13.Berantem

29 9 4
                                    

Jam pulang sudah tiba. Bel yang menandakan jika semua jam pelajaran telah usai, sudah berbunyi sedari tadi. Kaki Anzeil melangkah menuju kelas 11 Ips 1. Dimana kelas Tarisa berada. Anzeil berjalan berdampingan dengan Hanna dan Rafa.

"Raf, Minggu depan pertandingan Futsal kan?" tanya Anzeil.

"Iya, mulai besok latihannya," jawab Rafa.

"Oke!" ujar Anzeil.

"Kalian mau tanding sama siapa?" tanya Hanna.

"Anak Smanda," jawab Rafa.

Hanna manggut-manggut mendengar jawaban Rafa. Lalu mereka masing-masing kembali terdiam. Ditengah-tengah mereka berjalan, seseorang datang tiba-tiba menghampiri Hanna. Hanna kaget saat lelaki itu berhenti dihadapannya sambil menyodorkan tangannya. Berniat memberikan gadis itu sebatang cokelat. Anzeil dan Rafa menghentikan langkahnya melihat lelaki tersebut.

"Halo Hanna, gue mau ngasih ini buat lo," ujar lelaki tersebut sambil mengambil tangan Hanna, dan menyimpan cokelat tersebut disana.

"Ehh, makasih!" ujar Hanna sambil tersenyum. Meskipun ia masih kaget, tetapi ia dengan cepat mengambil cokelat tersebut.

"Sama-sama. Btw lo mau pulang bareng ngga?" ujar lelaki tersebut.

Hanna terdiam. Bingung mau menjawab apa. Ia tau lelaki yang berada dihadapannya ini. Dia adalah Kakak kelas yang akhir-akhir ini selalu memberinya barang, dan secara terang-terangan mengatakan jika ia menyukai Hanna dan mengajak Hanna berpacaran. Namun, dengan sopan, Hanna menolaknya karena merasa ia masih belum mau menjalin hubungan dengan siapapun.

Tapi, bukannya mundur. Lelaki tersebut malah makin mendekatinya. Membuat Hanna sedikit risih dengan lelaki tersebut, yang kadang memaksanya untuk pulang bersama. Bahkan setiap hari datang ke kelasnya untuk mengajaknya makan berdua, atau menggodanya.

"Hmm, sorry Kak. Kayaknya gue ngga bisa deh," balas Hanna.

"Kenapa?" tanya lelaki tersebut.

"Maaf ya Kak. Gue ada urusan," ujar Hanna.

Lelaki yang bernama Haikal tersebut berdecak kesal. Kesal karena ajakannya lagi-lagi ditolak oleh Hanna.

"Lo kenapa sih? Selalu aja ngga mau kalau gue ajak pulang bareng!" ujar Haikal dengan nada yang sedikit tinggi.

"Maaf Kak," ujar Hanna.

"Lo ngga usah sok jual mahal deh jadi cewek!" ujar Haikal.

Hanna terdiam. Ia sedikit kaget mendengar ucapan Haikal. Rafa yang sedari tadi diam mendengar percakapan antara Hanna dan Haikal pun melangkah. Ia sedikit menggeser Hanna agar berdiri dibelakangnya. Rafa menatap Haikal dengan tatapan tajam.

"Kalau dia bilang ngga bisa, ya ngga bisa. Kenapa lo marah? Malah ngatain sok jual mahal lagi, emangnya lo siapa ngomong kayak gitu?!" ujar Rafa dengan nada yang terdengar jika ia sedang marah.

"Ini bukan urusan lo! Ngga usah halangin gue!" ujar Haikal sambil menggeser bahu Rafa dari hadapannya.

Rafa menepis tangan Haikal secara kasar. "Gue udah diemin lo selama ini. Tapi kali ini lo udah keterlaluan!" ujar Rafa dengan nada tegas.

Anzeil menarik Hanna untuk berdiri disampingnya. Ia mengenggam tangan gadis tersebut agar Hanna tidak merasa takut.

Haikal berdecih lalu meraih kerah baju Rafa. "Gue bilang ngga usah ikut campur bangsat!"

"Gue berhak ikut campur. Dia sahabat gue!" ujar Rafa sambil menepis tangan Haikal dari kerah bajunya.

Siswa siswi yang berlalu lalang pun menghentikan langkah mereka. Melihat Rafa dan Haikal yang sudah diselimuti oleh rasa emosi di diri mereka masing-masing. Mereka langsung berkerumun disekitaran Rafa dan Haikal.

I Love You MoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang