Hari-hari setelah liburan itu berlalu dengan lambat bagi Arsenio. Dia berusaha untuk tetap positif, tetapi bayang-bayang masa lalu terus menghantuinya. Meskipun Matthew berusaha sekuat tenaga untuk mendekatkan diri dengan Kiran, Arsenio merasa semakin terjebak dalam kekhawatiran akan hubungan mereka yang tidak pasti.
Suatu pagi, saat Arsenio sedang mempersiapkan sarapan, ponselnya bergetar di meja. Dia melihat nama yang tidak dikenalnya muncul di layar. Rasa penasaran mengalahkan keraguannya, dan dia mengangkat telepon.
“Selamat pagi, Arsenio. Ini adalah dokter Sinta dari klinik. Saya ingin memberitahukan beberapa hal penting mengenai kehamilanmu.”
Mendengar suara dokter tersebut, Arsenio merasa jantungnya berdebar. “Dokter, ada apa?” tanyanya, berusaha menjaga ketenangan.
“Ada beberapa hasil tes yang perlu kami diskusikan. Saya mohon untuk datang ke klinik secepatnya. Ini mengenai kesehatanmu dan anak-anak,” kata dokter Sinta dengan nada serius.
Arsenio merasakan sesuatu yang tidak beres. “Apa ada yang salah?” tanyanya, suara di tenggorokannya terasa berat.
“Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, tapi kami perlu memastikan segalanya. Kami akan menjelaskan semuanya setelah kamu datang,” jawab dokter, sebelum menutup percakapan.
Setelah panggilan itu, Arsenio merasa cemas. Dia tahu bahwa kesehatan anak-anak adalah yang terpenting, tetapi ketidakpastian itu membuatnya gelisah. Dengan pikiran yang berkecamuk, dia memutuskan untuk memberi tahu Matthew.
Di kafe tempat Arsenio bekerja, Matthew datang lebih awal dari biasanya. Dia melihat Arsenio berdiri di belakang meja dengan wajah cemas.
“Hey, ada apa? Kau terlihat tidak tenang,” tanya Matthew, mencemaskan ekspresi wajah Arsenio.
“Dokter Sinta menghubungiku. Dia ingin aku datang ke klinik. Dia mengatakan ada beberapa hal penting yang perlu dibahas,” jawab Arsenio, suaranya bergetar.
“Apakah kau yakin semuanya baik-baik saja?” Matthew bertanya, pandangannya penuh perhatian.
“Aku tidak tahu. Aku hanya merasa khawatir,” kata Arsenio, berusaha menahan air mata yang mengancam. “Aku hanya ingin anak-anakku baik-baik saja.”
Matthew mengulurkan tangannya dan meraih tangan Arsenio. “Aku akan menemanimu ke klinik. Kita akan menghadapi ini bersama,” katanya dengan keyakinan.
Arsenio tertegun oleh ketulusan dalam suara Matthew. Meskipun masa lalu mereka rumit, dia merasa sedikit terhibur oleh kehadiran Matthew di sampingnya.
Dalam ingatan Arsenio, terlintas kembali momen yang terjadi di malam yang berkesan beberapa bulan lalu. Mereka berdua menghadiri sebuah pesta dengan kolega Matthew. Matthew mengajak Arsen untuk mempererat hubungan mereka, mereka mabuk oleh suasana dan alkohol yang mengalir bebas. Di sudut ruangan, suara tawa dan musik bergema, tetapi di antara keramaian, ada ketegangan yang menarik mereka lebih dekat.
Arsenio masih ingat bagaimana Matthew menatapnya, mata mereka saling bertemu dalam gelap. Matthew mendekat, dan dalam keadaan setengah sadar, mereka berbagi ciuman lembut yang membuat Arsenio merasa hangat di dalam. Dalam momen yang penuh gairah itu, mereka terjebak dalam perasaan masing-masing, tanpa menyadari bahwa tindakan mereka akan berimplikasi besar di masa depan.
Setelah malam itu, Arsenio merasa aneh dengan tubuhnya. Dia mulai merasakan perubahan yang tidak biasa, dan akhirnya memutuskan untuk melakukan tes kehamilan. Ketika hasilnya positif, dia merasa campur aduk antara bahagia dan bingung. Dia menyimpan rahasia itu, tidak ingin mengecewakan Matthew atau memberi harapan yang terlalu besar, hingga akhirnya dokter memanggilnya untuk berbicara tentang kehamilannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[𝐁𝐋] He's My Ex-boyfriend
Ficção AdolescenteArsenio Honiara, seorang pria yang berjuang untuk menemukan makna hidup setelah ditinggalkan oleh kekasihnya, Matthew Aston, saat dia hamil. Dalam dunia yang tidak menerima keadaan uniknya sebagai seorang laki-laki yang mengandung, Arsenio harus ber...