Tuan Camlo merasa hatinya tertekan, namun dia tahu bahwa satu-satunya cara untuk mempertahankan Radjar adalah dengan menemukan kebenaran. Dia mulai berpikir, siapa di keluarganya yang mungkin terlibat dalam peristiwa tragis yang menimpa kakak Radjar. Pikirannya langsung tertuju pada Tuan Carlo, ayahnya. Meskipun Camlo sangat mencintai ayahnya, dia tidak bisa menutup mata jika ternyata ayahnya terlibat.Suatu malam, ketika mereka sedang duduk bersama di ruang tamu, Camlo memutuskan untuk memulai percakapan dengan cara yang hati-hati. "Ayah," kata Camlo, suaranya tenang namun penuh makna, "kau pernah cerita tentang masa-masa sulit saat proyek jalan raya di masa lalu, kan? Sepertinya itu proyek besar yang banyak melibatkan orang-orang pribumi, ya?"
Tuan Carlo menatap putranya sejenak, wajahnya mengerut seolah mencoba mengingat kembali masa lalu. "Ya, itu benar," jawabnya.
"Proyek besar dan sulit. Banyak pekerja dari berbagai desa yang dipanggil untuk bekerja. Orang-orang sering menyebutnya kerja rodi. Tapi itu sudah lama sekali."
Camlo berusaha menahan emosi, takut jika ayahnya bisa merasakan ada sesuatu yang dia sembunyikan. "Bagaimana dengan para pekerja itu, Ayah? Apakah semua baik-baik saja? Maksudku, kadang kita dengar kabar bahwa beberapa pekerja mengalami masalah... kelelahan atau mungkin sakit?"Tuan Carlo terlihat ragu sejenak, lalu menghela napas panjang. "Kau tahu, nak, waktu itu situasinya sulit. Banyak yang memang terpaksa bekerja dalam kondisi berat. Beberapa bahkan jatuh sakit. Tapi itu bagian dari kerasnya hidup saat itu."
Camlo merasakan ada sedikit perubahan dalam nada suara ayahnya. Ada sesuatu yang lebih dari sekadar kenangan pahit masa lalu. Namun, dia tak ingin terlalu mendesak. "Apakah ada insiden khusus yang ayah ingat? Maksudku, ada orang-orang tertentu yang mungkin mengalami kesulitan lebih dari yang lain?"
Tuan Carlo menggeleng, seolah berusaha menghindari pertanyaan itu. "Sudah lama, Camlo. Sulit untuk mengingat dengan jelas. Lagipula, aku hanya menjalankan tugas sesuai perintah dari atas."Camlo bisa merasakan ketidaknyamanan di balik kata-kata ayahnya. Tapi dia tahu bahwa memaksa ayahnya untuk mengungkap lebih banyak justru bisa membuatnya curiga. Maka, dia memutuskan untuk mengakhiri percakapan itu dengan lembut.
"Aku mengerti, Ayah. Terima kasih sudah bercerita. Aku hanya penasaran saja."Setelah percakapan itu, pikiran Camlo terus berkecamuk. Dia tahu bahwa ayahnya menyembunyikan sesuatu. Namun, di sisi lain, dia merasa bahwa menemukan kebenaran ini adalah satu-satunya cara untuk membantu Radjar. Camlo memutuskan bahwa dia akan mencoba mencari tahu lebih banyak, mungkin melalui dokumen-dokumen lama atau orang-orang yang pernah bekerja bersama ayahnya.
Dalam hati, Camlo sadar bahwa meskipun dia mencintai Radjar, hubungan mereka tak akan bisa bertahan tanpa menyelesaikan masalah ini. Dia harus membantu Radjar menemukan kebenaran, meski itu berarti menghadapi kenyataan pahit tentang keluarganya sendiri. Tuan Camlo kemudian berjanji pada dirinya sendiri, apapun yang terjadi, dia akan berdiri di sisi Radjar—meskipun hasilnya nanti akan mengubah hidup mereka selamanya.
Setelah percakapan yang menggantung dengan ayahnya, Tuan Camlo merasa bahwa jawabannya belum lengkap. Dia yakin bahwa ada sesuatu yang lebih dari sekadar masa-masa sulit kerja rodi. Dengan hati yang berat, dia memutuskan untuk menelusuri lebih jauh. Dia tahu bahwa ayahnya memiliki sejumlah dokumen lama yang disimpan di perpustakaan keluarga. Meski ayahnya tampak tak bersalah, Camlo merasa perlu menggali bukti lebih dalam.
Pada suatu malam yang sunyi, setelah memastikan ayahnya tertidur, Camlo menyelinap masuk ke perpustakaan. Cahaya lampu kecil menerangi ruangan besar itu. Di sudut, terdapat sebuah lemari kayu tua yang penuh dengan arsip dan dokumen yang tak tersentuh selama bertahun-tahun. Camlo menghela napas panjang sebelum mulai membuka laci-laci penuh dengan kertas-kertas usang.
Dia menghabiskan berjam-jam membolak-balik dokumen-dokumen lama. Kebanyakan dari mereka terkait dengan bisnis keluarga, namun tak ada yang berkaitan langsung dengan proyek jalan raya yang dicari Radjar. Hanya ketika dia mencapai tumpukan paling bawah, Camlo menemukan beberapa catatan tua yang mengarah pada proyek-proyek infrastruktur kolonial.
KAMU SEDANG MEMBACA
1889 : War and Love (Ongoing)
Ficção HistóricaSeorang perwira muda Hindia-Belanda memiliki sifat "Meremehkan" kepada kaum pribumi dan rasa tegas yang tinggi. kemudian suatu hari datang seorang pemuda pribumi sebagai pekerja buruh dan kebun, dia memiliki perawakan yang halus dari segi fisik dan...