❳ 17. Dua jiwa dilautan takdir.

37 8 11
                                    

Ketika Arabela kembali melangkah, kakinya menyentuh tanah yang semakin lembut dan berpasir. Rasa dingin dari tanah dan kabut mulai tergantikan oleh aroma asin laut yang tajam.

Tanpa sadar, ia telah melangkah keluar dari kedalaman hutan yang mencekam dan mendapati dirinya berada di tepi sebuah pantai yang sunyi.

Kabut perlahan menghilang, memperlihatkan pantai berpasir putih yang memanjang di hadapannya. Ombak laut bergulung tenang, memecah keheningan dengan irama yang lembut, tetapi ada sesuatu yang tidak biasa di balik ketenangan itu.

Langit di atasnya berwarna kelabu, dan awan gelap menggantung berat di cakrawala, seolah-olah sedang menyembunyikan sesuatu yang tak ingin diketahui.

Arabela berdiri di sana, tercengang. Ia yakin dirinya harus menuju ke dalam hutan yang dalam, namun kini ia berada di pesisir pantai yang tak dikenalnya.

"Kenapa disini ada laut?" bisiknya, menatap laut yang luas dan tak berujung.

Ia merasakan liontin di dadanya berdenyut lembut, seolah merespons kegelisahan yang muncul di hatinya.

Tiba-tiba, angin laut berhembus kencang, membawa suara samar yang seolah berbisik di telinganya. Suara itu terdengar seperti nyanyian tua, penuh nada sedih dan misteri. Arabela mencoba mendengarkan lebih jelas, namun suara itu terhenti ketika seekor burung hitam melesat melewatinya dan terbang menuju laut.

Burung itu mendarat di atas batu besar yang menjorok ke laut, menoleh ke arah Arabela dengan tatapan tajam, seperti memanggilnya untuk mendekat.

Arabela merasa terpesona dan takut sekaligus. Ia tahu ada sesuatu yang misterius dan mungkin berbahaya di balik panggilan tersebut, namun dorongan dalam hatinya membuatnya ingin mengikuti.

Ia melangkah mendekati batu itu, hati-hati di setiap langkahnya. Ketika ia semakin dekat, burung hitam itu terbang pergi, meninggalkan sebuah simbol misterius yang terukir di atas batu, samar namun bercahaya dalam kilau kebiruan.

Simbol tersebut tampak seperti tanda yang menggambarkan ombak yang berputar, sebuah simbol yang mengingatkan Arabela pada cerita lama tentang dunia di bawah laut, tempat makhluk-makhluk misterius bersemayam.

Arabela menatap simbol itu dalam diam, mencoba mengartikan maknanya. Tiba-tiba, ombak di depannya mulai bergerak lebih kuat, membentuk lingkaran seperti pusaran. Dari dalam pusaran itu, muncul bayangan sosok tinggi dan berbalut jubah gelap, yang tampak seperti bagian dari laut itu sendiri.

"Kau telah memasuki wilayahku, Ratu kecil," suara dingin sosok itu bergema di udara.

"Namun, tidak semua yang datang akan diizinkan kembali."

Arabela menelan ludah, merasa jantungnya berdetak lebih cepat.

"Siapa kau?" tanyanya, suaranya bergetar namun tetap menunjukkan keberanian.

Sosok itu tertawa kecil, suara tawa yang menciptakan riak kecil di permukaan air. "Aku adalah Eggilone, penjaga di laut ini. Dan kau, dengan membawa liontin kuno itu, telah membuat dunia laut gempar, karena sudah lebih ribuan tahun lamanya, tidak ada yang datang dengan memakai liontin itu. Tapi, kau harus membuktikan dirimu sebelum melangkah lebih jauh."

Arabela menggenggam liontinnya erat, merasakan getaran kekuatan yang mulai mengalir dari benda tersebut. Ia tahu bahwa tempat ini dan sosok di hadapannya adalah ujian yang harus ia lewati.

Meskipun rasa takut menyelimutinya, ia juga merasakan panggilan kuat untuk mengungkap rahasia yang tersembunyi di balik kabut dan laut ini.

Dengan tekad yang semakin menguat, Arabela menatap sosok tersebut, bersiap menghadapi tantangan yang menantinya di dunia antara laut dan hutan ini.

COTE • Nemoros D'rakestoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang