1. Erinnerungsfragment

352 196 218
                                    

HAPPY READING ROW!

Flashback on

"Sayang, gimana kalo tiba tiba aku ninggalin kamu?" tanya gadisnya, yang sedang menonton acara televisi di samping Karl. Pertanyaan itu membuat Karl menoleh dengan tatapan yang tidak suka.

"Kamu ada niat ninggalin aku?" Karl menanggapi pertanyaan itu dengan pertanyaan balik, nada suaranya terdengar tegas dan serius.

Gadis itu menghela napas, menatap layar televisi sambil menggigit bibirnya. "Kenapa kamu nanya balik?" Dia berusaha menyembunyikan kegelisahannya, tetapi Karl tidak pernah gagal membaca setiap gerak-gerik kecilnya.

"Kamu ada niat ninggalin aku, sayang?" Karl mengulangi pertanyaannya, kali ini dengan penekanan lebih pada setiap kata yang keluar dari mulutnya. Baginya, pertanyaan itu bukan sekadar candaan; itu adalah sesuatu yang bisa mengguncang hatinya.

Gadis itu menggeleng, menunduk sejenak sebelum kembali menatap Karl. "Aku sayang kamu, aku ga mau jauh dari kamu. Jangan tinggalkan aku, ya." Ucapannya diiringi dengan pelukan erat yang seolah ingin menegaskan bahwa dia tidak pernah ingin kehilangan Karl.

Karl membalas pelukan itu dengan lebih erat, seolah ingin menyerap semua ketakutan gadisnya. Senyumnya muncul perlahan, meskipun di dalam hatinya ada banyak pertanyaan yang belum terjawab. Apa yang membuat gadis itu tiba-tiba menanyakan hal seperti itu? Apakah ada sesuatu yang dia sembunyikan?

"Pasti." Karl membisikkan janjinya sambil mencium pucuk kepala gadisnya berulang kali. Dia ingin meyakinkan dirinya dan gadis itu bahwa mereka akan selalu bersama, apa pun yang terjadi.

Flashback off

Karl Norbert Tadeusz, atau biasa dipanggil Karl mempererat genggamannya pada pigura kecil yang ia simpan di meja kerjanya. Di dalam pigura itu terdapat foto gadisnya, tersenyum ceria dengan latar belakang pantai yang indah. Setiap kali Karl melihat foto itu, hatinya terasa sesak, penuh dengan rindu dan penyesalan. Gadis yang dulu selalu berada di sampingnya kini hanya bisa ia temui dalam kenangan dan bayangan.

Emosinya selalu sulit dikendalikan setiap kali mengenang gadis kesayangannya. Seolah ada perasaan hampa yang terus menghantui sejak gadis itu pergi dari hidupnya. Karl berusaha menenangkan dirinya, namun rasanya seperti menahan gelombang besar yang siap menerjang kapan saja.

"Permisi, Karl," suara Elgard Anderson, asisten pribadi sekaligus orang kepercayaan Karl, memecah keheningan. Elgard memasuki ruangan dengan membawa setumpuk dokumen di tangannya.

Karl yang sedang terjebak dalam lamunannya langsung terkejut dan menatap Elgard dengan tajam. "Kenapa tidak mengetuk dulu? Walaupun kamu asisten saya, kamu harus tetap sopan, El!" suara Karl meninggi di akhir kalimat, menyiratkan kekesalan yang ia sembunyikan.

Elgard terdiam sejenak, terkejut dengan respons Karl. Namun, ia tidak menunjukkan ekspresi keberatan. Ia sudah terbiasa dengan perubahan suasana hati Karl yang terkadang sulit ditebak. "Maaf, Karl. Saya hanya ingin menyampaikan bahwa rapat dengan direksi sudah dimulai."

Karl buru-buru memasukkan pigura itu ke dalam laci mejanya, menyembunyikan fragmen masa lalunya dari pandangan Elgard. Ia tidak ingin siapa pun, termasuk Elgard, mengetahui sisi rapuh yang berusaha ia sembunyikan. "Baik, saya akan segera ke sana. Pastikan tidak ada yang tahu soal ini."

Elgard mengangguk. "Tentu, saya tidak akan membicarakannya."

Karl mengangguk kecil, berusaha menata kembali pikirannya yang berantakan. Ia berjalan menuju ruang rapat dengan perasaan yang campur aduk, membawa kenangan gadisnya dalam hati, berjanji untuk tetap melanjutkan hidup meski tanpa kehadiran gadis yang dulu menjadi dunianya.

Karl Norbert {DämonenmannTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang