Harga Kehidupan

104 12 0
                                    

"Siapapun tolong aku, kumohon tolong putra ku" teriak seorang wanita di tengah reruntuhan kapal "taufan sayang ayo bangun"

"Ufan, taufan bangun nak bangun sayang ufan gak boleh ningalin bunda" Suara isak tangisnya menggema di antara puing-puing kapal yang hancur.

Mara memeluk tubuh tak bernyawa anak nya air matanya mengalir deras, membasahi wajah putranya yang dingin dan kaku.

"aku bisa membantu mu" sebuah suara lembut terdengar di belakangnya. Mara terkejut dan menoleh, melihat seorang wanita dengan jubah putih, matanya memancarkan kedamaian.

"Siapa Anda?" tanya Mara dengan suara serak penuh harap, namun tetap waspada.

"Perkenalkan aku kuputri, pemimpin planet windara"

"Aku datang untuk menawarkan bantuan. Aku memiliki kemampuan untuk menyelamatkan putramu, tetapi ada harga yang harus dibayar."

"apa bayaran nya?" tanya Mara dengan cemas, hatinya berdebar-debar antara harapan dan ketakutan.

Kuputri menatap Mara dengan mata yang penuh ketenangan dan kebijaksanaan. "Harga yang harus kau bayar adalah waktu," jawabnya dengan lembut. "Aku membutuhkan sepuluh tahun dari hidupmu untuk menyelamatkan putramu. Kau harus siap untuk mengorbankan sebagian dari hidupmu demi dia."

Mara terdiam sejenak, merenungkan tawaran itu. Matanya menatap putranya yang terbaring kaku di pangkuannya. "Aku akan lakukan apa saja demi Taufan," katanya akhirnya dengan suara yang tegas.

"Aku siap mengorbankan sepuluh tahun hidupku."

Kuputri tersenyum lembut. "Baiklah, Mara. Bersiaplah, karena proses ini akan segera dimulai."

Dengan gerakan tangan yang elegan, Kuputri mulai mengucapkan mantra kuno. Cahaya lembut mulai menyelubungi tubuh Mara dan Taufan. Perlahan-lahan, tubuh Taufan yang dingin mulai memanas, napasnya kembali,

"Tapi ingat satu hal mara taufan bukan lagi manusia sekarang, dia hanya roh angin" ucap kuputri "dan kekuatan nya tersegel dia tidak akan seperti saudara nya yang lain, sampai waktu yang tepat tiba."

Mara mengangguk dengan mantap, meskipun hatinya masih diliputi kekhawatiran. Ia tahu bahwa keputusan ini bukanlah hal yang mudah, tetapi demi putranya, ia rela menghadapi segala konsekuensinya.

Kuputri mengakhiri mantranya, dan cahaya yang menyelimuti mereka perlahan memudar. Taufan membuka matanya, kini berkilauan dengan aura mistis, tanda bahwa ia telah menjadi roh angin.

Mara memeluk putranya erat-erat, merasakan kehangatan yang kembali ke tubuhnya.

"Kau kembali, nak. Kau kembali padaku," bisik Mara sambil menangis bahagia.

Taufan, meski masih bingung, dapat merasakan kasih sayang ibunya yang kuat. "Bunda... apa yang terjadi padaku?" tanyanya dengan suara lembut.

Belum sempat mara menjawab dia sudah kehilangan kesadaran nya

dan jatuh pingsan di atas puing-puing kapal. Kuputri dengan sigap mendekati Mara dan meletakkan tangannya di dahi wanita itu, memberikan sedikit energi untuk memulihkan kekuatannya.

"Taufan, kau harus menjaga ibumu sekarang," kata Kuputri dengan suara penuh kasih. "Dia telah mengorbankan banyak hal untukmu."

Taufan mengangguk pelan. Meskipun ia masih belum sepenuhnya memahami apa yang terjadi, ia tahu bahwa ia harus melindungi ibunya. "Aku akan menjaga Bunda. Terima kasih telah menyelamatkanku."

Kuputri tersenyum lembut dan kemudian menghilang, meninggalkan Mara dan Taufan sendirian

Tak berselang lama taufan mendengar suara ayah nya "ayah tolong bunda"

Taufan segera berlari menuju suara itu, meskipun tubuhnya masih terasa aneh dan belum sepenuhnya pulih. Ia menemukan ayahnya, amato, yang sedang berusaha bangkit dari reruntuhan dengan wajah penuh luka dan tubuh yang lemah.

Taufan berdiri mematung, pikirannya berputar liar setelah kilatan kenangan yang baru saja ia lihat. Pemandangan ibunya, Mara, di ambang kematian, suara tangisannya yang merobek hati, dan wanita berjubah biru yang menghidupkannya kembali dengan harga yang mahal-semuanya berputar di benaknya, mengaburkan batas antara kenyataan dan ingatan.

Amato memperhatikan perubahan di wajah Taufan dengan rasa waspada. "Apa yang kau lihat?" tanyanya dingin, suaranya seolah ingin mengendalikan situasi. Amato tidak pernah menyangka bahwa di balik kelemahan yang selalu ia pandang dari putranya, tersimpan rahasia kelam yang bahkan ia tidak ketahui.

Kuputri menarik tangannya perlahan dari genggaman Taufan, memberi ruang baginya untuk menyerap semua yang baru saja ia alami. "Sekarang kau tahu, Taufan," ucap Kuputri pelan, tetapi penuh makna.

















 "Sekarang kau tahu, Taufan," ucap Kuputri pelan, tetapi penuh makna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tadi pagi habis di gosting dosen

Karena lagi ngak mood author kasih bonus

IS THERE NO PLACE FOR ME?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang