Ketika angin malam terasa menusuk kulit, suasana sunyi yang menyelimuti rumah mendadak berganti dengan suara adzan yang berkumandang, menandakan tibanya pagi. Namun, ketenangan itu segera pecah oleh suara Abi yang berteriak dari ruang tamu, "Mi, laptop Abi hilang!"
Aku yang masih setengah sadar langsung kaget dan buru-buru bangun dari tempat tidur. Saat melihat ke ruang tamu, ternyata benar. Kaca jendela yang biasanya tertutup rapat, kini sedikit terbuka. Laptop Abi yang biasanya terletak di dekat jendela itu menjadi sasaran empuk bagi pencuri yang memanfaatkan celah tersebut. Meski bukan barang milikku yang hilang, aku bisa merasakan kesedihan dan kekecewaan yang dirasakan Abi.
Pagi itu, setelah kami mengecek sekitar, kami menemukan jejak kaki besar yang terlihat jelas di bagian belakang rumah. Jejak itu menonjol karena tanahnya masih lembap akibat hujan yang turun semalam. Ummi juga mengingat sesuatu. Sore sebelumnya, ia sempat melihat seorang laki-laki yang mondar-mandir di depan rumah. Laki-laki itu tampak gelisah, terus menoleh ke arah rumah kontrakan kami.
Saat Ummi menceritakan hal itu, aku baru teringat bahwa pada sore itu, aku sedang asyik bermain engklek bersama anak-anak di lingkungan sekitar. Meski tidak ingin berprasangka buruk, Ummi merasa ada firasat tak enak terhadap laki-laki itu. Sayangnya, meskipun berita tentang kehilangan laptop Abi menyebar di kalangan tetangga, kami tidak pernah berhasil menemukan siapa pelakunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARA CINTA DAN IMAN
Novela JuvenilFOLLOW SEBELUM MEMBACA GENRE REMAJA NONFIKSI ••• Sebagai anak kedua dari lima bersaudara, hidup Aisyah selalu dipenuhi prinsip kuat. Ia dikenal sebagai gadis yang teguh memegang nilai agama dan menolak hubungan asmara yang dianggapnya berbahaya bag...