arah jam.

Namun, Freya tidak ingin menunggu lebih lama. Dengan tatapan lembut namun penuh permintaan, dia berkata, "Ayo, tidur di sampingku sekarang."

Permintaan itu membuat Jessi terdiam sejenak, matanya sedikit membesar karena gugup. Dia menggigit bibir bawahnya, tak bisa menyembunyikan semburat merah di pipinya. Namun, meski ada keraguan sejenak, Jessi tahu bahwa dia tidak bisa menolak permintaan Freya. Gadis keturunan Chinese itu akhirnya berdiri dari kursi, meletakkan handphonenya di meja, lalu dengan langkah pelan berjalan menuju kasur Freya.

Dengan hati-hati, Jessi menyusup di bawah selimut di samping Freya, tubuhnya terasa tegang saat pertama kali menyentuh kasur, tapi kehangatan dari Freya di sebelahnya perlahan membuatnya lebih rileks. Kini, mereka berdua berbaring di bawah cahaya lembut lampu tidur, menghabiskan sisa malam dengan diam-diam merasa lebih dekat.

Suasana semakin terasa canggung bagi Jessi. Setelah merebahkan tubuhnya di samping Freya, jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya. Sunyi menyelimuti kamar, hanya suara hembusan angin dari jendela yang terbuka mengisi kekosongan. Jessi bisa merasakan detak jantungnya sendiri, dan pikirannya berusaha untuk tetap tenang, meski keberadaan Freya di dekatnya membuat segalanya terasa lebih intens.

Kesayangan Jessica ( Revisi + Hiatus )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang