Sebulan setelah kepergian Radjar, Tuan Camlo berusaha memperbaiki hidupnya, perlahan-lahan menata kembali semuanya. Dia melanjutkan pernikahan dengan Nona Anneliese, berusaha mencari kebahagiaan baru di tengah kesedihan yang masih menyelimuti hatinya. Meskipun pernikahan itu tidak sepenuhnya menghapus rasa kehilangan Radjar, Camlo bertekad untuk memberi kesempatan pada hubungan barunya.
Setelah menikah, mereka memutuskan untuk kembali ke Amsterdam. Di sana, Camlo berusaha menyesuaikan diri dengan kehidupan baru sebagai suami dan, kemudian, sebagai ayah. Putra mereka, Hendrik, lahir dengan sehat, membawa sedikit cahaya dalam kehidupan Camlo yang gelap. Namun, meski lahirnya Hendrik seharusnya membawa kebahagiaan, Camlo masih terjebak dalam kenangan Radjar dan rasa kehilangan yang mendalam. Kehidupan mereka berjalan seperti biasa hingga takdir menghantam. Anneliese, yang selama ini berjuang dengan komplikasi kesehatan, meninggal dunia saat melahirkan. Kepergian Nona Anneliese meninggalkan luka mendalam dalam hati Camlo. Kini, dia menjadi seorang ayah tunggal yang harus membesarkan Hendrik sendirian, menghadapi rasa duka yang tak pernah mereda.
Meskipun terpuruk dalam kesedihan, Camlo berusaha untuk tidak menunjukkan kelemahannya di depan Hendrik. Dia ingin putranya tumbuh dengan penuh cinta dan dukungan, tidak merasakan kehilangan yang sama seperti yang dia alami. Camlo meluangkan waktu untuk mengenal Hendrik, mengajarinya berbagai hal tentang kehidupan, dan memberikan kasih sayang yang tulus.
Enam tahun berlalu sejak kepergian Anneliese. Camlo untuk kembali ke Hindia-Belanda, tempat di mana semua kenangan indah dan pahit terjalin. Dengan Hendrik di sampingnya, dia berharap bisa memberikan pengalaman baru dan menghidupkan kembali warisan yang mungkin bisa mereka nikmati.
Setibanya di Hindia, Camlo diselimuti nostalgia saat melihat kembali tanah airnya. Semua kenangan bersama Radjar seolah kembali muncul dalam pikirannya, namun kali ini, dia berusaha untuk tidak terpuruk dalam masa lalu. Camlo ingin membangun masa depan yang cerah untuk Hendrik dan menggantikan semua kesedihan dengan cinta.
Hendrik, yang kini berusia enam tahun, penuh semangat dan rasa ingin tahu. Dia melihat keindahan alam Hindia dan berlari-lari di sekitar, terpesona oleh budaya dan kehidupan baru yang ditawarkan. Camlo melihat senyum di wajah putranya dan merasa sedikit terhibur. Dia ingin menciptakan kenangan baru di tanah ini, jauh dari bayang-bayang masa lalu.
Sementara itu, Tuan Camlo berjuang untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan baru lagi di Hindia-Belanda. Dia ingin memberikan yang terbaik bagi Hendrik. Dalam setiap langkahnya, dia berharap bisa menemukan kembali kedamaian dan kebahagiaan, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk putranya.
*~~
Sedangkan Selama delapan tahun setelah berpisah dari Tuan Camlo, Radjar merintis usaha ukiran kayu di desanya. Keahliannya dalam mengukir dan menciptakan seni dari kayu membuatnya dikenal di kalangan masyarakat setempat. Ia memulai usaha ini dengan modal seadanya, tetapi berkat kerja keras dan dedikasinya, usaha ukiran kayunya berkembang pesat. Karya-karyanya mendapatkan perhatian, bahkan sampai menarik pembeli dari luar daerah.
Radjar menemukan kebahagiaan dalam setiap ukiran yang dia buat. Proses mengukir bagi Radjar bukan sekadar pekerjaan; itu adalah cara untuk mengekspresikan perasaannya, menyembuhkan lukanya, dan melepaskan trauma masa lalu. Dengan setiap potongan kayu yang dia bentuk, dia merasa beban emosionalnya sedikit demi sedikit terangkat. Karya-karyanya tak hanya memiliki nilai estetika, tetapi juga menyimpan cerita dan makna dalam setiap detailnya. Dalam delapan tahun ini, Radjar memilih untuk melajang.
Meskipun hidupnya penuh dengan tantangan, Radjar merasa bahagia. Dia menemukan kebahagiaan dalam kesederhanaan hidupnya. Sementara itu, usaha ukiran kayu Radjar semakin berkembang. Dia mulai menerima pesanan dari pelanggan yang lebih luas, bahkan mendapatkan beberapa proyek besar yang mengharuskannya bekerja sama dengan desainer interior.
KAMU SEDANG MEMBACA
1889 : War and Love (Ongoing)
Narrativa StoricaSeorang perwira muda Hindia-Belanda memiliki sifat "Meremehkan" kepada kaum pribumi dan rasa tegas yang tinggi. kemudian suatu hari datang seorang pemuda pribumi sebagai pekerja buruh dan kebun, dia memiliki perawakan yang halus dari segi fisik dan...