Mobil yang Amora tumpangi telah keluar dari zona ramai. Melalui jalan sepi dengan hutan lebat di kedua sisi jalan, sampai akhirnya menanjak menaiki bukit.
Disisi bukit terdapat mansion besar berwarna putih. Mobil melewati gerbang yang otomatis terbuka dan berhenti di depan tangga pintu utama. Jack turun dan membukakan pintu untuk Amora.
"Silahkan nona" Ucapnya sopan nan datar.
Amora turun dari mobil melihat suasana di sekitar yang mencekam. Ada aura mistis di mansion besar ini. Tapi apa pedulinya?! Ia sudah terbiasa dengan itu.
"Mari" Ajak Jack berjalan mendahului.
Jack menuntun Amora memasuki mansion besar itu. Hanya ada beberapa pelayan disana, sekitar tujuh orang. Amora dan Jack sampai di depan sebuah ruangan dengan pintu berwarna hitam.
Tok! Tok!
"Tuan, saya membawa nona muda" Ucap Jack setelah mengetuk pintu.
"Masuklah" Jawab seorang pria dari balik pintu.
Cklek!
Pintu dibuka dari luar oleh Jack, Ia mempersilahkan Amora masuk. Setelahnya membungkuk hormat, menutup pintu dan berjaga di luar ruangan.
Amora terdiam melihat sosok pria yang duduk di sofa single dengan kaki bertumpu. Menatapnya tajam. Amora mengenalnya! Tidak lebih tepatnya Amoorea mengenalnya. Ia adalah sosok besar di dunia bawah.
Hahahaha apa ini?! Ternyata ia memang ditakdirkan untuk selalu bersama dunia bawah. Padahal niatnya, ia ingin lepas dari ikatan dunia bawah. Tapi, ya sudahlah. Nikmati saja.
"Amora?" Panggil pria itu.
"Papa?" Panggil Amora menelengkan kepalanya.
Ia kembali ke sifat awalnya. Sifat Amora kecil dan sifat asli Amoorea yang polos dan manis. Namun jangan tertipu, dia mempunyai sisi lain yang berkebalikan.
"Ya, nak. Kemari!" Ucap Noah Wilder berdiri merentangkan tangannya.
"Papa!" Amora berlari menerjang Noah.
Hangat! Ini adalah rasa yang sudah lama tak Amora rasakan dan rasa yang tak pernah Amoorea rasakan.
"Bagaimana kabarmu selama ini nak?" Tanya Noah pada sang putri.
"Eum? Baik saja" Jawab Amora dengan mulut tersumpal camilan yang diambilnya dari meja.
Ia menyukainya! Camilan kue kering itu!
Ia melepas ransel di punggungnya dan meleparnya ke sofa di sebelahnya. Mengambil piring berisi kue kering itu dan meletakkannnya di pahanya. Dengan kedua kaki yang terayun maju mundur. Mulut tersumpal dan pipi menggembung.
Nampak menggemaskan dimata Noah. Putri kecilnya, yang telah lama tak ia temui secara langsung. Sekarang telah tumbuh besar. Tidak, tidak! Putrinya tetaplah bayi kecil dimatanya. Mau sebesar dan sedewasa apapun dia. Putrinya tetaplah bayi kecil yang harus ia lindungi.
Karena itulah selama sepuluh tahun terakhir setelah berpisah dengan istrinya ia tak pernah menemui putrinya lagi. Semata untuk melindungi putrinya dari musuh-musuhnya. Ia perlu membangun kekuatan untuk melindungi putri kesayangannya.
Dan akhirnya setelah sepuluh tahun perjuangan keringat dan darah telah ia tumpahkan. Sekarang ia menjadi salah satu orang paling berpengaruh di dunia bawah. Ia telah mempunyai pasukan yang kuat untuk menumpas mereka yang ingin mencelakai putrinya.
Meski tak bisa lagi bersama dengan wanita yang ia cintai, tapi tak apa. Putrinya susah lebih dari cukup untuknya. Melihat putrinya tumbuh dengan sehat dan bahagia saja sudah membuatnya puas.
Namun, menurut laporan yang ia terima dari bawahannya, ternyata wanita yang ia cintai alias mantan istrinya memperlakukan putrinya dengan kasar. Sebenarnya kenapa? Kenapa wanita yang dulu sangat baik dan penyayang menjadi jahat dan kasar sekarang.
Apakah itu karena dirinya? Karena identitasnya sebagai pemimpin sebuah organisasi di dunia bawah membuat wanita yang ia cintai membencinya dan juga putrinya?. Sungguh, ia tak apa bila Delisha membencinya. Namun kenapa pula putrinya juga harus di benci oleh ibu kandungnya sendiri!
Hanya karena rupa Amora yang sangat mirip dengannya, Delisha sampai membenci putri yang dulu sangat mereka nanti nantikan. Noah sungguh merasa marah sekaligus kecawa pada Delisha. Bahkan rasa cinta yang dulu ada kini telah ia kubur dalam dalam dilubuk hatinya. Karena ia hanya ingin putri kesayangannya hidup bahagia.
Sembari memperhatikan putrinya yang tengah makan kue kering dengan lahap, Noah termenung.
"-Pa"
"Papa!" Panggil Amora cukup keras.
"Ah, iya? Ada apa nak? " Bingung Noah menatap Amora.
"Tuh" Amora menunjuk seorang pria yang berdiri diambang pintu.
"Ada apa?" Tanya Noah, kembali ke mode serius.
Thomas Jefferson, tangan kanan Noah.
"Ini Tuan" Ucapnya menyodorkan tab nya.
"Jadi AMIGOSH telah kehilangan pemimpin mereka?" Tanya Noah memastikan.
"Benar Tuan, setelah terjadi bentrok di AMIGOSH Levian naik sebagai pemimpin baru. " Jawab Thomas.
"Hmm "
Amora terdiam, matanya berkedip pelan secara berulang. Evan! AMIGOSH! Keparat sialan itu! Amora melampiaskan kekesalannya dengan mengunyah kue kering nya dengan kasar.
AMIGOSH adalah organisasi yang sebelumnya di pimpin oleh Amoorea. Dan sekarang si pengecut itu naik takhta sebagai pemimpin baru?! Huh! Menyebalkan!.
Ingin rasanya ia mencabik cabik tubuh Evan sekarang juga. Ah ia ingat, Evan sudah mati!. Tapi masih ada Levian! Ia bisa masih bisa mencabik cabik tubuh Levian saja!
Tapi ia tak bisa melakukannya sekarang. Nanti sajalah!.
Amora kembali mengunyah kue kering dengan lembut dan perlahan. Melihatnya Noah dan Thomas dibuat bingung dengan tingkah Amora yang sangat cepat berubah suasana hati."Mora" Panggil Noah.
"Ya?" Amora menoleh sekilas lalu kembali fokus pada kue kering nya yang ke 25.
"Apakah kamu mau tinggal bersama papa?" Tanya Noah cemas dan ragu.
Ia meremat tangannya sendiri. Ia takut akan penolakan yang mungkin akan ia dapatkan dari putrinya. Ia tak bisa membayangkannya. Namun ia juga harus mengatakannya. Sebelum mengatakannya, Noah sudah menyuruh Thomas untuk keluar. Ia tak ingin memperlihatkan sosok lemahnya dihadapan bawahannya.
"Baiklah" Jawab Amora tanpa ragu.
"Bisakah kamu pertimbangan la-.. eh?! Kamu setuju?" Tanya Noah bingung.
Sebab ia sudah menduga bahwa Amora akan menolaknya. Dan ia sudah menyiapkan kata-kata bujukan untuk itu. Namun ternyata perkiraan melenceng jauh. Putrinya menerima tawarannya! Artinya putrinya lebih menyayanginya ketimbang ibu kandangnya.
"Heum" Amora mengangguk mantap.
Noah nampak tersenyum lebar dan mengelola napas lega.
"Kalau begitu bagaimana kalau kamu mulai tinggal hari ini juga?!" Tawar Noah antusias.
Amora terdiam dengan pose berpikir.
"Tidak, aku akan tinggal mulai besok. Aku perlu mengemas barang-barang ku" Tolak Amora.
"Tapi Papa bisa membelikan barang-barang yang baru untukmu" Bujuk Noah.
"Tetap tidak!" Tolak Amora keras.
"Ayolah pikirkan lagi... Mora? " Bujuk ragu Noah.
"Kau memaksaku Papa?! " Amora mengeluarkan taringnya.
Tatapannya tajam menatap lurus ke arah Noah. Naoh tersentak, ini kali pertama ia melihat putrinya menatapnya seperti itu. Ia tak menyukainya.
"Baiklah baiklah Papa takkan memaksamu" Pasrah Noah.
"Itu lebih baik" Amora kembali ke mode polos nan manisnya.
SELESAI
Lanjut?