HAPPY READING ALL 🖤
•••
Dia adalah orang yang sangat terobsesi dengan pesona Nathanio, namanya Oline Shaquel. Ia tak akan segan-segan mengancam siapapun itu yang suka maupun dekat dengan Nathanio.
"Maksud lo apa?!" Ujar Oline dengan menunjuk ke arah Zia yang sudah basah kuyup.
"Maksud apa ya kak?" Tanya Zia dengan menatap wajah Oline.
"Lo kan pasti yang udah kegatelan ke Nathanio? sampai dia mau bareng sama lo."
"Lho? orang Kak Nathanio sendiri yang kasih gue tebengan."
"Basi lo! Ternyata diamnya seorang Zia berbahaya ya," ujar Oline dengan keras ke arah orang-orang yang berada di kantin.
"Emang Zia ngapain aja kak? Benci banget lo kak sama dia," ujar Ghea membela Zia.
"Lo gak tau TEMEN. LO. ngapain aja? ahaha, bahkan dia yang bunuh kembarannya sendiri," ujar Oline dengan menekan kata TEMEN LO.
"GUE GAK PERNAH BUNUH ZEA!" Ujar Zia dengan keras, ia berlari ke taman belakang sekolah.
Sesampainya di taman, Zia berlari ke arah kursi kosong yang berada di ujung.
"Kenapa semua orang jahat sama gue?" Tanya Zia pada diri sendiri.
"Apa gue gak berhak bahagia?"
"Gue sakit, sedih, marah, tapi gak ada yang ngertiin gue," ujarnya dengan air mata yang lolos dari kelopak matanya.
"G--gue kangen lo Zea," ia mengusap air matanya dan menatap ke arah langit yang sangat terang.
Zia terus saja menangis, ia kembali menunduk melihat ke arah sepatu dan rerumputan yang berada dibawahnya.
"ZEA, GUE KANGEN SAMA LO," teriaknya dengan suara yang kencang.
"Berisik lo," ujar seseorang yang datang tiba-tiba dari belakang Zia.
Zia menoleh ke arah orang yang sudah berada di sampingnya.
"Kalo sedih, sedih aja kali. Gak usah teriak juga."
"Ck, lo ngapain si kak ada disini."
"Gue tiap hari disini, lo aja yang baru kesini."
"Lo jangan deket-deket sama gue deh kak."
Bukannya pergi, ia duduk di bangku kosong yang berada di samping Zia.
"Kalo ada masalah cerita, bukannya teriak kayak orang gila," ujarnya dengan membersihkan baju Zia yang basah.
"Ish kak Nathanio, gue tuh lagi ngehibur diri," Zia mengambil alih tisu yang berada di tangan Nathanio, ia membersihkan bajunya sendiri.
"Ngehibur diri kok nangis," ledek Nathanio dengan tatapan lurus ke depan.
Zia menatap malas ke arah Nathanio yang berada di sampingnya, Nathanio menarik kepala Zia untuk bersandar di bahu Nathanio.
Zia yang notabenya sedang sedih, ia menurut dan ia menyandarkan kepalanya di bahu Nathanio.
"Kak, ini terakhir kita deket ya," ujar Zia menoleh ke arah Nathanio.
"Maksud nya apa Zi?" Tanya Nathanio menghadap ke arah Zia.
💔💔💔
"BAGUS!" Ujar ayah Candra saat Zia memasuki rumah.
Zia hanya mendongak melihat ke arah ayahnya dengan takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Tanpa Air : Menyimpan Luka Tanpa Bercerita (ON GOING)
Ficção AdolescenteSakit? Kecewa? Jelas!! Bagaimana tidak? ketika tidak dipercayai keluarga bahkan orang-orang di sekitar. Zia Lettana Adhiesa, gadis dengan beban dipundaknya, luka di hidupnya yang tak ada habisnya. Apapun penjelasannya orang-orang tak akan memperca...