Alam mimpi

198 33 1
                                    

Jangan lupa vote sebelum baca
Happy reading

*
*
*

Malam harinya, ruang kamar serba putih itu terlihat sunyi. Penerangan di dalam ruangan hanya berasal dari sebuah lentera dengan batu magis bercahaya di dalamnya. Lentera itu merupakan hadiah dari Jasson, sebagai sebuah bujukan agar si kecil tak lagi memusuhinya. Meskipun sampai saat ini, sang pangeran keenam masih belum mengerti di mana letak kesalahannya.

Sang pemilik kamar sendiri kini tengah asik melamun di atas tempat tidur. Dengan tatapan yang meneliti setiap ukiran kepingan salju pada kanopi, Calix tengah memikirkan hal yang ia alami seharian ini.

"Kit, aku nda hapal nama-nama kelualga di cini," keluh Calix sambil mendudukkan tubuhnya. Ia menatap kesal pada Kit yang malah menggulung diri di atas selimut tebalnya.

"Kit, ayo bantu aku. Aku nda hapal nama meleka, kalo becok calah cebut gimana?" Calix menarik selimut yang membungkus tubuh Kit, hingga makhluk berbulu itu berguling beberapa kali.

[Tadi siang aku sudah mau memberitahu dirimu, tapi kau malah tidak mau dengar. Sekarang sudah malam, waktunya tidur, dan kau malah menggangguku.] Kit mengomel dengan kedua mata biru yang menatap kesal ke arah Calix.

Dengan bibir cemberut, Calix memainkan jarinya. "Maap, 'kan aku nda tau kalo bakal ada Ka Lenjun cama Jicung juga," ucap Calix dengan kedua mata berkaca-kaca.

Kit memalingkan wajahnya saat melihat tatapan bayi itu. Ia menghembuskan nafas berat, lalu mengiyakan permintaan si bayi. Tatapan Calix berubah dalam sekejap begitu melihat Kit menganggukkan kepalanya.

"Jadi, ayo mulai," ucap Calix tak sabar. Ia menggeser bokongnya hingga berada tepat di depan Kit.

Kit ikut mengambil sikap duduk, sambil menatap balita kurus di depannya dengan serius. [Aku akan membantumu mengingat nama-nama mereka, tapi aku juga akan menceritakan padamu tentang perjalanan waktuku dan hal-hal lain yang harus kau ketahui tentang dunia ini. Apa kau sanggup mendengarnya hingga selesai?]

Calix mengetuk dagu dengan jari mungilnya, kemudian tersenyum lebar. "Ciapa takut. Kalo coal begadang, aku jagona."

[Agak mencurigakan.] Kit memincingkan matanya, menatap Calix penuh selidik. [Baiklah, kita mulai dengan perkenalan keluarga ini.]

Kit mulai menceritakan tentang silsilah keluarga kerajaan Emberstone. Dimulai dari sang raja Jefferson yang memiliki empat orang istri, kemudian berlanjut pada ketujuh pangeran yang dilambangkan bintang bagi Emberstone.

Calix masih mendengarkan penjelasan Kit dengan seksama. Saat mendengar Kit menyebutkan nama-nama saudaranya di dunia ini, kepala Calix mendadak pusing. Ia benar-benar kesulitan menghafal nama-nama yang menurutnya aneh dan berbelit itu.

"Ahh, aku nda hapal. Nama meleka culit cekali," keluh Calix saat mencoba mengulang nama-nama pangeran yang lain.

[Kau bisa membuatnya lebih singkat. Coba buatlah nama panggilan yang sekiranya bisa kau hafalkan.] Kit memberi saran.

"Benal juga. Othe, becok aku buat nama balu buat meleka," ucap Calix dengan antusias.

[Ya ya, sekarang persoalan nama sudah selesai. Kita akan masuk pada penjelasanku tentang dunia ini.]

Kit mulai bercerita kembali. Namun baru beberapa menit ia harus berhenti saat melihat balita yang menjadi pendengarnya itu sudah tertidur. Sudut mata Kit berkedut melihat Calix yang mendengkur pelan dengan keadaan mulut yang terbuka.

[Huh, jago begadang apanya? Ku rasa menunjukkan secara langsung padanya itu lebih akan lebih baik.] Kit mencibir. Ia menggulung tubuhnya, kemudian memejamkan mata. Saat itulah seberkas sinar berwarna biru muncul dari liontin yang melingkar di leher Kit, dan langsung mengarah pada dahi Calix.

Little Snow Prince Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang