greppp...
Seseorang dengan tiba-tiba merangkul pundak Zia yang tengah berjalan di koridor sekolah.
"Kak Nath?"
"Sayang," koreksi Nathanio tanpa melepaskan rangkulan itu.
"Ngagetin aja tau ga," ujar Zia.
Nathanio mencolek pelan dagu Zia, "kayaknya ada yang bahagia banget, diliat-liat daritadi senyum-senyum."
Zia menurunkan tangan Nathanio yang bertengger di pundaknya, "emang gak boleh? Senyum kan ibadah."
Nathanio kembali merangkul pundak Zia, " gak boleh sih sebenernya, bahaya kalo ada yang liat, harusnya kamu lebih hati-hati sama raut wajah kamu."
"Kenapa?"
"Nanti kalo ada yang liat kamu senyum terus naksir kamu gimana?"
Zia reflek mencubit pinggang Nathanio, "ihhh kirain kenapa."
Nathanio tertawa kecil, "pokoknya gak boleh senyum di sembarang tempat, kecuali sama aku."
"Suka-suka aku, orang raut wajah aku, wleee," ledek Zia menjulurkan lidahnya di akhir kalimatnya.
"Gemes ih," Nathanio reflek mencubit pipi Zia.
"Ih main cubit-cubit aja," ujar Zia seraya mengusap pipinya yang mungkin sekarang memerah. Bukan, bukan karena sakit tapi karena menahan salting.
"WOI WOI."
"Masih pagi udah bucin aja," ucap Cintya yang datang lalu menggandeng tangan Zia.
"Inget ini di sekolahan," sambung Cintya seraya menarik tangan Zia menuju kelas mereka.
"Sialan lo, ganggu aja," ketus Nathanio pada Cintya yang dibalas juluran lidah.
"Nanti lagi ya sayang," ucap Nathanio seraya mengedipkan sebelah matanya membuat Zia tertawa kecil seraya mengikuti tarikan tangan Cintya.
"Gak baik pagi-pagi udah kek gitu," ucap Cintya membuat Zia tertawa kecil.
"Kenapa?"
"Ya lo pikir aja, kan di sini yang jomblo banyak, yang liat pasti sepet, termasuk gue," jawab Cintya membuat Zia semakin tertawa kencang.
"Makanya Cin cari pacar sono."
"Nanti ah, belum nemu yang coc--"
"Lho kok ada Oline?" Cintya memotong ucapannya kala melihat Oline duduk di tempat duduknya.
"Hai Cintya, akhirnya lo masuk."
Tak menjawab pertanyaan Ghea, justru Cintya malah balik bertanya. "Kenapa ada dia di sini?"
"Oline itu sebenernya temen gue waktu les, kita udah lama kenal, ya cuma emang gara-gara masalah kemarin kita jadi agak jauh, terus sekarang apa salahnya kita temenan lagi?"
"Lo lupa apa yang dia lakuin ke Zia?" Ketus Cintya membuat Oline berdiri dari duduknya.
"Gue ngaku gue salah Cin, dan Zia udah maafin gue, ya kan Zi?"
Zia mengangguk membenarkan, "iya Cin, gak ada salahnya kan kita temenan? Masa mau musuhan terus?"
"Walaupun udah dimaafin bukan berarti dia bisa ikut circle kita, bisa aja dia cuma pura-pura baik? Terus nanti dia ngapa-ngapain lo gimana?"
"Cin, gue beneran gak punya niatan jahat, gue begini karena emang mau temenan bener-bener sama kalian, gue juga udah gak suka lagi sama Nathanio," jelas Oline.
"Halah, bullshit."
"CINTYA!" Bentak Ghea reflek.
"Apa? Lo mau belain dia?" Ucap Cintya dengan wajah kesalnya seraya menunjuk wajah Oline.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Tanpa Air : Menyimpan Luka Tanpa Bercerita (ON GOING)
Teen FictionSakit? Kecewa? Jelas!! Bagaimana tidak? ketika tidak dipercayai keluarga bahkan orang-orang di sekitar. Zia Lettana Adhiesa, gadis dengan beban dipundaknya, luka di hidupnya yang tak ada habisnya. Apapun penjelasannya orang-orang tak akan memperca...