8. Jalan, Yuk! (sequel of chap. 7)

225 12 3
                                    

2 jam setelah telepon dimatikan, bel rumah [Name] berbunyi. itu menandakan ada yang bertamu, dan [Name] tidak suka dengan hal itu. alasannya, mah.. nanti rumahnya ribut karena gosip yang dibicarakan oleh tamu itu dan dua anggota keluarganya.

"tunggu sebentar!" teriak [Name] dari dalam dengan nada tidak suka. sampai di depan pintu dan membukanya, terlihat siluet orang yang sangat ia kenali. "Ying!" serunya semangat.

"haii, [Name]! katanya mau jalan - jalan," ucap Ying sembari menyapa perempuan bersurai [F/C] di depannya.

"iyah, ayo! duhh, gasabar aku!" ucap [Name] dengan riang dan semangat. ia menarik tangan Ying dengan sedikit kuat, membuat si empunya tangan meringis. "jangan kenceng - kenceng, dong nariknya." ingat Ying. pelakunya cuma cengar - cengir tak bersalah.

mereka berdua berjalan pagi dengan riang, disertai obrolan hangat. rencananya, sih.. mau kerumah Boel. awalnya [Name] menolak, sebab.. ya, baca lagi chapter 4. tapi akhirnya mengalah, karena Ying mengancanmnya dengan kalimat 'nolak traktir setahun' . siapa yang ga luluh, coba? eit, kecuali orang kaya. alias orkay.

sampai di depan rumah Boel..

"gila, ini beneran rumah mereka? BESAR AMAT─" ucap [Name] cengo, dan berakhir teriak tepat ditelinga Ying. membuat empunya telinga reflek menutup mulut [Name] dan memukulnya. "telingaku sakit, heh." ujarnya. sekali lagi, pelakunya cuma cengar - cengir. "hhe, sorry..!" ucap [Name] cengengesan.

[Name] menekan bel yang tertera di rumah besar dihadapannya. berkat Ying, sih. kenapa ga dia aja? karena belnya tinggi, chuy. sekitar... setinggi dadanya Halilintar. ya mirip - mirip lah tingginya sama [Name].

di dalam rumah itu..

terdapat trio cool dan trio trouble maker di ruang tengah, juga ibu rumah tangga jadi - jadian di dapur. alias :
Trio Cool; Halilintar, Ice, Solar.
Trio Trouble Maker; Thorn, Taufan, Blaze.
ibu rumah tangga jadi - jadian; Gempa.

ketika bel berbunyi, semuanya sontak melihat kearah pintu. Blaze langsung loncat dari tempat duduknya, dan berakhir terbentur di dinding. tapi itu tidak membuatnya menyerah. dalam keadaan benjol di bagian dahi, dia tetap membuka pintunya dan berakhir malu. karena yang bertamu bukan laki - laki atau temannya, melainkan duo fav person yang kini sedang menahan tawa. yang lain? cuma bisa geleng - geleng kepala.

kemana ayahnya? pergi ke Indonesia 7 bulan. dan ini baru seminggu. katanya, sih.. ada urusan.

"ha - halo.. selamat pagi.." sapa [Name] terbata - bata karena gugup. bukan alasan apa - apa. semuanya menatap dengan penasaran, kecuali Halilintar, Ying dan Ice.

Halilintar menatap [Name] datar, Ice mengantuk, dan Ying support.

"kenapa kesini?" tanya Halilintar ketus. "ya berkunjung, lah." jawab Ying. "masa kamu gamau ketemu calon istri, Li?"  godanya.

dua kata yang mampu membuat Halilintar mematung. dua kata yang mampu membuat Halilintar terdiam. dua kata yang mampu membuat Halilintar berhenti bertanya. dua kata yang mampu membuat Halilintar memerah semerah tomat dan jantungnya jedag jedug. dua kata itu, 'calon istri'.

Ying hanya terkekeh pelan melihat reaksi Halilintar. "gitu doang salting, lu." ejeknya sambil menyeringai. kalau saja dibolehin memfoto. sudah dia foto, tuh ekspresinya Halilintar.

disisi Gempa dan Blaze..

Gempa mengobati dahi Blaze dengan lembut, tapi keras. seperti orang yang sedang menahan amarahnya dan berakhir dikeluarkan dengan bentuk benda. "pelan - pelan, dong kak Gem!" sentak Blaze. Gempa cuma tersenyum kemenangan.

Rebutan.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang