Cemburu {5}

1.1K 143 11
                                    


Sudah sepuluh menit sejak kepulangan Pansa yang tanpa disambut oleh Love.

Istrinya sudah memberi pesan bahwa dia akan pulang lebih lambat dari biasanya. Pansa hanya mengiyakan saja, ia tidak menyangka jika kepulangan istrinya itu akan lebih lama darinya.

Bisa saja Pansa bertanya kepada Love ada urusan apa, ada urgensi apa, atau ada kepentingan apa sehingga harus dijemput oleh Win. Tapi ia memutuskan untuk bertanya langsung, menghindari emosinya saat sedang bekerja.

Tidak lama kemudian pintu terbuka. Pansa melihat ekspresi bahagia di wajah Love.

"Kamu abis ngapain?" Tanya Pansa dingin.

Wanita mungil itu menatap mata Pansa, terlihat raut tidak suka darinya. "Abis acara. Kenapa nada kamu kaya gitu?" Love menaikkan alisnya.

"Kamu ngapain sih? Harus sama Win?"

"Engga kok. Tapi dia nawarin, yaudah terima aja."

"Terima aja? Kamu ga mikirin aku?"

"Mikirin kamu apa sih? Emang kamu kenapa?" Love terheran. Perasaan dari kemarin justru Pansa yang tidak menunjukkan ketertarikan dengan urusan pekerjaannya.

Pansa menahan tangan Love yang ingin pergi ke kamar. "Diem, kamu jangan ke mana mana."

"Apa sih kamu tiba-tiba kaya gini?" Love melepas tangan Pansa.

"Aku cemburu. Ngapain sih kamu sama dia?"

Perkataan Pansa membuat Love menghentikan langkahnya.

"Kamu cemburu? Baru bilang sekarang terus kamu marah ke aku?"

"Kamu ngapain sama dia berdua? Sampe pulang malem, urusan kerjaan apa kaya gitu?"

Love memandang istrinya tidak percaya, "Berdua?" Ia membanting tasnya. "Kata siapa berdua?? Aku bilang tadi pagi 'sama win, dan temen kantor aku satu' kamu ga denger? Ga liat ada tanda koma hah?"

Kepala Love mendongak ke arah Pansa, ia menatapnya tajam, air matanya keluar.

Pansa yang masih mencerna perkataan Love, melihat air mata itu, membuat hatinya terasa sakit.

"Kok kamu mikir gitu sih ke aku?" Tanya Love, ia menghela napas berat, berusaha menenangkan emosinya, menahan air matanya. Kemudian duduk di sofa sambil memijat pelipisnya.

"Aku sama temen aku, cewe, diminta bantuan sama Win buat cari kado dan beli bahan design buat ruangan acara ulang tahun."

Pansa masih terdiam berdiri.

"Kita berangkat pagi biar sempet , terus pulang telat karena yang searah tuh dianterin sama Win, salah satunya aku. Ini ulang tahun pertama istrinya setelah mereka menikah, makanya dia seniat ini."

"Istri?" Pansa akhirnya menatap ke arah Love.

"Kamu gatau dia udah menikah?"

Pansa menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Bagaimana bisa dia seceroboh ini? Kalau ternyata Win sudah punya pasangan, kenapa dia harus berpikir berlebihan?

"Duduk sini." Titah Love.

Pansa pun duduk, ia berpikir untuk memulai berbicara dari mana. "Maaf ya, harusnya aku ga cemburu." Ia membuka suara. "Harusnya aku ga perlu terlalu permasalahin masalah ini."

Love melihat Pansa yang dengan wajah bersalah, ia mengelus pipi Pansa lembut dengan ibu jarinya. "Kenapa kamu mikir gitu?"

"Kita udah menikah, udah terikat, aku uda milikin kamu, aku pun milik kamu. Ga ada alasan buat aku cemburu kan?" Pansa memegang dadanya, ia teringat istilah pride kemarin, istilah dengan rasa percaya diri. Tapi dada itu terasa sakit sekarang.

life with you, happy and sad, smile and tearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang