Eight

330 38 10
                                    

Sakura menerobos masuk ke dalam kamar, ia berbalik memperhatikan Sasuke yang berdiri beberapa langkah darinya sambil menatap dirinya setelah menutup pintu. Sudah lima hari Sakura tidak kembali ke villa, kini wanita itu tiba-tiba muncul saat hari hampir menjelang subuh.

"Bagaimana kau bisa kesini?" Tanya Sasuke.

"Obito membantuku." Jawab Sakura.

Sasuke pun tak menjawab, ia cukup mengerti. Pria itu terdiam, onyxnya terus menatap Sakura dengan tajam.

"Sasuke, kita harus..."

"Mau apa kau kesini?" Tanya Sasuke, nadanya terdengar tidak bersahabat.

Sakura yang tengah melangkah mendekati Sasuke pun berhenti, "Tentu saja aku kembali, kenapa kau bertanya begitu?"

"Kenapa? Sudah bosan dengan Utakata?" Tanya Sasuke lagi.

Sakura pun mengerutkan dahinya, "Kau ini bicara apa?"

"Apa ranjang Utakata begitu hangat hingga membuatmu betah tinggal disana?"

"Kau tau ini adalah bagian dari rencana kita." Sahut Sakura tegas.

"Rencananya adalah kau menyusup dan menjadi mata-mata, bukan malah tidur dengannya dan bercinta dengan bajingan itu!!!" Nada Sasuke pun meninggi.

"Lalu apa yang harus kulakukan!? Minum teh di kebun bersamanya??" Sakura pun akhirnya ikut naik pitam.

Brugh!!

Sasuke mendorong tubuh Sakura hingga punggung wanita itu menghantam dinding kamar. Satu tangannya mencengkram rahang Sakura dengan kuat, sementara tangan yang lain bersiap menarik pelatuk pistolnya. Tatapan Sasuke begitu menusuk ke dalam kilau emerald Sakura yang tampak sendu.

"Katakan padaku, berapa kali kau bercinta dengannya?" Nada Sasuke terdengar begitu mengintimidasi.

"Tiga kali." Jawab Sakura jujur.

Sasuke langsung memperkuat cengkramannya di rahang Sakura hingga leher wanita itu menegang. "Tiga kali? Apa rasanya senikmat itu hingga kau merasa candu??"

Sakura memalingkan pandangannya ke arah lain, merasa sesak saat sorot mata suaminya seakan membakarnya hidup-hidup.

"Dia cukup ahli.." Sakura sadar dia telah menggali lubang kuburnya sendiri, tapi jauh di lubuk hatinya merasa puas bisa melakukan ini pada Sasuke.

Sasuke pun tertawa remeh, kemudian menggelengkan kepalanya. "Jadi seperti inikah sifat asli istriku? Rela menjadi jalang dari musuh suaminya sendiri?"

PLAK!!

Sakura menampar keras wajah Sasuke, "CUKUP SASUKE!! SUDAH CUKUP!!"

Sasuke menerima tamparan Sakura bagai angin lalu, ia tak mengalihkan tatapannya pada wajah cantik Sakura, ia rindu, bahkan ia yakin Sakura tau itu. Hanya saja dia merasa istrinya telah melebihi batas dari apa yang seharusnya menjadi komitmen mereka.

"Kau yang mengatakan ini padaku, bahwa kita harus melakukan ini berdua. Aku bersedia masuk ke sarang musuh dan bermain rapih agar menjaga supaya tidak terjadi keributan yang bisa membahayakan nyawamu. Aku bersedia dianggap pengkhianat oleh rekan-rekanku agar mereka tak perlu mengambil resiko yang lebih besar dari ini. Dan sekarang? Apa yang aku dapat?? Penghinaan semacam ini dari mulutmu??!" Sakura menantang Sasuke dengan sorot matanya.

"Tapi kau melupakan posisimu Sakura, kau adalah istriku!! Tidak sepantasnya kau melakukan itu!!!" Bentak Sasuke.

"Apa yang aku lakukan sama seperti yang kau lakukan dengan Shion, lalu apa masalahnya? Ini semua hanya settingan kan??" Ucap Sakura.

Mission ContinuesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang