CHAPTER 12

121 16 1
                                    

SEBELUM LANJUT USAHAKAN PENCET VOTE DULU YAA!! THANKYOUU <3

Happy reading✨

***

Hari ini rencana nya Fara akan menjenguk Abian yang tengah di rawat di rumah sakit. Semalam bocah berusia satu tahun itu harus dirawat inap dirumah sakit karena pihak klinik tidak bisa menangani karena demam Abian tak kunjung turun.

Fara tengah menunggu Panji yang tengah bersiap-siap. Ia akan menjenguk Abian bersama ibu-ibu Persit lainnya. Tentunya ia akan bertemu dengan Bu Wadan yang mulutnya lemes itu. Setelah semuanya siap Fara bersama Panji berangkat menuju aula batalyon tempat dimana ibu-ibu menunggu truk batalyon. Ya, mereka akan menggunakan truk batalyon untuk pergi ke rumah sakit.

Ternyata disana sudah banyak ibu-ibu yang menunggu. Fara harus berpisah dengan Panji karena dia harus pergi ke kantor untuk bekerja. Selepas kepergian Panji ia menghampiri Bu Bagas yang mempunyai nama kecil Andini. Fara dan Dini hanya terpaut usia dua tahun yakni Fara dua tahun lebih muda. Andini sendiri merupakan istri dari Letda Bagas yang sehari-hari nya menjabat sebagai Danton Kompi yang Panji jabat.

"Dini, apa kabar? Katanya kamu sama Letda Bagas habis liburan ke Bali ya" kata Fara. Kebetulan Andini dan Letda Bagas baru saja menikah. Wajar bila keduanya telah berlibur ke Bali.

"Alhamdulillah baik mba. Izin mba sendiri gimana kabarnya? Aku kangen banget lho sama mba Fara" ucapnya. Sebelumnya Andini dan Fara sudah saling mengenal karena keduanya pernah bertemu di Stasiun Bandung saat Andini masih bekerja sebagai pramugari kereta.

"Baik juga, makin cantik aja aura pengantin nya keluar loh Din" goda Fara. Dini hanya tersipu malu. Tak lama sebuah truk batalyon datang tepat di hadapan ibu-ibu yang menunggu. Mereka menaiki truk untuk menuju rumah sakit. Kalian harus tau bahwa menaiki truk batalyon mengenakan pakaian Persit sangat susah namun berbeda dengan ibu-ibu yang sudah terbiasa ini. Mereka naik tanpa harus ditolong oleh bapak tentara lain. Benar-benar definisi Independent Woman.

***

Hari mulai malam. Sedari pulang menjenguk Abian tiba-tiba tubuh Fara nge drop. Ia mengalami pusing dan muntah-muntah beberapa kali. Ia merasa tak enak badan. Fara sudah mencoba menghubungi Panji namun pria itu sama sekali tak ada jawaban.

Diluar tengah hujan deras. Hawa dingin mulai menyeruak ke tubuh Fara. Ia segera mengeratkan selimut yang menggulung dirinya. Fara khawatir apakah Panji baik-baik saja disana? Pesan yang ia kirim belum dijawab oleh pria itu.

Ponselnya berdenting tanda pesan masuk. Sebuah pesan dari kontak bertulis 'Mas Panji' membuat Fara langsung membuka isi pesan tersebut.

[Saya tidak apa-apa. Tunggu saya ya, sebentar lagi saya pulang. Ini masih ada urusan dengan komandan]

Ia bernapas lega. Syukurlah kalau suaminya baik-baik saja. Kepala nya semakin berat serta pandangan nya mulai kabur. Ia merasa seolah rumahnya berputar. Saat ingin memejamkan mata ia menahan rasa gejolak di dalam perutnya yang ingin keluar.

"Huek"

"Huek"

"Huek"

Ia segera berlari ke kamar mandi. Fara mengeluarkan isi yang ada di perutnya. Setelah merasa membaik ia kembali berjalan ke kamarnya dengan memegang perutnya. Setelahnya ia memilih tidur untuk mengurangi rasa mual dan pusing nya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SANG LETTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang