"Kok masih sakit sih?" Gumam Zia kala memegangi pundaknya yang masih nyeri.
Jam menunjukkan pukul lima sore, Zia berdiri di depan balkon kamarnya serasa melihat semburat jingga di depan matanya.
"Gapapa deh bahagianya Zia kayak senja, datang lalu pergi. Tapi dia janji buat selalu datang, walaupun sebentar," ucap Zia semakin terhanyut dengan warna jingga itu.
"Kayaknya bahagia Zia kayak pelangi deh, datang tapi gatau kapan. Selebihnya hujan badai terus yang gatau kapan pelanginya muncul," sambung Zia dengan setitik air di pinggir matanya.
Zia mengusap pinggir matanya, menundukkan kepalanya, raut wajahnya langsung terkejut kala melihat laki-laki bermotor sport besar memberhentikan kendaraannya di depan pagar rumahnya.
"Ngapain sih udah dateng?" Tanya Zia pada dirinya sendiri kala tau betul siapa pemilik motor itu, jelas saja itu bukan Calvin.
Buru-buru Zia berjalan ke luar rumahnya, melihat laki-laki di depannya yang tersenyum dengan wajah tak berdosanya.
"Ngapain kamu ke sini?" Tanya Zia ketus pada Nathanio yanh justru malah menampilkan deretan giginya.
"Jemput pacar aku," jawabnya masih dengan senyum manis di wajahnya.
"Ini jam berapa sayang?" Gemas Zia pada Nathanio yang malah menjemput di jam yang salah.
Nathanio melihat jam pada pergelangan tangannya, "jam lima lebih sepuluh menit."
Mereka sebenarnya ada janji untuk pergi ke Mr.DIY bersama. Eh bukan sih, lebih tepatnya paksaan Nathanio dengan alasan ingin mencari barang.
"Kita janjian jam berapa?"
"Jam tujuh malem," jawab Nathanio lagi masih dengan wajah tak bersalahnya.
"Terus kenapa kamu udah ke sini?"
"Gapapa sih, mau ketemu kamu aja, gaboleh?"
Zia menghembuskan nafasnya kecil, "iya boleh."
"Yaudah bukain dong tuan putri," suruh Nathanio yang langsung dituruti Zia.
"Giliran jalan aja sampe sisa-sisa waktunya, giliran sekolah aja mepet-mepet datengnya," cibir Zia seraya memasuki rumahnya diikuti Nathanio.
"Kan seruan kalo ngapelin kamu."
"Yeeu, dasar."
"Pada kemana ini?" Tanya Nathanio kala sudah di ruang tamu.
"Papa kerja, Mama di kamar, kalo kak Calvin daritadi keluar gatau kemana."
"Mau minum apa?" Tanya Zia kala Nathanio yang langsung duduk tanpa disuruhnya, laki-laki itu dengan senyuman di bibirnya seraya mengangkat satu kakinya, dan satunya lagi sebagai tumpuan.
"Mau jus alpukat sayang, pake susu coklat."
"Ngelunjak ya anda," sinis Zia membuat Nathanio tertawa.
"Bercanda sayang, sini-sini kamu duduk di sini," instruksi Nathanio seraya menepuk-nepuk sofa di sampingnya.
"Gamau ah, kamu bau terasi belum mandi."
"Sialan."
💔💔💔
"Mau kemana kamu Zia?" Tanya Zaelora kala melihat Zia keluar dari kamarnya dengan dress berwarna pink soft selutut.
"Zia mau nemenin kak Nathanio ma."
"Kemana?"
"Cari barang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Tanpa Air : Menyimpan Luka Tanpa Bercerita (ON GOING)
Fiksi RemajaSakit? Kecewa? Jelas!! Bagaimana tidak? ketika tidak dipercayai keluarga bahkan orang-orang di sekitar. Zia Lettana Adhiesa, gadis dengan beban dipundaknya, luka di hidupnya yang tak ada habisnya. Apapun penjelasannya orang-orang tak akan memperca...