Happy reading all 🤍
•••
Sekarang Zia berada di dalam angkutan umum untuk menuju ke sekolahnya. Di dalamnya terdapat ibu-ibu yang ingin ke pasar, ada yang ingin mengantar anaknya ke sekolah, dan ada juga yang ingin bekerja.
"Kiri," ucap Zia sesampainya depan halte.
Zia turun sembari memberikan uang kepada sopir angkot tersebut. "Terimakasih neng," ucap pak sopir sembari menerima uang dari Zia.
Zia hanya menjawab dengan senyuman. Setelah itu Zia merapikan bajunya dari atas sampai bawah, merasa udah rapi. Zia berjalan menuju gerbang sekolah dan meninggalkan halte.
"Pagi pak," sapa Zia kepada pak satpam yang menjaga pagar.
"Pagi juga," jawab pak satpam.
"Mari pak," Pamit Zia.
"Mari."
Zia berjalan meninggalkan gerbang sekolah beserta pak satpam. Ia berjalan menuju ke kelasnya. Sesampainya di depan tangga,
"Heh cupu," sapa Oline dari arah tangga beserta dua temannya.
Zia hanya diam, tak ada niat ingin membalas sapaan dari Oline.
"Di panggil itu jawab," ucap teman Oline sembari mendorong Zia dari belakang, Zia yang tak siap terjatuh dan lututnya terkena ujung tangga yang mengakibatkan kaki Zia menjadi sakit.
"Salah gue apasih sama kalian?" Ucap Zia muak, setiap hari selalu aja Oline dkk mengganggunya.
"Lo gak tau salah lo apa?" Bukannya menjawab, teman Oline malah balik bertanya.
"Sini gue jelasin ya! salah lo itu udah deketin Nathanio," ucap Oline sembari menunjuk muka Zia, Zia yang ditunjuk reflek memundurkan kepalanya.
"Gue sama kak Nath udah kenal dari dulu, sebelum lo kenal," ucap Zia dengan berani.
PLAK
"Apa lo bilang?! Berani-beraninya lo sama gue," ucap Oline tak terima.
Zia memegang pipi kirinya yang ditampar Oline, "Kenapa? takut?" Tanya Zia menantang Oline.
PLAK
Lagi-lagi Oline menampar pipi Zia, sekarang pipi kanan kiri Zia merah akibat tamparan dari Oline. Setelah menampar Oline meninggalkan Zia sendirian.
Zia menaiki tangga dengan kakinya yang sedikit sakit, ia juga memegang kedua pipinya yang terasa sakit.
💔💔💔
"Zi, lo kenapa?" Tanya Ghea.
Zia tak menjawab pertanyaan dari Ghea, ia tetap melanjutkan perjalanannya menuju bangku.
"Zi, pipi sama kaki lo kenapa?" Tanya Ghea sembari duduk di samping Zia.
"Biasa," jawab Zia yang langsung difahami Ghea.
"Berani-beraninya ya kak Oline, coba aja kalo ada kak Nath. Pasti lo ga akan kayak gini kan Zi?" Ucapnya sembari menghadap ke muka Zia yang terlihat sangat merah.
"Loh Zi, muka lo merah banget," sambung Ghea sembari mengecek dahi Zia dengan telapak tangannya.
"OMG Zia, badan lo panas banget. Lo pasti belum makan ya?" Ucapnya yang hanya diangguki oleh Zia.
"Kebiasaan lo," Ghea mengeluarkan ponselnya, kemudian ia menelpon seseorang.
"Lo gak mau ke UKS Zi?" Tanya Ghea yang hanya di balas gelengan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Tanpa Air : Menyimpan Luka Tanpa Bercerita (ON GOING)
Ficțiune adolescențiSakit? Kecewa? Jelas!! Bagaimana tidak? ketika tidak dipercayai keluarga bahkan orang-orang di sekitar. Zia Lettana Adhiesa, gadis dengan beban dipundaknya, luka di hidupnya yang tak ada habisnya. Apapun penjelasannya orang-orang tak akan memperca...