Malam sudah larut dan Zora tengah berjalan di sebuah gang menuju apartemennya. Ia mengusap-usap belakang lehernya, malam ini kenapa menjadi sangat dingin?.
Rambut yang semula terkuncir cantik kini ia geraikan. Badannya sangat lelah karena melayani banyak pelanggan hari ini.
Zora mengehentikan langkahnya saat mendengar suara gebukan keras. Diujung gang ini ada sebuah belokan yang mengarah pada area apartemennya.
Ia mengendap-endap untuk mengintip di belokan tersebut. Tepat dibawah lampu jalanan yang remang-remang itu terdapat dua orang laki-laki yang sedang berkelahi.
Salah satu dari mereka ada yang memakai seragam walaupun Zora melihatnya tidak terlalu jelas. Ia menyipitkan kedua matanya dan sedetik kemudian ia terbelalak kaget.
Disana ada Samuel yang masih mengunakan seragam lengkap telah dipukuli dengan brutal oleh orang yang memakai hoodie. Badannya yang atletis dan besar itu masih memukuli Samuel dengan keras. Zora menduga kalau Samuel sudah pingsan karena remaja itu sama sekali tidak melawan saat dirinya dipukul. Atau jangan-jangan...-
Zora menutup mulutnya yang ternganga. Air matanya turun dengan sangat deras. Tiba-tiba ia terkejut saat ponselnya berbunyi.
Orang berhoodie itu menoleh pada belokan dimana Zora berada. Ia dengan cepat berlari kesana dan mendapati seorang gadis yang sangat ia kenal dari postur tubuhnya walaupun wajah gadis itu tertutupi oleh untaian rambutnya yang sangat harum.
Zora yang masih mencari ponselnya yang terus berdering didalam tas pun sama sekali tidak menyadari seseorang yang berdiri disampingnya. Ia menolak pangilan tersebut. Dan saat memalingkan wajahnya ke kiri, gadis itu terjatuh karena terkejut.
"My sweetie heart..." ucap orang berhoodie itu dengan suara yang serak.
Zora membelalakkan matanya. Air matanya terus meluncur jatuh dengan sangat deras. Apakah hidupnya akan berakhir malam ini?.
Melihat Zora yang menangis, orang itu jongkok dihadapannya "harusnya kakak tidak melihat kejadian itu.... ahh~ aku jadi tidak bisa menguntit kakak lagi dong" ucapnya sedih.
Zora perlahan bergerak mundur namun kakinya mendadak lemas saat tangan besar itu menahannya.
"Kakak masih ingat aku?" Ucapnya lagi.
Zora dapat melihat wajah itu akibat cahaya lampu jalanan. Ia mengernyit lalu menggeleng takut.
"Ahh.. ya sih, aku merawat tubuh ini dengan sangat keras. Gak heran juga kalau kakak bisa lupa. Biar aku bantu, 'si buruk rupa dari SMP Bintang Bangsa'"
Ucapan orang itu membuatnya terkejut. Otaknya berputar secara otomatis pada kejadian empat tahun lalu saat dimana ia masih mem-bully seorang anak laki-laki culun yang satu tahun dibawahnya.
Orang itu tersenyum melihat ekspresi terkejut Zora yang menggemaskan. Ia merangkak mendekatkan wajahnya pada wajah gadis itu yang membuat Zora perlahan juga ikutan mundur.
Ia menjilat air mata yang turun pada pipi tembam itu lalu tersenyum "sudah mengingatku?" Tanyanya.
Zora yang diperlakukan seperti itu pun secara refleks mengangguk untuk menjawab pertanyaan orang itu lalu kemudian menggeleng karena sangat tidak nyaman dengan posisi mereka berdua saat ini. Air matanya bahkan lebih deras dari yang tadi.
Orang itu pun paham. Ia menjauhkan tubuhnya dari Zora "sampai jumpa disekolah" ucapnya kemudian pergi.
Zora yang masih syok pun memegangi dadanya. Dapat ia rasakan kalau jantungnya berpacu sangat cepat. Setelah tenang Zora kemudian berdiri dan kembali teringat akan nasib Samuel.
Ia berlari pada gang itu namun saat menitik lokasi dimana Samuel dipukuli tadi, Zora sama sekali tidak melihat keberadaan teman sekelasnya itu.
Zora menutup mulutnya, tubuhnya luruh karena kakinya terasa seperti jelly. Ia sangat yakin kalau Samuel tadi terkapar dengan banyak darah yang memenuhi wajahnya. Tapi kemana pemuda itu? Bahkan disini sama sekali tidak ada bekas atau cipratan darah yang menempel pada dinding dan aspal. Semuanya sangat bersih seolah-olah tidak terjadi apapun.
Namun Zora tidak menyadari. Awal pertemuan mereka akan membuat kehidupan Zora yang nyata baru saja dimulai.
>>>
Keesokan harinya Zora mengalami demam tinggi. Karena ia tinggal sendiri jadi dengan susah payah ia marawat tubuhnya tanpa bantuan orang lain. Dada Zora naik turun karena tadi habis mengambil sebaskom air untuk mengompres dahinya. Walaupun jarak kamar dan dapur tidak terlalu jauh, namun dikondisinya yang seperti ini hanya dengan bergerak sedikit saja ia sudah kelelahan.
Nafas Zora tercekat kala mendengar suara pintu apartemennya yang dibuka. Ia yakin hanya dirinya yang memiliki kunci pintu apartemen ini tapi kenapa seperti ada seseorang yang masuk menggunakan kunci itu.
Zora tidak bisa bangun dari kasurnya. Tubuhnya sangat lemas bahkan untuk miring ke samping saja.
"Kau harusnya tidak pernah melihat kejadian semalam kak, sakit kan jadinya" ucap seseorang yang masuk dengan perlahan menuju kamarnya.
Zora terbelalak kaget. Orang ini, orang yang semalam membuat Samuel pingsan dengan pukulan besar nya. Kenapa dia ada disini, apa Zora akan dibunuh.
Orang itu berpenampilan berbeda kali ini, ia memakai kaos putih polos yang ketat hingga perutnya yang kotak-kotak itu tercetak dengan jelas dan juga celana hitam panjang. Ada gitu orang dengan badan sebesar ini? Zora yakin kalau orang itu selalu pergi ke tempat kebugaran untuk mengikuti kompetisi pria berotot.
Karena semalam Zora hanya terfokus pada wajah orang itu. Kini Zora bisa melihat seluruh bentuk badan atau gaya rambut orang itu.
Rambut bergaya middle part itu terlihat menawan, apalagi kulit yang sedikit tan itu sangat seksi. Badan yang besar atletis mungkin tidak hanya bisa memikat para gadis namun bisa juga para tante-tante atau anak dibawah umur yang sudah mengerti tentang laki-laki.
Zora sudah mengingat orang ini. Dia adalah orang yang sama dengan yang dulu pernah ia bully di SMP Bintang Bangsa karena wajah jeleknya. Namun Zora tidak menduga kalau orang itu akan berubah menjadi seperti ini.
Mengingat badan korban bullynya yang kurus dan pendek hanya sebatas telinganya saja membuat Zora tidak percaya akan perubahan yang sangat berbeda ini. Tapi kenapa dia muncul lagi? Bukannya Zora dulu sudah membuatnya trauma hingga pindah kota? Lalu kenapa dia tidak marah ataupun balas dendam kepadanya?.
"Walau tubuhmu lemah seperti ini, kau masih saja terlihat cantik kak" ucap orang itu.
Victor Elano namanya. Laki-laki yang umurnya satu tahun dibawah Zora itu telah kembali dihadapannya dengan perubahan yang sangat drastis. Badannya yang kurus dan pendek menjadi lebih tinggi, kekar dan besar. Wajahnya yang jelek dengan behel dan juga kacamata tebal yang tidak pernah lepas dari sangkarnya itu telah menjelma menjadi wajah yang tampan namun terlihat sangat mengerikan bagi Zora apalagi ketika dia tersenyum.
Senyumnya lebih kearah seringaian psikopat yang Zora tonton di ponselnya. Yaa dia memang psikopat saat Zora melihatnya memukul Samuel dengan brutal semalam.
.
.
Next...

KAMU SEDANG MEMBACA
Elano (End)
أدب المراهقينFollow sebelum membaca!!!!!!!!!!!!! Pernah tidak membully seseorang sampai membuatnya trauma, tetapi orang itu malah suka dan bahkan terobsesi kepadamu? Itu yang dialami Zora. Lano yang merupakan anak tunggal berpenampilan cupu yang sering Zora bull...