PLAGIAT DILARANG MENDEKATTTT!!!
Carolina Betricia seorang karyawan swasta yang hidup melajang hingga usianya yang hampir menginjak kepala 3 harus tutup usia karena kelelahan bekerja.
Secara tiba-tiba, ia terbangun ditubuh seorang Putri bernama Del...
Sesuai kesepakatan 200 komen aku UP. Makasih untuk boomnya. Nantikan chapter selanjutnya yuk komen sebanyak-banyaknya
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Emeralda mengepalkan kedua tangannya menggeratukkan rahang. Mengapa sulit sekali baginya menyingkirkan wanita ini? Seharusnya Cederix hanya tertarik padanya. Seharusnya seperti cerita transmigrasi lainnya, hanya dia yang bisa menaklukkan pemeran utama. Namun dalam dunia game ini, mengapa ada jiwa lain yang menempati dunia ini? Rasanya sangat kesal terlebih wanita itu sulit ia bunuh.
Ia harus segera memikirkan cara melenyapkan Deluna. Dilain sisi, Cederix duduk termenung diruangannya sembari memijit keningnya. Mengapa reaksi tubuhnya aneh padahal ia sangat merindukan dan menantikan kedatangan Deluna? Ketika tubuhnya memeluk Deluna, ia merasa risih. Mengapa? Apa rasa ketertarikannya sudah hilang karena perempuan itu meninggalkannya terlalu lama? Debaran jantungnya tidak lagi sekencang dulu. Apa yang salah dengan tubuhnya?
"Yang Mulia, Ratu Caroline bertengkar dengan Selir Deluna." Ucap Sussane yang tiba-tiba datang tergesa.
Cederix terkejut dan segera beranjak. Apa yang terjadi? Bagaimana bisa mereka bertengkar? Bukankah sebelumnya Ratu Caroline berkata bahwa ia teman dekat Deluna? Mengapa mereka bisa bertengkar? Cederix terdiam melihat Ratu Redmoon menjambak rambut Deluna. Ia melihat Deluna yang berkaca-kaca merintih kesakitan.
"RATU CAROLINE! Apa yang kau lakukan?!" Gelegar Cederix membuat Deluna mematung. Deluna menatap seringai tipis Emeralda yang menitikkan airmata palsu.
"Aaa- aku bisa jelaskan." Ucap Deluna melepaskan tangannya.
Cederix menatapnya dengan tajam yang entah mengapa membuat hati Deluna tersayat. Emeralda berlari memeluk tubuh Cederix dan ia hanya bisa menatapnya dengan nanar. Deluna ingin menangis bahkan tubuhnya sudah mulai bergetar namun hebatnya ia masih berdiri kokoh dihadapan keduanya.
"Aku sudah tidak apa-apa Erix. Untung kamu segera datang." Ucap Emeralda sembari memeluk erat Cederix.
"Ratu Caroline, tolong keruanganku sekarang." Ucap Cederix melepaskan pelukan Emeralda perlahan. Entah mengapa setelah ditatap sosok bertopeng itu semakin membuat Cederix tidak nyaman. Tatapan Ratu ujung Benua itu sangat mengganggunya.
"Erix, cepatlah kembali. Aku merindukanmu." Ucap Emeralda ingin mencium Cederix didepan Deluna namun sayang pria itu dengan sadar melengoskan pandangannya.
"Ada Ratu Caroline disini tidak sopan." Ucap Cederix meninggalkan kamar diikuti Deluna.
Keduanya saling terdiam hingga beberapa saat. Langkah kaki keduanya saling beriringan menapaki ubin marmer. Manik tajam Cederix menelisik Deluna hingga membuat perempuan itu tidak nyaman.
"Maaf atas sikapku, tapi dia yang menyebalkan. Maaf." Ucap Deluna tidak berani mengangkat pandangannya.
"Heum, apa yang membuatmu marah padanya?" Tanya Cederix tidak bisa meluapkan amarah dihadapan wanita itu.
"Entahlah, aku bingung." Gumam wanita itu membuat Cederix menaikkan alisnya.
"Aku bisa menahanmu disini karena tindakanmu. Kau yakin tidak ingin mengatakan sejujurnya?" Tanya Cederix membuat Deluna mengangkat pandangannya.
"Kau mau mengurungku?" Tanya balik Deluna seakan menantang yang malah membuat Cederix gentar.
"Eum ya. Meskipun peranmu sangat penting tapi melukai istriku itu masalah besar." Ucap Cederix dengan tegas membuat Deluna terkekeh. Mungkin ini karmanya sebagai istri yang kabur-kaburan dari suami.
"Yang Mulia, Selir Deluna ingin anda segera datang. Beliau tidak mau makan jika anda tidak segera datang." Ucap salah satu pelayan dengan takut memotong pembicaraan keduanya. Hal ini membuat Cederix menggeram. Entah mengapa ia merasa semakin risih.
"Kau bisa pergi Ratu Caroline, kau akan diawasi Zachary mulai sekarang dan jangan dekati istriku lagi." Ucap Cederix berlalu meninggalkan Deluna yang terdiam sendu.
Terkekeh menepuk dahinya tak menyangka. Menghembuskan nafas panjang sebelum ikut pergi. Ia menatap Zachary yang sudah siap menunggunya. Bagaimana ia bisa membongkar kebusukan Emeralda? Kelicikan wanita ular itu semakin menjauhkan Cederix darinya.
"Erix...." Riang Emeralda menyambut kedatangan Cederix. Wanita itu nampak senang mengulurkan kedua tangannya dan menyambut pelukan Cederix.
"Apa sudah selesai?" Tanyanya sembari menuntun Cederix. Pria itu hanya diam memperhatikan gerak-geriknya yang semakin berani.
"Erix, aku rindu. Apa kamu tidak rindu?" Ucap Emeralda sensual sembari mengelus tubuh Cederix.
Cukup sudah, Cederix merasa linglung. Memang Emeralda memiliki kekuatan penyembuhan Dewa yang tentu bisa mengobati impoten Cederix. Jiwa laki-laki manapun yang normal juga akan tergoda jika dihadapkan sentuhan sensual. Ia pikir Cederix tidak akan curiga jika Emeralda meniru Deluna namun ia salah, intuisi Cederix lebih dalam. Meskipun Cederix terpancing, pria itu memilih untuk menghindarinya.
"Aku ingat ada pekerjaan penting. Nanti aku akan kembali lagi." Ucap Cederix segera berlalu pergi.
Emeralda diam mengepalkan tangannya. Cederix tidak akan lepas begitu saja, Cederix akan jadi milikinya. Hanya miliknya! Disaat Cederix pusing meredam kejantanannya yang sudah berdiri tegak, ia memilih menyusuri taman sendirian. Entah ada apa dengan tubuhnya. Bukannya ia sangat mendambakan Deluna? Tapi mengapa ia pergi? Terdiam menatap sosok wanita bertopeng bersama Zachary di taman membuatnya penasaran. Apa adiknya berhasil mendekati Ratu itu? Apa yang sedang mereka lakukan?
"Bunga-bunga disini akan iri dengan keindahan anda dan lihat bulan diatas tertutupi awan merasa malu menampakkan dirinya karena kecantikan anda." Ucap Zachary membuat Deluna menatap datar.
Cederix hanya menyimak pembicaraan keduanya yang belum menyadari kehadirannya. Menatap intens ekspresi wanita misterius itu hingga tak terasa gemuruh jantung semakin bertalu cepat.
"Ang ang ang. Panglima ternyata bisa berkata manis juga." Ucap Deluna membuat Zachary bersemu malu. Cederix menyerngitkan keningnya merasa tidak nyaman dan terganggu dengan interaksi keduanya.
"Jika anda semakin tertawa, entah mengapa saya merasa hubungan kita semakin dekat." Ucap Zachary membuat Deluna bergidik ngeri.
"Narsis banget anj*ng." Celetuk Deluna dengan wajah ilfeel. Ia tarik kata-katanya dulu jika ia tahu kalau Zachary bucin bisa sangat jamet sekali.
Deg.
Cederix terdiam merasa tidak asing. Seperti pernah terjadi sebelumnya. Cederix merasa Dejavu karena ia sangat mengingat pertama kali pertemuannya dengan Deluna saat mereka di Kereta setelah melakukan pernikahan. Kalimat yang terlontar itu sama persis dengan ucapan yang pertama kali Deluna katakan padanya.
"Caroline." Gumam Cederix terdengar oleh Zachary dan Deluna.
"Eh, ada penyelamat." Ucap Deluna lega menghampiri Cederix.
Tunggu, ia seperti tidak asing dengan nama itu. Kilas balik memori tiba-tiba terputar dengan cepat. Deluna dan Zachary yang bingung keterdiaman Cederix saling berpandangan.
"Dasar gila. Aku tidak punya suami. Namaku Caroline. Akh.... "
Deg.
Ia ingat sekarang. Caroline adalah nama yang pernah disebut Deluna setelah ia mengalami insiden dan koma. Menatap wanita dibalik topeng dihadapannya dengan seksama. Bulan yang tertutup awan perlahan menampakkan cahayanya menyinari Deluna yang membuat Cederix tersentak. Gemuruh jantungnya tak tenang.
"Bisakah kau buka topeng itu?" Tanya Cederix membuat Deluna terkejut. Tangannya ingin meraih topeng itu sebelum Deluna menghentikannya.
"Kak, ada apa?" Tanya Zachary menatap Cederix tidak suka yang semakin membuat Cederix tidak sabar. Menatap Deluna dengan intens sedangkan perempuan itu hanya bisa terdiam kebingungan.