Elano : 8

765 47 2
                                    

Pagi ini, bahkan jarum jam belum menginjak pukul tiga dini hari. Suara ribut datang dari depan kamar Zora. Gadis itu menutupi kedua telinganya dengan bantal lalu membungkus tubuhnya dari kaki hingga kepala dengan selimut, namun suara keras itu terus masuk ke pendengarannya.

"Zora! Kau membuatku marah, buka pintu ini atau aku dobrak!!"

Elano berteriak sambil menggedor-gedor pintu kayu itu keras. Zora yang muak dengan tingkahnya pun bangkit dari ranjangnya lalu membuka pintu itu.

Wajak Lano yang awalnya marah, kini berubah saat pintu itu terbuka. Ia menampilkan raut wajah memelas seperti menginginkan sesuatu darinya.

"Boleh tidur bersama? Kamarku terlalu kosong, jadi aku ingin tidur denganmu kak" Pintanya.

Zora sedikit ternganga. Laki-laki itu membangunkannya sepagi ini hanya untuk permintaan yang tentu saja Zora tolak? Gila kali tidur sama lawan jenis.

"Enggak" Zora mengucapnya dengan nada malas. Ia ingin menutup pintu itu kembali tetapi Lano mendorongnya dengan sedikit kuat hingga Zora hampir saja terjungkal kebelakang.

Lano menangkapnya lalu membanting tubuh Zora diatas kasur gadis itu yang lebar. Lano kemudian menindih Zora hingga gadis itu tidak bisa bergerak kemana-mana.

"Lepasin brengsek!" Maki Zora.

Lano berdehem singkat "...pangeran brengsek ini sudah jatuh cinta dengan gadis miskin seperti kakak"

Ucapan Lano sedikit menyinggung Zora. Laki-laki itu malah tersenyum dengan alis diangkat satu, terkesan sangat merendahkannya.

"Kenapa juga lo mau repot-repot berurusan dengan orang miskin kek gue?"

"Kalo bukan aku, siapa juga yang peduli ma kakak? Teman-teman kakak itu? Mereka bahkan tidak tau kalo apartemen yang kakak tempati kemarin terbakar kan? Apa itu yang disebut teman? Rumah mereka bahkan tak jauh dari apartemen jelek itu"

Ucapan Elano tentu ada benarnya. Sampai dua hari ini, teman-temannya sama sekali tidak ada kabar. Padahal tempat tinggal mereka juga tak jauh dari apartemen itu.

Lano tersenyum miring. Ia berhasil menyudutkan gadisnya. Elano memajukan wajahnya hingga bibir tebal menggodanya itu mendarat pada pipi tembem Zora.

Zora membulatkan matanya. Ia masih berusaha memberontak supaya tubuh besar Lano menyingkir dari atas tubuhnya.

Lano menyerah, ia puas menggoda gadisnya. Tubuhnya ia rebahkan ke samping lalu memeluk tubuh Zora dari samping dengan mata yang terpejam.

Gara-gara ucapan Lano tadi, Zora memikirkan kedua sahabatnya. Ia bahkan membiarkan Lano begitu saja yang memeluk tubuhnya dari samping.

Apa kedua sahabatnya itu tau kalau apartemennya terbakar? Atau mereka belum tau karena kepentingan urusan masing-masing? Entahlah, Zora harus memastikan dulu. Ia juga belum sempat kerumah sahabatnya karena dibawa oleh Lano ke bangunan mewah ini. Zora juga tidak bisa mengabari mereka karena ponselnya rusak.

Besok pagi waktu sekolah, Zora akan tanya langsung pada mereka. Toh Lano juga menyiapkan keperluan sekolahnya. Laki-laki itu mau memberi semua yang Zora inginkan asal Zora mau menuruti perintahnya.

Sama-sama untung juga sih kalau permintaan Lano tidak aneh-aneh.

>>>

"Morning babe.." ucap Lano saat memeluk Zora dari belakang yang tengah meletakan piring pada meja makan.

Meskipun laki-laki itu sudah gila tetapi Zora masih punya hati untuk balas budi pada Elano. Karena laki-laki itu sudah memberinya tempat tinggal, walaupun dengan cara memaksa.

"Lano please lepasin dulu, itu kompornya belum mati soalnya masih masak sayur"

"Leave it like this for just five minutes, honey..."

Oke, Zora tidak memiliki kebebasan disini. Ia hanya berdiri mematung dan membiarkan Lano menghirup aromanya asalkan laki-laki itu tidak melebihi batas.

Setelah puas memeluk Zora dari belakang. Lano menarik paksa dagu gadisnya untuk bertatapan muka. Lalu mencium bibir Zora dalam-dalam.

Sejenak Zora terbuai akan ciuman itu. Meskipun pemaksaan diawal tetapi diakhiri dengan perlakuan lembut sampai-sampai Zora tidak sadar kalau panci yang berisi sayur untuk sarapan itu meluap hingga membuat tuan kompor menjadi kotor.

Zora mendorong Lano lalu berlari kearah dapur untuk mematikan kompornya. Ia bernafas lega karena, meskipun ia terlambat tapi untungnya sayur ini tidak meluber terlalu banyak.

Elano menggelengkan kepalanya. Ia menuju kamar mandi untuk segera pergi ke sekolah dengan gadisnya.

Selesai sarapan. Mereka mengendarai mobil untuk pergi ke sekolah. Zora tidak percaya kalau ia berada di satu mobil yang sama dengan anak yang masih dibawah umur untuk menyetir.

Tentu ini ilegal. Tapi siapa peduli? Polisi di negara ini saja jarang bertugas dijalanan. Lagian banyak juga anak sd yang dibiarkan bebas berkeliaran di jalanan dengan motor yang mereka naiki.

Selesai memarkirkan mobilnya, Lano segera menggenggam tangan kecil Zora untuk berjalan bersama menuju kelas. Meskipun gedung kelas 1 dan 2 di SMA ini berbeda.

Lano mengantarkan Zora didepan kelasnya. Dengan kecepatan kilat ia mencium pipi gadis itu kemudian berlari menuju kelasnya berada.

Kelas yang sudah ramai tentu saja melihat kejadian itu. Kedua sahabatnya Zora pun dibuat ternganga karena kelakuan Lano. Mereka segera menghampiri Zora lalu mendudukan gadis itu secara paksa.

"Ceritakan dari A sampai Z, cepet!" Ucap Mae dan Vio secara bersamaan.

Zora memijat kepalanya karena ia tak tau harus menceritakan awalnya bagaimana. Yang Mae dan Vio tau Elano dulu dan Elano sekarang adalah orang yang berbeda. Padahal Zora sudah bercerita kalau Elano yang sekarang adalah Elano yang sama dengan dulu yang pernah ia buli dengan kedua sahabatnya itu.

Tetapi mereka tak percaya dan tetap kekeuh pada pendiriannya.

Zora memilih menenggelamkan wajahnya pada lipatan tangannya. Kalau ia bertanya tentang apartemennya yang terbakar pun rasanya tidak akan pernah di tanggapi oleh kedua sahabatnya itu karena mereka sibuk menanyakan tentang Elano.

.
.
.
Next...

ElanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang