|| 00 ||

74 5 4
                                    

Hai haii, kita langsung saja yok ke ceritanya!!

Happy Reading
---------------------

Di malam hari yang sangat sunyi dan berteman dengan suara petir yang bergemuruh ada seorang pemuda sedang duduk menghadap balkonnya dengan telepon yang belum dimatikan.

"Haha, baiklah bawa saja daging itu untuk peliharaanmu yang imut itu. Jangan lupa dicincang terlebih dahulu, takut saja tulang kakek tua itu sangatlah keras" ujar pemuda itu dengan lawan bicaranya yang ada di seberang telfon.

Tok...
Tok...
Tok...

Tak lama pun terdengar suara ketukan pintu dari kamarnya segera ia mematikan telepon dengan lawan bicara yang berada diseberang sana. Setelah dimatikan dirinya segera beranjak bangun dari sofa yang tadi ia duduki dan berjalan ke arah pintu.

Ia membuka pintu dan mendapati adik kecilnya sedang berdiri di depan pintu dengan wajah yang pucat pasi itu sembari membawa bantal kesayangannya.

"Gyu? Kenapa?" Tanya pemuda itu kepada adiknya yang bernama Jung Beomgyu.

"Boleh gyu tidur sama kak Mark? Gyu takut sama suara petir itu kak" jawab Beomgyu, dan diangguki pemuda itu yang kita kenal dengan nama Jung Mark.

"Sini masuk" Beomgyu segera masuk dan melemparkan dirinya ke atas kasur nyaman kakak tertuanya.

Setelah menutup pintu, Mark segera menghampiri Beomgyu yang sedang menata bantal sedemikian rupa. Mark segera menyuruh Beomgyu untuk tidur karena esok ia harus berangkat sekolah.

"Sudah bantalnya? Kalo sudah tidur, besok kakak yang antar" Beomgyu mengangguk dan segera tidur dipelukan Mark.

Tak lama Mark mendengar dengkuran kecil berasal dari adiknya. Mark pun ikut terlelap kedalam mimpinya bersama sang adik yang sudah terlelap duluan.

Keesokan harinya~

Mark yang terbangun dulu tersenyum melihat adik kecilnya masih terlelap di dalam mimpinya yang mungkin saja indah. Ia meletakkan kepala adiknya ke bantal dan dengan perlahan menarik tangannya dari leher sang adik.

Mark segera turun dan menemui Taeyong yang sedang memasak sarapan untuk anggota keluarga lainnya. Walaupun dirumah itu ada pembantu, namun Taeyong tetap akan membuat sarapan untuk keluarganya kecuali saat dirinya sakit barulah digantikan oleh pembantu itu.

"Pagi bubu" sapa Mark.

"Pagi sayang, adek mana? Bubu tadi ke kamar adek kosong" Tanya bubu ke Mark.

"Adek tidur sama kakak tadi malam" jelas Mark dan diangguki oleh Taeyong.

"Yasudah bangunkan Jeno, Sungchan, Sion sama daddy ya" Mark mengangguk dan segera membangunkan keempat orang yang Taeyong suruh.

Pertama ia membangunkan Sion, karena Sion lah yang paling mudah untuk ia bangunkan. Kedua Sungchan, ketiga daddy nya dan terakhir Jeno mengapa?

Karena Jeno jika dibangunkan sangatlah membandel seperti kuman, akhirnya ia pun membangunkan Jeno dengan jurus andalannya.

"Dibawah ada Nana jen" bisik Mark dan seketika mata Jeno terbuka lebar dan segera turun kebawah.

Taeyong yang awalnya merasa ada yang lewat pun membalikkan badan dan mendapati Jeno yang sedang kebingungan di ruang keluarga.

"Ada apa Jen?" Tanya Taeyong dengan lembut.

"Kata kakak ada Nana, mana bu?" Tanya balik Jeno ke Taeyong, sementara Taeyong hanya tersenyum.

"Kenapa bubu senyum? Ada yang salah sama Jeno?" Jeno melihat sekitar badannya dan tidak menemukan kesalahan apapun dari dirinya.

"Tidak, kamu saja yang terlalu bucin mau saja dibohongi Kakak" Mendengar itu Jeno marah dan pergi untuk menemui Mark.

Sementara Taeyong tertawa melihat anaknya yang sangatlah bucin ke anak temannya. "Jeno... jeno... jadi anak kok bucin banget, dulu aku emang ngidamnya apa sih sampe punya anak bucin?" Tanya Taeyong ke dirinya sendiri.

"Ngidam mu itu gak mau ditinggal aku berangkat kerja, makanya punya anak bucin, bubu nya pun sama bucinnya" Taeyong terkejut mendengar penuturan suaminya yang tak lain Jung Jaehyun.

"Kapan kamu bangun? Perasaan tadi sepi deh dibawah" monolog Taeyong.

"Dari Jeno naik keatas dan aku denger kamu ngomong begitu rasanya ingin sekali tertawa" jelas Jaehyun.

Taeyong memukul dada bidang Jaehyun, tak lama ia mencium bau hangus dari dapurnya. Ia segera lari dan mematikan kompor itu dengan helaan nafas.

"Nanti sarapannya nasi goreng aja ya, itu ayamnya gosong" Jaehyun tertawa melihat Taeyong yang mengangkat wajan dengan wajah yang imut.

"Iya gapapa kok" Taeyong tersenyum mendengar jawaban sang suami.

"Bukannya kamu yang bucin ya? Keknya aku gk deh?" Tiba tiba saja terlintas dibenaknya terdapat pertanyaan itu.

Tak lama ia mendengar teriakan dari anaknya "BUBUU.... PAGII" Beomgyu berteriak dan segera memeluk Taeyong yang masih berada di dapur.

"Pagi sayang... nanti sekolah yang antar kakak ya" Beomgyu mengangguk dan segera duduk di kursi meja makan.

Batas fiksi
--------------


Gimana ceritanya? Kalian bosan atau tidak? Kalo terlalu formal bilang aja ya....

King in the Jung Family || About of Jung FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang