Pria itu mendengus kecil, lalu menunjukkan gelang tersebut. "Sepertinya aku tidak sendiri memiliki benda seperti ini." Ia melirik ke pergelangan tangan Arabela, tempat gelang serupa melingkar.
Gelang perak milik pria itu itu memantulkan cahaya redup dari bulan di atas, dan Arabela merasa ada getaran aneh di udara ketika ia melihat ukiran ombak yang menghiasi permukaannya. Mirip... tapi tidak sama dengan miliknya.
"Dari mana kau mendapatkan gelang itu?" tanya Arabela penasaran.
Pria itu mengangkat alisnya, memperhatikan reaksi Arabela dengan rasa ingin tahu yang tersembunyi di balik wajah datarnya.
"Dari seseorang." jawabnya singkat. "Dan bukan urusanmu."
Tatapan mereka bertemu lagi, dan untuk sesaat, keduanya terdiam, mencoba memahami situasi yang aneh ini.
"Namaku Jayck." kata pria itu akhirnya, suaranya rendah namun memikat.
"Dan siapa kau, gadis kecil yang berani dipulau ini sendirian?" Jayck melihat sekeliling pulang kecil itu, dan tampat tidak ada tanda seseorang selain gadis kecil di depannya itu.
Arabela berpikir sembari menatap mata pria aneh di depannya.
'Apa dia manusia?' Pikirnya.
"Aku seorang pengelana, sama seperti kau," jawabnya, mencoba meniru ketenangan pria di depannya. "Kita tampaknya memiliki satu kesamaan."
Jayck menyipitkan mata, menilai Arabela. "Entahlah. Tapi kau terlihat aneh."
Arabela tahu itu adalah peringatan dan bentuk kewaspadaannya, tetapi satu hal yang pasti, datangnya Jayck mungkin adalah sebuah takdir atau ujian selanjutnya.
Arabela meluruskan punggungnya, menampilkan wajah tanpa takut, "Kalau begitu, kenapa kau di sini? Apa kau mencari sesuatu di pulau ini?"
Jayck terkekeh pelan, nadanya tajam namun masih terdengar bersahabat. "Aku tidak memilih untuk datang ke sini. Kapalku yang menyerah pada lautan."
Ia menatap ke arah sisa kapalnya yang terombang-ambing di dekat pantai, lalu kembali memandang Arabela.
"Tapi pertanyaan sebenarnya adalah... apa yang kau lakukan di sini, gadis kecil? Pulau ini tidak berpenghuni kan?"
"Aku... Neris Callen," jawab Arabela setelah berpikir sejenak, ia mengabaikan ejekan halus dari cara Jayck berbicara.
"Dan aku di sini karena... takdir, mungkin." lanjutnya.
"Takdir?" Jayck mengulang kata itu seperti sebuah lelucon. "Takdir biasanya membawa kehancuran bagi orang-orang yang mempercayainya."
Arabela menatapnya tajam. "Lalu apa yang membawamu ke sini? Keputusanmu? Ambisimu?"
Jayck terdiam sejenak, mata gelapnya mengamati Arabela dengan intensitas yang membuat gadis itu sedikit gelisah. Namun, ia tidak menunjukkan kelemahan apa pun.
"Bagaimana jika aku bilang, mungkin keduanya?" jawab Jayck akhirnya, suaranya rendah dan misterius.
Keduanya terdiam, hanya suara ombak yang menghantam pantai mengisi keheningan di antara mereka.
Jayck akhirnya mengalihkan pandangannya ke sisa-sisa kapalnya. "Kapal itu tidak akan bertahan lebih lama lagi. Jika aku ingin keluar dari pulau ini, aku harus memperbaikinya... atau menemukan cara lain."
Arabela mengikuti pandangan Jayck ke kapal besar yang nyaris tenggelam di kejauhan. "Kau tidak akan bisa memperbaikinya sendirian," katanya, setengah mengamati, setengah menawarkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
COTE • Nemoros D'rakestone
Fantasy"Membunuhmu sekarang terlalu mudah," "Biarkan sejarah mencatat kehancuran kerajaan Artrix, di bawah kepemimpinan seorang ratu kecil yang tak berguna. Kau akan hidup Arabela, hidup untuk melihat segalanya hancur." Dengan senyum licik, Lavezox berbal...