Ting
Calvin membuka ponselnya, terlihat sang ayah mencarinya.
Tringg
"Kemana kamu?" Tanya ayah Calvin di ponselnya.
"Nginep rumah temen," jawab Calvin, Zia yang mendengarnya dari ranjang depan Calvin pun ikut menguping tanpa niat untuk mengeluarkan suaranya.
"Dia?"
"Zia aku suruh nginep di rumah temennya juga."
"Besok langsung pulang!" Tegas Candra.
"Hm."
Tut
"Maafin Zia ya kak," ucap Zia tiba-tiba yang membuat Calvin langsung menengoknya.
"Kenapa?"
"Karena Zia, kak Calvin jadi bohong sama ayah."
"Ngapain lo peduliin? Ayah gak guna juga."
"Kak Calvin gak boleh ngomong kayak gitu kak, ayah Candra tetep jadi ayah dan pahlawan kita."
"Ayah mana yang setega itu sama lo?"
"Itu salah Zia kak," ucap Zia dengan senyum paksa.
Calvin yang melihat Zia seperti itu, lantas ia berjalan ke ranjang Zia dan memeluknya dengan erat.
"Kak Calvin janji sama kamu, akan membuat mereka kayak dulu lagi."
Zia mendongak, "makasih kak."
💔💔💔
Setelah semalaman mereka di apartemen, mereka langsung pulang sangat pagi, bahkan mereka tak mandi. Tak lupa juga Calvin memakai baju dan celana panjang, agar ayah dan mamahnya la tak mengetahui luka yang ada di lengannya serta kakinya.
"Kenapa lo ngebet banget?" Tanya Calvin saat perjalanan menuju kerumahnya.
"Ngebet kenapa kak?" Tanya Zia mendekatkan badannya ke Calvin supaya ia dengar.
"Pulang."
"Kalau pulangnya nanti-nanti, jalannya pasti macet kak. Terus nanti kak Calvin dimarahin ayah sama mama."
"Kita pakai motor, bisa menelusup jalan. Terus juga kerjaan mereka sekarang cuma bisa marah-marah doang."
"Kenapa kak Calvin sekarang benci sama mereka?" Tanya Zia dengan mata berkaca-kaca.
"Kalau sekarang keluarga kita diisi dengan kebencian, apa bisa harmonis dan seceria kayak dulu kak? Aku gak mau kak Calvin nanti di benci ayah sama mama. Jangan sampai seperti aku kak, rasanya gak enak banget di benci keluarga sendiri. Tapi aku tetap bersyukur kok, aku masih punya kak Calvin, Nathanio, dan teman-teman lainnya yang sayang sama aku," jelas Zia dengan air mata yang jatuh.
Calvin meminggirkan motornya, kemudian ia turun dari motornya dan mengajak Zia duduk di kursi taman.
Calvin memeluk Zia dengan erat, Zia yang dipeluk akhirnya menangis. Calvin tak tega melihat Zia seperti ini, ia pastikan ayah sama mamanya akan menyayangi Zia seperti dulu lagi.
Setelah Zia lelah menangis, Calvin menyenderkan kepala Zia di pundaknya.
"Mau es krim?" Tanya Calvin, ia tak tega melihat adiknya selemah ini.
Zia menggelengkan kepalanya yang berarti ia tak mau.
Zia berdiri dari tempatnya, "kita langsung pulang aja kak," ajak Zia sembari menarik tangan Calvin.
"Sekarang?" Tanya Calvin memastikan.
"Iya kak, Zia kuat kok," Zia tau Calvin sekarang sedang menghawatirkan keadaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Tanpa Air : Menyimpan Luka Tanpa Bercerita (ON GOING)
Novela JuvenilSakit? Kecewa? Jelas!! Bagaimana tidak? ketika tidak dipercayai keluarga bahkan orang-orang di sekitar. Zia Lettana Adhiesa, gadis dengan beban dipundaknya, luka di hidupnya yang tak ada habisnya. Apapun penjelasannya orang-orang tak akan memperca...