8 >> ERROR <<<

3.4K 355 14
                                    

P

Aing mau curhat. Kemarin aing dimarahin karena baca nopel. Emang baca novel salah y?

Dah, segitu aja.

Btw, sekali lagi ini bukan BL ya sayang. Jangan bandel kalau udh diingetin tuch

***

Matahari pagi yang muncul di ujung cakrawala menerpa lembut wajah Resta yang telah bangun pukul enam pagi hanya demi melihat sunrise.

Pemuda yang telah siap dengan seragam sekolahnya itu beranjak dari pintu balkon, pergi ke luar kamar dan menuruni anak tangga. Di ruang makan yang jaraknya beberapa meter dari tangga, Resta melihat semua anggota keluarga telah berkumpul di sana semua.

Resta menaikkan satu alisnya. Ini pertama kali ia melihat meja makan penuh diisi oleh mereka semenjak merasuki tubuh Resta.

"Pagi, dek." Sean memamerkan senyum memesona— yang tentunya tidak berpengaruh pada Resta.

Dek?

Resta berjalan mendekat, melihat semua yang tersaji di atas meja. "Wow, tumben Dewantara terlihat lengkap di meja makan?"

Resta bertanya itu tanpa pikir panjang, tidak ada niatan tertentu. Ia tentu penasaran, bukankah mereka anti duduk di meja makan?

"Belum lengkap karena belum ada dirimu," sahut Gabriel santai. Ia mengambil piring untuk Resta. "Ayo duduk, saatnya makan."

Resta terperangah. Ia menunjuk dirinya sendiri dengan tampang bodoh. "Kau... barusan menyuruhku?"

Xavier menarik paksa tangan Resta agar duduk di kursi kosong yang ada di sebelahnya. "Ayo makan. Nanti kita telat."

Resta tak sempat menolak karena masih mencerna situasi. Ini tidak salah lihat? Kenapa di matanya wajah-wajah yang ada di meja makan terlihat bersahabat?

"Ayo makan," titah Gaviel, membuyarkan lamunan Resta.

Resta menggerakkan tangannya dengan kaku. Menggapai sendok, dan menyuapkan nasi goreng ke mulutnya. Matanya bergerak penuh tanya menatap wajah Gabriel, Sean, Xavier dan Gaviel yang makan dengan santai.

Ada bencana apa nanti sampai mereka mengajakku makan bersama?

Rasanya nasi di tenggorokan Resta susah untuk ditelan. Perubahan sikap mereka yang begitu cepat dalam semalam membuat mood Resta di pagi hari langsung turun drastis.

Ini baru pagi, dan dia harus disuruh mikir dengan perubahan keluarganya.

Setelah selesai sarapan, Resta terkesiap saat tangannya diseret paksa oleh Xavier memasuki mobil Sean. Lagi, jam kuliah Sean yang dilakukan tengah hari membuat pemuda itu menawarkan diri untuk mengantar adik-adiknya ke sekolah.

"Sebenarnya ada apa?" Bibir Resta gatal untuk menanyakan itu. Ia berusaha abai, tetapi sangat sulit. Dia butuh jawaban.

Xavier yang duduk di samping Resta menyahut tanpa menoleh ke arah pemuda itu. "Ada apanya?"

"Ini bukan seperti kalian," ungkap Resta jujur.

"Bukan seperti kami? Apa wajah kami berubah? Hm, semacam— kulit wajahku yang bersinar seperti sinar rembulan?" tanya Sean, memegang stir erat, kemudian terkekeh mendengar ucapannya sendiri.

Resta mendengus samar. Ia memilih menyerah dan berusaha abai. Toh, ia yakin pasti sikap mereka ada alasannya dan akan berakhir seperti semula. Tidak ada yang perlu dia pikirkan.

"Dek."

Resta tidak menoleh saat Sean memanggilnya. Ia mengira itu panggilan untuk Xavier.

"Dek."

ERRORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang