Pada malam hari Drusella harus melakukan rutinitas yang wajib nya, yaitu jalan jalan di sekitar kerajaan.
Ia melihat bulan yang indah, mengingat dia akan seseorang yang pernah menemani dia di saat malam hari.
"Baru beberapa minggu aku pindah ke sini. Rasanya sangat asing.."
"Bunga ini.. bunga yang sama dengan-"
Drusella menghentikan perkataannya karena dia mendengar suatu langkah kaki yang sangat berat.
Ia bersembunyi dan mencoba untuk menguping dari jauh agar tidak kelihatan.
"Sadewa kalau sapi sapi ini tidak ada maka upacara ini juga tidak ada."
"Kita membutuhkan semua sapi itu, untuk upacara."
Arjuna mulai berlari dengan perasaan yang kesal
"Kakak!"
"Kau juga harus memikirkan masa depan juga!"
Drusella yang masih bersembunyi dibalik sebuah pilar kebingungan.
"Apa maksudnya? Mengapa aku tak mengerti?"
"Bagaimana kau bisa hidup sendirian nantinya, kak?"
"Selain itu tanpa perlindungan mu, apa yang akan terjadi pada Indraprasta?"
"Mengapa kau menghawatirkan masa depan Indraprasta? Kau bisa melihat masa depan kan?"
"Tidak ada seorang pun yang bisa melihat masa depan dengan jelas, kak. Tapi aku punya firasat buruk. Bahwa Indraprasta akan sulit mendapatkan kedamaian."
Drusella ingin segera pergi dari situ untuk memberitahu kepada kakak nya Drupadi, tetapi saat ia ingin pergi dari situ, Drusella tidak sengaja menginjak sebuah batang kecil
'Krek'
"Siapa disana!"
'lari Drusella! Larii!'
Drusella segera berlari menjauh dari mereka. Sadewa menghentikan Arjuna.
"Tolong kak, jika tidak biarkan aku saja yang mencegat sapi sapi itu."
"Tidak Sadewa. Taksaka itu kuat, lagipula kau tidak memiliki senjata dari dewa, kau tidak bisa mengalahkan taksaka."
"Aku yang harus melakukannya."
"Kita harus segera melaksanakan upacara itu."
"Biarkan aku saja."
"Tidak kak. Aku bisa mengambilkan gandiwa di kamar Panchali dan biarkan aku yang terima hukuman itu."
"Biarkan aku yang menerima hukuman itu, Sadewa. Saat orang mengalami sebuah hukuman di situlah jiwa dan tubuh bisa menjadi lebih sehat."
Dengan cepat Arjuna berjalan menuju kamar Drupadi untuk mengambil busur gandiwa nya.
Disaat itu juga Drusella sudah hampir sampai di depan kamar Kakaknya.
Drusella melihat Arjuna yang berjalan juga menuju kamar kakaknya. Firasat Drusella tentu saja tidak enak.
Dia menghentikan Arjuna.
"Waktu pernikahan kalian sudah sepakat. Bahwa hanya Yudhistira saja yang bisa memasuki kamar kakak ku. Apa yang kau lakukan disini?"
"Menyingkirlah Drusella, aku tidak punya banyak waktu untuk basa basi dengan mu."
Arjuna mendorong tubuh kecil Drusella ke samping dan masuk saja tanpa izin.
Drusella hampir menangis, karena dia selalu di perlakukan seperti ini. Padahal itu demi kebaikan mereka semua.
Setelah mengambil busur nya Arjuna segera pergi meninggalkan Indraprasta untuk menyerang taksaka.
Meninggalkan Yudhistira dan Drupadi yang kebingungan saat mereka bermain dadu.
"Drusella? Apa yang terjadi dengan Arjuna?"
"Aku tidak tau kak. Maafkan aku."
Mereka pun mencoba mengejar Arjuna tetapi sudah terlambat.
Sadewa menjelaskan semuanya kepada saudara nya dan Drupadi.
Dimana Drusella? Bahkan mereka pun tak peduli.
Drusella murung. Ia melihat ke bawah dimana bunga yang ia pegang tadi sudah terlihat layu.
Ia menjadi teringat masa lalunya sebelum ia berpindah ke dimensi ini.
"Huft.. jadi keinget masa masa itu."
Sesuatu bersinar terang di pergelangan tangan Drusella. Gelang pemberian Karna itu seperti sedang menghibur dia.
"Gelang ini. Aku ingat pemberian Karna. Bersinar."
Di tempat lain.
Karna berdoa, Ia berharap agar Drusella tetap aman di daerah Indraprasta itu.
"Maafkan aku tuan putri Drusella. Jika setidaknya aku bukan seorang anak kusir, aku bisa membawa mu ke tempat yang lebih aman."
"Jika mereka memang tidak menentang ku maka kau bisa bahagia dengan ku."
"Dunia ini memang bukan milik kita berdua. Dan sepertinya alam memang tidak meng takdir kan kita untuk menjadi satu."
"Semoga kau selalu diberkati disana, Drusella."
Deg
"Perasaan apa ini?"
"Mengapa rasanya campur aduk?"
"Ah lupakan saja, aku pasti hanya kebanyakan pikiran."
Pagi hari pun datang, Arjuna kembali dengan selamat dan membawa sapi sapi yang telah di ambil oleh taksaka
Yudhistira, Bima, Nakula, Sadewa, Drupadi, Drusella dan Krishna melihat datang nya Arjuna kembali, mereka merasa lega
Arjuna pun turun dari kudanya, dan Yudhistira menghampiri nya. Arjuna memberi salam dengan menyentuh kaki Yudhistira.
TBC :(
Sorry baru segini up nya. Author lagi kurang mood, maaf ya..
See you next chapter, aku yakin kedepannya aku bisa lebih panjang lagi up nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Repeated Fate {Mahabharata}
RomanceSeorang gadis yang jiwa nya tiba tiba masuk ke jaman Mahabharata, Gadis itu harus bisa menanggung semua kepahitan takdir milik kakaknya, karena ia telah bersumpah dan dengan sumpah itu ia akan selalu hidup sampai kakak nya memiliki kebahagiaan nya. ...