27

846 86 12
                                    

"Selamat, Istri anda hamil 2 minggu. Tolong dijaga pola makan dan tidurnya" ucap sang dokter tersenyum

Hyunwoo tersenyum lebar begitupun dengan Haein, keduanya menitikkan air mata bersama.

"M-makasih dok, apa ada pantangan untuk bayinya dok? Apakah ada makanan yang tidak boleh dikonsumsi untuk ibu hamil?" Tanya Hyunwoo bertubi tubi

"Hyunwooshi, aku sudah pernah hamil. Aku tau apa yang boleh dimakan dan tidak" ucap Haein membuat Hyunwoo menoleh

"Haha, saya rasa sang ayah terlalu senang. Pak tidak usah parno, jaga saja istri anda seperti bagaimana anda menjaganya di kehamilan sebelumnya" ucap sang dokter membuat Hyunwoo tertohok diam

Haein menyadari perubahan wajah pada Hyunwoo langsung saja ia mengalihkan pembicaraan dengan membahas hal lain.

"Kalau begitu sampai jumpa dua bulan lagi" ucap sang dokter tersenyum dibalas senyuman Haein, sementara Hyunwoo. Entahlah pria itu mendadak murung.

Keduanya kini sudah di mobil, tangan Haein sedari tadi tidak lepas dari perutnya. Rasanya aneh kini ada kehidupan baru lagi di perutnya.

"Sayang, kok bengong. Ayo pulang" ujar Haein membuat Hyunwoo tersadar dari lamunannya dan langsung menancap gas

Keheningan mengisi perjalanan mereka dengan Hyunwoo yang murung dan Haein yang mulai berpikir tentang kehamilan yang akan kembali ia jalani

***

Haein turun dari mobil, ia berjalan pelan ke arah dapur mengambil minum dan meneguknya pelan

"Haein aku ke kantor bentar ya" ujar Hyunwoo langsung pergi tanpa menunggu balasan Haein

Haein menatap heran Hyunwoo kemudian memutuskan untuk tidak bertanya jauh kala pusing melanda tubuhnya

Haein memejamkan mata berusaha menghilangkan rasa pusing, kemudian perlahan naik ke tangga untuk beristirahat di kamar.

Begitu masuk, Haein langsung cepat cepat melemparkan tubuhnya di ranjang. Entahlah, rasanya kehamilan kedua lebih berat dibandingkan kehamilan pertama. Semuanya mulai dari morning sickness, tubuh, kepala terasa lebih berat 2 kali lipat.

Hyunwoo menyetir sembari sesekali memukul setir, dirinya merasa sungguh kesal. Kenapa dirinya tidak ada di saat Haein hamil? Kenapa Haein tidak menghampirinya dan meminta tanggung jawabnya? Kenapa Haein kini malah seolah menyalahkannya saat ia sendiri tidak tahu apa yang telah terjadi.

Pikiran pikiran tersebut terus berkecamuk di dalam otak Hyunwoo, sementara ia sedang mengatur nafas karena emosi.

Hyunwoo menginjak gas lebih kuat guna meluapkan emosi yang entah datang tiba tiba dari mana, mobil hitam milik Hyunwoo melaju kencang di jalanan Seoul yang seharusnya tidak boleh dilewati sekencang itu.

Hyunwoo menyetir bak orang gila, kakinya kian menginjak gas lebih dalam. Sementara matanya sudah tidak menunjukkan matanya yang biasa, ada yang berbeda. Ada kekosongan serta amarah mendalam lewat tatapan tersebut.

BRAKKK

Hyunwoo refleks memejamkan mata kala ia merasa menabrak sesuatu, dan benar saja tak lama terdengar tangisan seorang wanita yang terdengar sangat pilu.

Kemudian terdengar langkah kaki menghampiri kursi kemudi Hyunwoo,  Hyunwoo hanya mampu memejamkan mata frustrasi kemudian memukul setir kemudi kian kencang

"KELUAR! BAWA ANAK SAYA KE RUMAH SAKIT CEPAT!" Marahnya kian membuat hati Hyunwoo berdegup kencang

Astaga, apa ia seorang pembunuh sekarang?

***

Haein terbangun tiba tiba karena alarm yang mengganggunya, ia melihat jam yang kini menunjukkan pukul 6 sore. Ia tak melihat tanda tanda sang suami telah pulang.

Ia menghela nafas kemudian memutuskan untuk turun ke bawah. Pria itu memang selalu bertingkah aneh jika sudah berhubungan dengan masa lalunya.

Hp Haein kembali berdering, Haein menghela nafas lega kala melihat nama sang penelepon.

"Halo-" baru saja Haein ingin mengucapkan salam, suara sang suami di sebrang membuat jantung Haein berhenti

"H-Haein aku nabrak" ucap Hyunwoo gugup, kini ia sudah berada di ruang tunggu ICU ditemani sang ibu korban yang sedari tadi menangis

"Astaga! Kamu dimana? Aku kesana sekarang" ucap Haein buru buru mengambil kunci mobil

***

"Maaf bu, anak ibu tidak bisa kami selamatkan" ujar sang dokter membuat jantung Hyunwoo dan ibu korban melemas

Hyunwoo menatap takut ke arah sang korban, namun ibu korban tersebut hanya menangis. Tampak tak ada tenaga untuk memarahi Hyunwoo ataupun menuntut haknya.

"M-maaf bu, saya minta maaf" ujar Hyunwoo perlahan mulai menangis, ia bersujud di kaki sang ibu korban. Ia tak hentinya meminta maaf ditemani air mata tulus yang tak berhenti mengalir dari pipinya.

"Pasien akan kami pindahkan ke ruang rawat, silahkan ikut saya" ucap sang dokter membuat Hyunwoo dan ibu korban mengernyit bingung

"Katanya tidak terselamatkan? Gimana si dok?!" Amuk Hyunwoo

"Iya, kakinya tidak terselamatkan. Kami sudah amputasi kedua kaki belakangnya" ucap dokter tersebut tanpa dosa

"Astaga dok! Saya kira mati!" Kesal ibu korban kemudian, ia dan Hyunwoo berjalan ke arah ruang rawat

"PUGGIE, HUEHUE MAMA KIRA KAMU MATI NAKKK" ucap sang ibu menangis pilu kemudian memeluk anabul kesayangannya dengan pelan.

"B-bu, saya minta maaf sekali lagi, untuk biaya operasi dan lain lain silahkan ibu serahkan ke saya saja" ucap Hyunwoo takut kalau ibu tersebut ternyata kaya dan menolak mentah upaya baiknya

"Ya lah! Harus kamu yang bayar! Beliin anjing saya kursi roda khusus anjing!" Marah ibu tersebut membuat Hyunwoo menebar senyum palsunya dan mengangguk

"Lain kali jangan ngebut, nanti kalo udah punya anak baru kamu ngerti" ucap sang ibu Korban membuat Hyunwoo merasa tersentil di seluruh bagian tubuhnya.

TBC

Single MotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang