Adikku, Yumna, yang saat itu berusia 5 tahun lebih, masih belum lancar berbicara. Setiap kali ingin mengatakan sesuatu, kata-katanya sering terdengar tidak jelas. Misalnya, jika dia ingin berkata "mau laptop," Yumna malah mengatakan "mau epop bi." Ummi sering khawatir dengan perkembangan bicara Yumna yang belum sepenuhnya jelas. Namun, setelah diperiksa oleh dokter, Alhamdulillah hasilnya baik-baik saja, tidak ada masalah serius.
Namun, ada suatu kejadian yang membuat kami semua cemas. Suatu hari, Yumna tiba-tiba tidak mau sarapan. Badannya panas tinggi, dan tiba-tiba ia mengalami kejang-kejang. Saat itu, warga sekitar yang tinggal dekat rumah kami segera datang membantu. Tubuh Yumna bergetar hebat, bahkan mulutnya mulai bergetar tak terkendali. Dengan cepat, Ummi memasukkan sendok ke dalam mulut Yumna agar lidahnya tidak tergigit. Tak lama setelah itu, Yumna kehilangan kesadaran.
Aku yang saat itu melihat kejadian itu langsung kaget dan berlari ke belakang rumah, di mana Emak—ibu dari Ummi—sedang membersihkan rumput. Aku memanggilnya dengan panik, dan kami bergegas masuk ke dalam rumah. Kak Nayla yang berada di sampingku sudah tak bisa menahan air matanya, menangis melihat kondisi Yumna yang terkulai lemas.
Namun, beberapa menit kemudian, keajaiban terjadi. Alhamdulillah, Yumna mulai sadar kembali. Melihat matanya yang perlahan terbuka dan tubuhnya yang kembali bergerak membuat kami semua lega. Meski kejadian itu sangat menakutkan, kami bersyukur Yumna bisa pulih.
Itu adalah salah satu momen paling mengharukan yang pernah kami alami, dan setiap kali mengingatnya, aku masih merasa sedih memikirkan betapa rapuhnya Yumna saat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARA CINTA DAN IMAN
Teen FictionFOLLOW SEBELUM MEMBACA GENRE REMAJA NONFIKSI ••• Sebagai anak kedua dari lima bersaudara, hidup Aisyah selalu dipenuhi prinsip kuat. Ia dikenal sebagai gadis yang teguh memegang nilai agama dan menolak hubungan asmara yang dianggapnya berbahaya bag...