*
"Gue tau lo punya masalah. Tapi dengan lo lari, masalah itu gak akan selesai. Malah bakal lebih banyak masalah yang mengikuti."
— Kallen Pujarsta —
***
Pagi ini, Yasa sudah segar kembali. Tak seperti semalam, di mana gadis itu letih lesu. Apalagi saat mendapat pertanyaan introgasi dari bi Rais karena pulang larut. Untungnya, Mita membantunya dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Sehingga kini ia tengah menunggu Mita di gazebo, ingin berterima kasih untuk yang semalam.
Namun masalahnya, Yasa sudah menunggu Mita hampir 1 jam penuh. Perempuan yang menjabat sebagai ibunya di masa depan itu tak terlihat batang hidungnya sejak tadi. Membuat Yasa bertanya-tanya, apakah Mita sedang sekolah?
Gadis berponi dengan pita merah jambu di kepalanya itu menelengkan kepalanya. Memperhatikan rumah di depan sana yang tertutup rapat. Ia belum tau bagaimana sikap kedua orang tua Mita—nenek dan kakeknya di masa depan—tetapi sejauh ini, mereka berlaku baik pada Yasa.
"Nungguin Mita?"
Gadis itu refleks menoleh pada bi Rais yang duduk begitu saja di sampingnya. "Percuma kalo nunggu Mita, Nak. Paling dia bakal pulang ke rumah besok," ucapnya lagi yang membuat dahi Yasa berkerut.
"Oh iya, kamu belum tau ya. Mita ada proyek sama temennya, makanya menginap di sana tadi malam. Katanya penting."
"Selarut itu, Bi? Tapi kata Mita, dia gak dibolehin izin menginap. Apa karena mendadak dan penting, makanya Mita menginap?" tanya Yasa melontarkan kebingungannya.
Bi Rais menggangguk, "Mungkin itu alasannya."
Yasa tak paham, tetapi ia sungkan untuk bertanya lebih jauh. Pasalnya, raut bi Rais seperti berbanding terbalik dengan perkataannya. Lagipula proyek apa yang dilakukan selarut itu?
"Oh iya Nak, bisa belikan Bibi toge di warung depan jalan raya? Kebetulan pagi ini Bibi mau numis toge," ujar bi Rais membuyarkan lamunan Yasa.
"Eh, iya, Bi. Berapa ribu?" tanya Yasa setelah mengerjap pelan.
"Lima ratus perak ya," jawab bi Rais membuat Yasa melongo.
Gadis itu memang tak tau pasal uang abad 20, sehingga mendengarnya dari bi Rais membuatnya menatap kain bergambar bunga melati itu. Sebab, di tahun 2024, lima ratus perak hanya dapat membeli satu biji bungkus permen.
"Sa, kenapa diem?"
Yasa menyengir, kemudian beranjak meninggalkan bi Rais. Tanpa mengetahui wanita paruh baya itu tersenyum tipis, senyum yang terkesan sendu.
"Semoga kamu gak tau lebih dalam tentang keluarga ini ya, Sa," gumamnya pelan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Forget Me!
Fantasía= Time Travellers = * Bagaimana jadinya jika seseorang yang jatuh dari ketinggian, bukannya mati, tiba-tiba berada di akhir abad 20? Itulah yang dialami Liyasa Asmira, gadis yang berharap mati karena lelah dengan beban hidupnya. Namun, justru berada...