Chapter: 10

96 16 1
                                    





Di sana, situasi semakin memanas. Anggota Toman dan Moebius mulai terlibat bentrok, mengakibatkan kekacauan di sekitar kuil.

Sementara itu Yagami, hanya duduk santai di atas pohon, menatap malas pertarungan yang terjadi di bawah sana.

Dasar bocah bocah.

Pertarungan terjadi di sana sini, ia memperhatikan Takemichi, adik ketuanya itu bukannya bertarung malah berteriak-teriak memanggil Draken, "Sialan, Takemichi. Bodoh seperti biasanya, ya?" Yagami bersenandung.

Tapi kemudian mata Yagami menyipit, heh? Takemichi cenayang? Dukun?

Bagaimana dia bisa memprediksi hal semacam itu? Yagami menyeringai geli, semua nya berjalan ke arah yang menyenangkan.

Saat Takemichi menjauhi area pertarungan dengan Draken di punggungnya. Yagami langsung melompat turun dari pohon, dan mengikuti perlahan dari belakang dengan tangan disaku.



Yagami terkikik, ternyata masa bocah bocah ini punya banyak drama yang menarik ya? Lihat disana, Takemichi berjuang dengan menggemaskan.

"Ini pembalasan!" Takemichi berteriak, melangkah ke hadapan Kiyomasa, bertekad untuk menyelesaikan pertempuran waktu itu.

Yagami bersiul menyemangati saat tangan Takemichi ditusuk, dia jelas akan dimarahi Ichigo karena menikmati ini.

Setelah Takemichi selesai dengan Kiyomasa– Yagami akhirnya turun tangan karena merasa ini sudah cukup, Yagami merasa agak kasihan karena Takemichi sudah berpidato dengan baik, tapi main main nya sampai disini saja.

Akh–! Jeritan kesakitan membuat Takemichi menoleh dan membelalakkan matanya.

"Sudah main-main nya, nee~ Take-chan?" Yagami menyeringai saat ia menghabisi orang orang itu dengan mudah dan tanpa usaha yang berarti. Antek antek Kiyomasa kehilangan kesadaran mereka dan merosot dikaki Yagami.

"Seharusnya aku bawa mobil..." Yagami bergumam, memandang rendah Draken dengan seringai gila. Takemichi terkejut. Kenapa teman kakaknya ada di sini?

"Blanc divisi 2, Kapten– Sawashiro Yagami," Draken menjawab dengan nada tajam, mencoba menganalisis situasi.

Yagami berjalan mendekat, mensejajarkan diri nya dengan Draken yang berlutut di aspal. "Parah juga luka mu." Yagami bersenandung, melepaskan cardigan Draken dengan kasar dan merobeknya.

"Hei!" Draken hendak protes, tapi kemudian Yagami mengikat lukanya dengan itu.

Terkejut? Tentu saja.

"Yah, seenggaknya ini bisa menghambat."

Yagami berdiri kemudian berjalan kearah Takemichi, dia memutar tubuh Takemichi, memastikan tidak ada luka serius selain telapak tangan itu.

Kemudian ia menekan luka tusuk di Tangan Takemichi mengamatinya, luka kecil begini– palingan ia hanya akan dimarahi sebentar.

"Akh-" Takemichi meringis, dan Yagami tersenyum geli dan menekannya lebih keras untuk menggoda.

"AKH-"

"Takemichi-kun!" Gadis dengan rambut berwarna Brunt Coral berlari menghampiri Takemichi dan menatap sinis Yagami.

Yagami tertawa puas sebelum melepaskan tangan Takemichi, "Maaf-maaf."

Gadis lainnya dengan rambut pirang berlari dan menghampiri Draken yang hampir tidak sadarkan diri di aspal, Emma memangku kepala Draken dan menangis, mengatakan bahwa dia sudah memanggil polisi dan ambulance.

"Kenapa... kau membantuku?" Yagami mengangkat satu alisnya, percaya diri banget orang sekarat ini ngomong begitu?

"Draken jangan bicara dulu..!" Gadis pirang itu panik saat Draken batuk darah.

"Aku membantu Takemichi." Sanggahnya.

"Apa kakak yang menyuruhmu?" Yagami berbalik menatap bingung Takemichi saat mendengar pertanyaan bodoh yang keluar dari mulutnya.

"Kau pikir siapa lagi yang bisa memerintah ku?"



Ambulans akhirnya tiba, membawa Draken dan Takemichi, sementara Yagami melajukan motornya dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit.

Setibanya di sana, ia menemukan sekumpulan bocah-bocah Touman berdebat sengit dengan petugas medis tentang perizinan wali dan pembayaran awal sebelum operasi.

Draken bisa saja meninggal jika semua ini terus ditunda-tunda.

"Aku yang akan membayarnya," ujar Yagami dengan suara tegas.

Petugas itu menoleh,  "Ini bukan tentang uang, nak! Kami butuh izin wali karena ini juga merupakan kasus tawuran!" sanggah petugas itu.

Yagami mendorong petugas itu dengan ketidakpedulian akan aturan, mengambil kontrak yang dipegangnya, dan menandatanganinya secara acak tanpa mempedulikan detail apapun.

Ia melemparkannya ke arah petugas dengan ekspresi sinis. "Lakukan operasi ini secepatnya," katanya, tanpa menyisakan ruang untuk dibantah.

Petugas itu segera menunduk dan pergi dengan cepat, seolah tak ingin terlibat lebih jauh. Detik itu juga, lampu merah di atas pintu ruangan tempat Draken dimasukkan menyala, menandakan operasi sedang berlangsung.

"Aku tidak tahu kenapa kau membantuku, tapi terima kasih," ujar Mikey, merendahkan tubuhnya.

"Wah wah, jarang sekali melihat pemimpin Toman menundukkan kepalanya." ejek Yagami sambil melipat tangannya, matanya menyiratkan rasa puas.

"Eh, aku kira kau tadi sudah pulang, Sawashiro-san." Takemichi mendekati Yagami dan membuka obrolan, beberapa orang melirik mereka dengan penuh minat, penasaran dengan interaksi mereka.

"Dan membiarkan diriku dihajar, karena tidak pulang bersamamu?" Yagami mengangkat alisnya, Ichigo tidak akan bersikap lunak.

Takemichi hanya diam kemudian mengalihkan pandangannya sambil menggaruk tengkuknya dengan canggung, tidak tahu harus berkata apa.

Yagami bersandar di dinding rumah sakit, menyilangkan tangan di dada, sambil menunggu dengan sikap arogan, seolah-olah semua ini adalah urusan kecil yang bisa dia tangani kapan saja.





n: NULIS APAAN SIHH?😭

Blanc || Tokyo Revengers x Male Reader Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang