Sasuke tiba di Dragon-i tepat pukul sepuluh malam, ia masuk ke dalam bersama Kakashi dan Jugo yang mendampinginya. Pria itu mengenakan setelan serba hitam dengan jaket yang menutup rapat tubuhnya sampai ke leher, Sasuke melintasi area bar di lantai satu. Langkahnya santai namun cepat, onyxnya mengedar sesekali. Ia melirik ke arah kiri dan melihat Naruto dan Suigetsu yang duduk di kursi bar sambil memesan minuman dengan santai, saling melemparkan kode lewat tatapan seiring langkahnya berlalu. Sasuke kembali fokus ke depan dan berjalan menuju lift ke lantai atas, sikapnya tenang dengan sorot mata yang tajam menunjukkan keyakinan akan segala tindakan yang ia lakukan saat ini. Tangan Kakashi memegang sebuah koper yang rupanya berisi benda bersejarah warisan keluarga Uchiha. The Eye of Sharingan, batu permata langka itu kini akhirnya harus berpindah tangan. Sasuke tau betul resiko apa yang akan ia hadapi jika kehilangan benda itu, namun ia tetap teguh pada keputusannya yang bersedia menukar permata itu dengan istrinya, Sakura.
Pintu lift terbuka, suara bising lagu DJ Snake, Turn Down for What yang berkumandang tidak sedikit pun mengganggu titik fokus Sasuke. Pria itu berjalan menyusuri area lantai dua, dimana terdapat beberapa ruangan bersekat yang tertutup disana. Sekilas ia melirik ke arah sebuah ruangan dimana Gaara dan Karin tampak duduk berdua di dalam layaknya pasangan yang tengah berkencan. Kemudian ia terus melintasi koridor hingga tiba di depan ruang paling ujung.
Tak ada keraguan saat Sasuke masuk ke dalam sana, ia langsung disambut penampakan Utakata yang duduk tenang di sofa. Ada sekitar empat orang yang berjaga di sana, salah satunya berdiri tepat di samping petinggi Akatsuki itu.
"Akhirnya kita bertemu.." Utakata menyambut kedatangan Sasuke dengan senyuman.
Sasuke duduk di sofa yang bersebrangan dengan Utakata. "Aku tidak punya banyak waktu, cepat serahkan istriku sekarang juga!!"
"Mana permatanya?" Tanya Utakata.
Sasuke menoleh pada Kakashi yang berdiri di sampingnya. Kakashi tampak ragu menyerahkan koper itu pada Utakata, namun ia tak punya pilihan. Koper itu pun di letakkan di atas meja yang berada di antara Sasuke dan Utakata.
"Hidan, periksa apakah permata itu asli atau tidak." Perintah Utakata pada pria yang berdiri di sampingnya.
"Kau berpikir aku menipumu?" Tanya Sasuke, suaranya terdengar berat. Sepertinya perintah yang baru saja Utakata keluarkan telah menyinggungnya.
"Hanya menjalankan prosedur keamanan. Relax brother, kau membuat hawa disini semakin dingin.." Canda Utakata, namun Sasuke tak menggubrisnya.
Hidan membuka koper itu, kemudian melihat sebuah kotak besi yang menjadi pembungkus kedua yang melindungi permata tersebut. Pria itu membukanya perlahan, dan seketika wajahnya tampak begitu takjub.
Bongkahan batu sebesar bola kasti itu memancarkan sinar merah delima di dalam ruangan. Kakashi dan Jugo sampai merinding saat melihat benda itu untuk yang kedua kalinya. Utakata bahkan ikut terpukau melihatnya, dan ia pun yakin bahwa permata itu terjamin keasliannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mission Continues
ActionSetelah pensiun menjadi polisi dan menikah dengan Uchiha Sasuke, mantan mafia yang kini telah takluk di pelukannya, Sakura mulai merasa jenuh dengan kehidupannya. Ia merindukan tantangan, sampai akhirnya Iruka dan Naruto datang meminta bantuan padan...