"Namtan, hey! Bangun, saltingnya masa belom selesai."Namtan mengangkat kepalanya, ia melihat istrinya di sofa sedang duduk bersama Love.
"Sana bantuin Kak Pansa, masih sibuk tuh dia di dapur ga tau ngapain."
Perempuan dengan kaos polos dan celana sepanjang lutut itu menurut, dia pergi meninggalkan ruang tamu untuk 'membantu' temannya. Walaupun ia penasaran dengan apa yang akan Racha dan Love bicarakan, tapi ia juga takut kalau Pansa berniat ada niatan buruk karena mengobrak-abrik dapurnya.
Racha kembali menghadap Love, melanjutkan berbincangan mereka.
"Kode gimana? Pura-pura ga tau nih kamu."
"Bukan gitu, Cha. Pengen tau aja siapa tau beda, biar nanti bisa dicoba."
"Iya sih ga mungkin kamu polos, mukanya doang. Lagian kan kalian pernah duluan pasti."
Love melempar bantal ke arah Racha. "Fitnah aja, orang ga pernah pas sebelum nikah."
Walaupun Love dan Pansa berpacaran lama sebelum menikah, mereka tidak pernah berpikiran untuk melakukan adegan panas di ranjang. Bohong. Pernah lah. Tidak jarang pula.
Tapi setiap berada di suasana yang menjurus ke adegan tersebut, biasanya Pansa pergi cuci muka dan udara segar, atau Love mencari air dingin untuk diminum. Semua itu untuk meredakan hasrat mereka.
Komitmen tersebut merupakan salah satu alasan mengapa kedua insan ini bisa langgeng hingga menikah, mereka punya kesamaan prinsip dalam menjaga diri dan pasangan.
"Ih sama. Bahkan pas malam pertama, si namtan pegang tangan aku aja gemeter." Racha melirik ke arah dapur untuk memastikan kalau orang yang bersangkutan tidak dengar.
Love tertawa pelan, "Kak Namtan kalo di luar berani tuh, lagaknya sangar. Ternyata begitu orangnya?"
"Jangan tanya. Kalo di luar, gombalannya uda kayak jamet jembatan ciliwung. Pas di rumah, aku cium doang dia salting lima menit."
Keduanya terkekeh sekaligus menahan tawa.
"Aku kepikirannya tuh, kayak pake baju terbuka, pake parfum, terus kode pake muka pengen- muka pengen? Ya pokoknya gitu lah. Iya, ga?" Love memainkan alisnya naik-turun.
"Woooaahhhh. Woooowwww. Wuuuuuhhhhh." Wanita satunya menepuk-nepuk tangan.
"Kenapa sih, Cha? Gitu kan?"
Racha mengangguk, "Iya benar seperti itu, Suhu." Ia merapatkan kedua telapak tangannya, lalu menunduk hormat.
Kemudian keduanya kembali saling bertukar cerita soal aib-aib pasangan mereka yang ternyata tidak beda jauh. Menurut mereka itu adalah pembahasan yang menyenangkan, walaupun ketika kejadian terasa memusingkan.
Tapi entah setelah dipikir-pikir, mereka mencari alasan kenapa memutukan untuk menghabiskan sisa waktu kehidupan bersama pasangan yang sudah mereka pilih.
Seperti biasa, di akhir pembicaraan, mereka menarik kesimpulan bahwa pasangan mereka adalah pengguna pelet.
Setelah itu Love memutuskan untuk pulang karena ada pekerjaan rumah yang harus dilakukan. Ia memanggil Pansa untuk pulang.
Ketika dia ke halaman belakang rumah, mencari letak sumber suara, ia melihat istrinya mengayunkan ayunan yang tidak ada orangnya. Matanya mencari orang satunya yang seharusnya berada di ayunan itu, karena paling tidak usaha Pansa menjadi tidak sia-sia.
Tapi ternyata orang itu sedang mengacak-acak ranting yang jatuh di rumput, atau mengukir batang pohon? Entahlah, hanya tuhan yang tau.
Love menyuruh Pansa untuk ikut pulang bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
life with you, happy and sad, smile and tear
FanfictionLika-liku rumah tangga Pansa dan Pattra.