"Kamu tau ga? Kalo tidur terus mimpi tuh pertanda tidurnya ga nyenyak?" Ucapnya sambil tetap membaca sesuatu di ponsel, ia duduk di sofa dengan nyaman, sedangkan di depannya terlihat wanita tersayangnya sedang mengutak-atik televisi."Iya kah?"
"Iya. Kamu sering mimpi ga?"
"Engga sering sih, tapi aku maunya mimpi." Namtan mengambil remot, mencoba apakah tvnya bisa tersambung.
"Kok maunya mimpi? Ga nyenyak dong tidurnya." Racha menaruh ponselnya, kemudian ia memperhatikan istrinya yang sedang menekan tombol-tombol pada remot tv.
Namtan yang dari tadi sibuk mencari di mana rusaknya tv mereka itu ikut duduk, menatap wanita cantik di hadapannya dengan mata tajam. "Aku mau mimpiin kamu."
Racha yang sudah berwajah serius, menghela napas pelan, "Ih aku kira kenapa. Lagian kan kita tidur sebelahan, ngapain kamu masih pengen mimpiin aku segala."
Perkataan Racha membuat istrinya cemberut, ia kembali menyetel ulang semua chanel yang ada di tvnya. Walaupun itu usaha yang entah sudah keberapa kali, namun tetap tidak ada hasil. Tvnya masih tidak bisa menangkap sinyal.
"Aku kalau bisa mah tidurnya melek, natap kamu aja semaleman. Karena itu ga mungkin, jadi maunya pas tidur harus mimpiin kamu lah."
"Tapi kan aku mau kamu tidurnya yang nyenyak. Biar sehat. Besoknya pas bangun tuh ga cape."
Namtan terdiam, ia menunggu benda elektronik berbentuk kotak tipis itu bekerja.
Setelah menunggu beberapa menit, tv di rumah mereka tetap tidak bisa menangkap sinyal. Namtan frustasi, ia bingung harus bagaimana lagi agar tvnya kembali menyala dengan normal.
"Kok ga bisa-bisa sih? Perasaan ga diapa-apain, kenapa jadi item doang gini layarnya." Ia berdiri berdecak pinggang sejauh 2 senti di hadapan tv itu, menatapnya dengan dalam seakan sedang memberi sinyal marah, berharap kemarahannya membuat tv itu takut kemudian menyala.
Sedangkan wanita kalem satunya hanya tertawa kecil, "Yaudah nanti lagi aja. Siapa tau tvnya lagi ga mood."
"Aku ga mau tau."
"Ga mau tau apa?"
"Kalau aku tidur harus mimpiin kamu." Namtan membalikkan tubuhnya menghadap istrinya yang sedang menautkan alisnya.
"Apaan sih kamu. Duduk dulu sini."
Namtan menurut. Ia meraih remot sekali lagi, menatapnya lama, berpikir untuk mencoba untuk yang terakhir kali.
"Pokoknya kalau tidur jangan mimpi."
"Ga. Mau mimpiin kamu."
"Kok gitu sih? Kan buat kesehatan kamu juga. Aku khawatir sama kesehatan kamu kalau tidurnya ga nyenyak." Racha berdecak kesal.
"Yaudah aku tidurnya melek biar liatin kamu aja." Namtan menekan tombol remot itu dengan kencang, seketika tvnya menyala kembali, menayangkan chanel terakhir yang mereka tonton. "HAH? BISA CHA!!"
"IH KOK BISA? Kamu gimanain???"
"Tadi aku pencet tombol radio, ternyata dari tadi ga kebaca tuh karena tvnya mode radio. Sekarang udah mode biasa lagi." Jawab Namtan terkekeh.
Racha memeluk istrinya, ia merasa bangga sekali, layaknya Namtan-nya itu berhasil membuat pesawat jet dengan mesin canggih.
"Kamu keren banget. Besok-besok buat alat yang bisa komunikasi sama alien sampe ke planet pluto." Ucapnya sambil mencubit pipi wanita yang sedang malu itu.
"Ah kamu lebay dehhh." Kata Namtan masih malu-malu.
"Sini aku cium. Mau di mana ya? Pipi, kening, ato hidung? Ah semua deh."
Racha menghujani ciuman cepat, membuat Namtan pasrah dan merasa bahagia dunia akhirat.
Tring, bel rumah mereka berbunyi.
Suara itu membuat sang empunya rumah berjalan ke arah pintu depan. Ia mengecek siapa yang bertamu di hari khusus untuk bermalasan ini. Kemudian ia membuka pintu, melihat dua orang di depannya melempar senyuman.
"Hai, Cha. Lagi ga sibuk kan?"
"Ohh kalian, masuk aja. Lagian tumben pake ketok pintu segala." Racha mempersilahkan kedua orang itu masuk.
Khusus tamu ini, ia tidak perlu pusing menyiapkan apapaun. Karena mereka sudah menganggap rumahnya sebagai rumah mereka sendiri.
Racha kembali duduk di ruang tv.
"Cha, itu Kak Namtan kenapa?"
"Biasalah, gausah dipikirin."
Love mengangguk berusaha mengerti. Ia ingin sekedar mengobrol santai dengan tetangganya, mumpung hari libur. Hitung-hitung jika main di rumah tetangga, ia tidak perlu membereskan rumahnya jika berantakan karena ada yang bertamu.
"Namtan, lo ngapain tiduran di lantai gini?"
Wanita yang ditanya itu mengangkat kepalanya, kemudian kembali menelungkup.
"Abis diciumin sama pacar." Jawabnya kurang jelas karena mukanya ditenggelamkan di atas karpet.
"Pacar?"
"Si Acha."
"Ohhh, istri lo."
Namtan mengangkat kepalanya lagi dengan cepat, ia menatap Pansa dengan muka yang susah dijelaskan. "Istri??? ACHA ISTRI GUE?"
Ia kembali melemaskan badannya di atas karpet, membuat tubuhnya hampir bersatu dengan kain tebal itu. Tiduran di bawah seperti ranting tak bernyawa memang bukan ide yang bagus, tapi terkadang itulah cara Namtan memperlihatkan perilaku salah tingkah-nya.
Pansa tidak peduli dengan tingkah sahabatnya. Ia berjalan ke arah dapur, mencari cemilan untuk istrinya yang sedang mengobrol, atau bergosip?
"Lagian udah menikah berapa lama sih kita? Jalan 6 bulan ada kali ya." Racha mengedipkan satu matanya, berharap lawan bicaranya mengerti.
"Aneh ga sih? Ga nyangka kita udah ngomongin ginian aja." Love tertawa kecil.
"Iya tau. Tapi kenapa ya kita bisa deket? Padahal kan kita ga punya kesamaan."
Love menaikan alisnya.
"Ohh sama tahun lahirnya deng. Tapi itu mah biasa kali."
Love menaikkan alisnya lebih tinggi.
Hal itu membuat Racha berpikir, "Oh iyaya? Ah..." Ia tersenyum masam.
BRAK, "Awwwwhhh." Pansa mengeluh kesakitan dari arah dapur, membuat Love dan Racha saling tatap.
"Itu dia gapapa?" Tanya Racha terlihat khawatir.
"Gapapa, udah biasa. Kalo dia ga manggil aku berarti ga parah kok."
Selain memiliki tahun lahir yang sama. Racha dan Love juga memiliki kesamaan, yaitu punya pasangan yang sikapnya kadang membuat geleng kepala, di tambah mereka berdua itu sahabatan.
"Terus yaudah gitu, let it flow aja kita." Racha melanjutkan obrolan mereka yang entah tadi mulainya seperti apa sampai akhirnya bisa ke arah sana.
"Tapi ya, kita kan cewe sama cewe. Istilahnya ga ada yang bener-bener selalu jadi dominan. Nah kalo kamu yang mau, bilang ke dianya gimana?"
"Biasanya sih Namtan terus yang mulai. Karena aku selalu mau-mau aja. Tapi kalo aku yang mau duluan, misal aja nih ya, ya kasih kode lah."
"Kode?"
"Iyaaaa." Racha kembali mengedipkan matanya.
"Kode gimana emang?"
___Bab kali ini bakal delapan belas plus. Para pembaca diharapkan sikap bijaknya ya!
Berlajut~
![](https://img.wattpad.com/cover/377551920-288-k775223.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
life with you, happy and sad, smile and tear
FanficLika-liku rumah tangga Pansa dan Pattra.