Elano : 6

801 45 31
                                    

Pulang sekolah Zora tidak bisa bersama teman-temannya untuk menjenguk Samuel karena dia ada pangilan kerja yang tidak bisa ditunda, bahkan gadis itu belum sempat pulang kerumah untuk sekedar mandi dan makan karena kafe hari ini sangat ramai, jadi mereka butuh bantuan Zora.

Hingga akhirnya pukul sembilan malam ia baru saja sampai rumah. Badan Zora sangat lelah, ia ingin rebahan sebentar sebelum menuju rumah sakit untuk menjenguk samuel.

"Aaa..." Baru saja membuka pintu apartemen lalu menyalakan semua lampu, ia dikejutkan dengan keberadaan Elano yang duduk diruang tamu dengan keadaan bertelanjang dada.

"Lo ngapain disini?" Ucap Zora sambil menutup matanya. Dia tidak berekspektasi akan mendapatkan kejadian seperti ini.

"Aku kamu kak" ralat Elano.

"Kamu ngapain disini?" Zora membenarkan ucapannya.

"Kakak tau? Aku sudah menunggu kakak dari pulang sekolah tadi, kenapa kakak baru pulang sekarang hmm?" Ucap Elano, ia berulang kali menyeka keringatnya.

Zora gugup. Bagaimana bocah ini bisa masuk kedalam apartemennya? Padahal sudah ia kunci rapat dengan gembok ganda karena ini apartemen murah.

Ah iya Zora lupa. Dia kan pandai menyelinap.

Mata Zora sedari tadi bergerak kesana kemari, ia sama sekali tidak mau menatap Elano. Apa pemuda itu tidak malu bertelanjang dada dodepan seorang gadis?.

Elano menyeringai nakal. Otaknya mempunyai sebuah rencana untuk membuat gadisnya merasa takut dan juga salting.

Ia kemudian bangkit dari duduknya. Keringat pun langsung berjatuhan dari leher menuju dada bidangnya. Kakinya melangkah mendekati gadis itu.

Zora merasa tak aman kali ini. Dengan cepat dia berbalik badan hendak keluar melalui pintu namun pergerakan Lano juga sangat cepat. Pemuda itu dengan cepat sudah berdiri dihadapannya.

"Mau kabur sayang?" Ucapnya.

Zora menunduk menatap kakinya. Keringat bermunculan pada dahi gadis itu.

"Jika kamu ingin pulang, pulanglah. Aku akan membersihkan diri-"

"Bagaimana kalau kita mandi berdua, badan aku lengket karena keringat" potong Elano.

Zora melotot, pipinya memerah. Kemudian menundukan pandangannya lagi setelah melihat wajah Elano yang semakin tampan dengan semua keringat itu.

Elano mulai mengikis jarak diantara mereka. Zora dengan cepat pun bergerak mundur tapi tangan Lano berhasil menahan lengannya.

"Kakak juga kepanasan kan? Kalau begitu kita mandi bersama saja, hemat waktu juga kan" tawarnya.

Cowok GILA!! batin Zora.

Gadis itu berusaha melepaskan tangan Elano dari lengannya tetapi ia malah merasakan sakit disana.

Dia benar-benar tidak bisa lepas dari laki-laki ini. Dibelakang tubuhnya terdapat pintu yang sudah dikunci, meskipun dikanan dan kirinya ada celah, tangan Elano tetap menahan lengannya, jadi dia tidak bisa keluar.

Elano memejamkan matanya. Menikmati tubuh dari gadisnya. Tangannya pun sudah tidak berada dilengan gadis itu, melainkan berpindah pada pungung Zora yang bergetar. Memeluk gadis itu erat-erat.

Tangan kiri Elano berada di punggung atas Zora, sedangkan tangan kanannya meremas bokong sintal gadis itu. Matanya tetap terpejam dengan mulut yang mengaga sambil terus menyuarakan desahan-desahan.

Tubuh Zora bergetar hebat, apalagi ketika Elano memeluknya sambil menghentak-hentakkan pinggul laki-laki itu. Zora juga merasakan sesuatu yang menonjol pada atas kemaluannya, karena tubuhnya yang kecil, dia semakin tidak terlihat saat Elano mempererat pelukannya.

"Ahhh.... Baby.... Your mine forever.. kalau kamu dekat dengan cowok lain, aku akan membuat nasibnya sama seperti Samuel brengsek itu" ucap Elano disela-sela desahannya.

Zora yang menangis pun terkejut dengan ucapan laki-laki dihadapannya.

Setelah Elano mengalami pelepasan. Ia menghentikan aksinya, menatap Zora dengan nafasnya yang tak teratur. Gadisnya semakin cantik saat mata seperti mutiara itu dilinangi air mata.

Tangan besarnya mengusap air mata Zora yang terjatuh. Gadis itu menatapnya dengan tatapan kosong. Yaa... Elano sudah tau kalau ekspresi itu timbul saat ia mengatakan tentang Samuel tadi.

Elano kembali duduk pada beanbag. Kenapa pula AC diapartemen ini mati. Keringat masih berjatuhan pada dadanya, apa lagi saat ia mengalami ejakulasi tadi. ELano tersenyum karena penisnya begitu payah, belum juga ia masukan pada lubang kenikmatan milik Zora saja sudah keluar banyak.

Elano meraba celananya. Tangannya basah dan juga lengket. Matanya kembali melirik Zora yang masih seperti batu didepan pintu masuk.

Ia pun bangkit kembali, tetapi untuk menuju kamar mandi. Badannya sangat lengket karena keringat.

Besok, ia akan menculik Zora untuk memindahkan gadis itu pada apartemen yang mewah dan super lengkap, tidak-tidak... Elano akan membeli apartemen itu untuk gadisnya saja supaya tidak ada yang menyewa tempat itu. Apalagi pengunjung laki-laki, bisa gila ia karena dilanda cemburu.

Keadaan Zora berantakan, meskipun begitu ia pergi keluar apartemen tanpa mandi atau makan dulu sebentar. Ia khawatir dengan keadaan Samuel. Tega sekali Elano bilang seperti itu tanpa merasa bersalah sedikitpun.

Sampai di rumah sakit yang ditujunya, Zora langsung bertanya pada resepsionis dimana kamar Samuel berada.

Perutnya yang berbunyi sedari tadi dia hiraukan. Apalagi saat melihat keadaan Samuel yang berbaring diatas ranjang dibantu dengan alat-alat medis yang tertancap ditubuhnya.

Suasana sepi menyelimuti. Suara yang timbul pun berasal dari alat-alat medis itu. Orangtuanya laki-laki ini pun tidak ada. Benar-benar Samuel dibiarkan sendiri disini begitu saja.

Zora meraih kursi yang berada didekat ranjang Samuel. Ia duduk disana sambil menatap wajah yang penuh perban laki-laki itu.

Air matanya kembali jatuh. Meskipun begitu ini semua salahnya. Kenapa pula ia meninggalkan Samuel pada aprtemennya saat dia lembur kerja. Kalau saja ia pulang atau tidak jadi masuk kerja saat itu, ini semua tidak akan terjadi.

Zora menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya, supaya suara tangisannya tidak terdengar oleh siapapun.

Mata Samuel tetap saja tertutup. Tidak ada tanda-tanda laki-laki itu akan bangun dari komanya.

Zora menggeser kursinya lebih dekat dengan ranjang. Ia mengambil tangan Samuel setelah mengusap air matanya yang turun dengan deras.

Menggenggam tangan dingin itu sambil mengelusnya. Mulutnya pun tiada henti-hentinya mengucapkan kata maaf walaupun ia tau kalau Samuel tidak akan pernah mendengarnya.

Kalau saja ia tidak mengenal Elano dari dulu mungkin seumur hidup dirinya tidak akan bertemu laki-laki gila itu. Zora juga tidak membayangkan kalau laki-laki culun yang dulu pernah menyatakan cinta padanya kini menjadi sosok yang sangat tampan namun juga psikopat.

Karena terlalu lama menangis sambil menggenggam tangan Samuel yang dingin. Zora tertidur dengan kepala yang ia letakan pada ranjang sedangkan badannya tetap duduk pada kursi.

Meskipun tubuhnya lelah. Zora bergegas kesini sambil menahan lapar. Ini semua pun belum cukup untuk dirinya membayar kesalahannya pada Samuel. Permintaan maaf pun mungkin belum bisa meringankan sakit yang dialami laki-laki ini.

Untuk sementara waktu. Sepulang sekolah, Zora akan berada disini untuk merawat Samuel. Setidaknya sampai laki-laki itu sadar dari komanya.

.
.
.
.
Next..

ElanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang