❳ 12. Sang Raja Penyamun.

381 98 53
                                    

𓆩 Change of Two Epoch

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

𓆩 Change of Two Epoch.
BALKON KAMAR LAVEZOX 𓆪

●●●

Lavezox berdiri di balkon kamarnya, memandang lautan luas yang berkilauan di bawah cahaya bulan. Angin laut malam mengalir lembut, tetapi pikirannya dipenuhi badai.

Di tangan kirinya, ia menggenggam botol wine setengah kosong, sementara pandangannya tajam menembus jauh ke ujung cakrawala. Di belakangnya, seorang peramal tua berdiri gemetar di ambang pintu, menundukkan kepalanya dalam ketakutan.

"Apa yang kau lihat?" Lavezox bertanya dingin, tanpa menoleh.

Peramal itu menggigit bibirnya sebelum menjawab, "Arabela... dia... pergerakannya tidak terlihat, Rash."

Lavezox mengangkat alis, wajahnya menegang. la berbalik, tatapannya seperti elang yang mengamati mangsanya. "Apa maksudmu?"

Sang peramal menelan ludah, ketakutan semakin tampak dalam suaranya. "Ampuni hamba, Rash. Karena bola anda... menampilkan cahaya putih yang... yang... seakan menutupi semua pandangan kami terhadapnya. Liontin yang ia kenakan mungkin-"

Suara botol wine yang ia banting hingga pecah membuat peramal itu tersentak. Wajah Lavezox kini merah oleh kemarahan yang mendidih, seolah siap meledak. la maju mendekati peramal itu dengan tatapan penuh amarah.

"Jadi... maksudmu gadis kecil itu bisa mengelabui sihirku hanya dengan benda sepele itu?" Lavezox berbisik dingin, suaranya bergetar menahan amarah.

Peramal itu hanya bisa mengangguk kecil, tak berani menatap mata Lavezox. "A-ampun, Rash. Hamba tidak tahu kalau liontin itu... memiliki kekuatan seperti ini."

Lavezox tertawa sinis, suara tawanya memenuhi ruang yang sunyi, penuh dengan nada dingin yang menusuk. "Ketidakmampuanmu, itu yang membuat bola ajaibku tak berguna. Apa gunanya aku membiarkanmu hidup, kalau kau hanya datang dengan berita buruk?"

Peramal itu berlutut, napasnya terengah-engah. "R-rash... ampun... beri hamba satu kesempatan lagi..."

Lavezox mengangkat tangan kirinya dengan gerakan santai, namun senyumnya menghilang. Ia tak lagi memperhatikan peramal yang meronta, ia hanya menatap lurus ke laut, matanya dipenuhi kehampaan yang dingin.

"Kesempatan?" bisiknya sambil meneguk winenya, dari botol baru diatas meja yang ia ambil dengan sihir ditangan kananya. "Kegagalanmu sudah cukup membuang waktuku."

Dengan satu gerakan tangannya, kekuatan sihir menyelubungi peramal itu, mengangkatnya dari lantai. Si peramal memekik, tubuhnya tergantung di udara, meronta dengan ketakutan yang semakin nyata.

COTE • Nemoros D'rakestoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang