18)🌷Anger

595 74 2
                                    

Sebagian masa lalu yang diciptakan ayahnya memberikan rasa takut yang malah menjadikannya tak jauh berbeda dengan sang ayah.

Akan tetapi, masa lalu tidak seharusnya menjadi sebuah alasan akan sikapnya yang telah begitu dalam menyakiti, mengabaikan, dan membuat Jay merasa tersisih.

Sunghoon merenung, setiap kata yang diucapkan sang ibu tak ada satu pun yang keliru.

Jay-lah yang sejak awal menjadi korban karena keinginan Shuhua dan penolakan Sunghoon. Wajar Jay sungkan dan tak memberi tahu tentang kehamilannya.

Toh, dia yang membatasi interaksi, berdiam diri di kamar seperti sedang menunggu malaikat maut membawanya pada Shuhua.

Andai saja Sunghoon tidak terkukung dalam kesedihan, bermuram durja di kamar dan meratapi kepergian Shuhua, mungkin ada kesempatan baginya mengetahui kondisi Jay.

Atau, jika saja dia bersikap lebih baik, setidaknya memperlakukan Jay dengan lebih bijaksana sebagai seorang suami. Bukan malah kecewa dan merasa dirinyalah yang menjadi korban.

Terbayang sorot hampa Jay saat pemuda itu tahu dirinya keguguran. Istrinya pasti sangat sedih. Namun dia malah menambahkan kesedihan dengan ucapan yang sama sekali tidak enak didengar.

Sunghoon membenturkan kepalanya pada setir mobil. Suara klakson berbunyi nyaring, tetapi tidak ada yang terganggu karena hanya Sunghoon satu-satunya orang yang berada di parkiran rumah sakit itu. Bahkan untuk menemui Jay pun Sunghoon merasa malu.

Andai Shuhua masih ada di sini, Sunghoon membatin.

Namun, jika masih ada Shuhua, akankah Sunghoon menyadari kesalahannya?

Tuhan membuat segalanya terjadi bukan tanpa alasan. Bisa saja dengan kepergian Shuhua akan membuat Sunghoon bisa menyadari posisi Jay. Dapat memusatkan rasa peduli pada satu-satunya istri yang kini dia miliki.

Juga kepergian calon anaknya, bisa membuat Sunghoon agar lebih memperhatikan Jay kedepannya.

Wajah pucat yang selama ini dia lihat, tak hanya karena kelelahan, melainkan sedang dalam kondisi hamil yang tidak diperhatikan.

Dokter bahkan mengatakan bahwa usia kandungan Jay masih sangat rentan. Maka terjadinya keguguran si calon ibu, bukan hanya diakibatkan oleh kelelahan fisik, melainkan juga pikiran.

Jay harus mendapatkan perawatan setidaknya tiga hari di rumah sakit karena kondisi tubuhnya yang sangat lemah dan harus mendapatkan cairan infus.

Kepergian Shuhua pastinya membuat Jay sangat sedih, kini dia keguguran. Sunghoon memang suami paling jahat, berani menyalahkan istrinya padahal penjahat nomor satu adalah dirinya sendiri.

"Oh Tuhan...." Sunghoon melirih, dada sesak, diimpit oleh rasa penyesalan.

Sunghoon mengoper gigi mobilnya, lalu meninggalkan rumah sakit, berkendara dengan kecepatan lumayan kencang di jalan raya agar cepat sampai ke tujuannya.

Namun rupanya macet tidak bisa diajak kompromi, untung saja hanya sebentar sebelum jalanan kembali normal dan Sunghoon menancapkan gas lagi.

Saat melihat sebuah toko di sisi kanannya, Sunghoon membelokan mobil dan berhenti di depan toko tersebut. Ariel's Florist, nama toko itu. Sunghoon masuk melalui pintu kaca yang dia buka dari luar.

Di dalam, seorang wanita muda di balik meja kasir tersenyum ke arahnya. Wanita itu kemudian mendekatinya.

"Silakankan, Tuan. Mau cari bunga apa?"

"Yang bagus apa?" Sunghoon malah balik bertanya.

"Banyak bunga yang bagus, Tuan mau bunga apa?"

Sunghoon malah bingung, selain mawar, ros, melati, dan dia tidak tahu lagi jenis bunga yang lainnya.

Second Wife (Sungjay/Hoonjay)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang