Cemburu

804 83 7
                                    


Pattranite Limpatiyakorn, atau biasa dipanggil Love, wanita muda yang berprofesi sebagai apa saja asal sejalan dengan jenjang pendidikannya. Seperti saat ini, dirinya diminta untuk menjadi konsultan bisnis di sebuah perusaan yang sudah berdiri cukup lama.

Pansa Vosbein, wanita matang yang mengembangkan sayapnya di perusahaan tambang sebagai bagian dari tim spesialis energi terbarukan.

Pasangan yang baru halal ini, selain berusaha semaksimal mungkin untuk meraih impian mereka dalam hal pekerjaan, juga tidak lupa untuk membangun keluarga kecil idaman mereka berdua.

Walaupun begitu, tetap saja di dalam rumah tangga akan selalu ada asam-garam atau suka-duka. Sebagai dua insan yang sudah terikat janji satu sama lain, mereka rela untuk mengalami itu semua. Mereka rela menurunkan ego dan saling mengerti.

Seperti biasa pada hari kerja, Pansa pulang ketika matahari baru tenggelam, disambut dengan istrinya yang sudah pulang lebih dulu.

"Gimana kerjanya hari ini, pasti cape ya?" Love berjalan ke arah Pansa.

"Engga kok, seperti biasa." Pansa menjawab. Tetapi belum sedetik, tubuh Pansa tiba-tiba tidak bertenaga. Ia jatuh terduduk di depan istrinya, dua tangannya menahan tubuhnya.

"Eh, sayang kenapa kok lemes gitu?" Love mencoba memapah, membawa Pansa duduk di sofa.

Pansa tertawa kecil, tidak bisa membuat Love mengurangi cemasnya. "Padahal tadi ga kerasa apa-apa loh. Tapi pas liat kamu langsung kerasa capenya."

Love meraih tangan istrinya kemudian memijat-mijat pelan. Berhadap rasa cape yang dimaksud tadi berkurang. "Emang kenapa kok sampe ga kerasa gitu capenya?"

"Biasalah, dituntut hasil riset. Tapi walaupun hasilnya nanti ga sesuai gapapa kok, namanya juga nyoba-nyoba." Pansa tersenyum melihat tangan mungil istrinya yang tidak memberikan tekanan apapun dari pijatannya.

"Tapi kamu mau tau ga?" Pansa melanjutkan, menegakkan duduknya. "Tadi tuh kita sempet coba pake jalanin mesin pake sumber listrik dari bahan bakar biomass, terus awalnya bisa tapi tiba-tiba mesinnya macet. Terus..."

Love memperhatikan tangan Pansa yang lepas dari pijatannya, mengikuti gaya bicaranya yang menggebu-gebu.

Kemudian tangan Love meraih tangan Pansa menenangkan, "...jadi nanti kita coba lagi abis benerin mesinnya." Love mengangguk tidak mengerti.

"Terus penyebabnya udah tau belom kenapa bisa gitu?" Tanya Love.

"Kemungkinannya ga sedikit, jadi belum tau yang mana." Pansa mencium tangan istrinya.

Bunyi ponsel milik Love berbunyi. Keduanya hanya memerhatikan ponsel itu.

"Kenapa ga diangkat?"

"Ohiya."

"Se-gamau itu tangannya lepas dari aku, aw."

Love pergi ke ruang tamu untuk mengangkat ponsel, membuat Pansa memutuskan untuk pergi mandi.

Satu jam berlalu, Pansa mencari istrinya yang ternyata masih ada di ruang tamu, masih menelpon. Tetapi bedanya tadi Love berwajah serius, sekarang acara telponan itu jadi penuh candaan dan tawa.

"Ra? Masih telponan? Makan malam yuk?"

Love menjauhkan ponsel dari telinganya, "Iya sebentar, aku matiin dulu. Kamu tunggu di ruang makan aja."

Pansa memutuskan untuk menunggu di ruang tv. Matanya mencuri-curi pandang ke arah istrinya yang tidak langsung mengakhiri telponnya.

Hampi lima menit, Love menghampiri Pansa yang pura-pura menonton tv.

life with you, happy and sad, smile and tearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang