Di jalan sepi menuju Academy Arckles, Amora melihat seorang pemuda dengan seragam yang sama dengannya tengah berkelahi melawan sekumpulan pria besar. Karena mereka menghalangi jalan membuat Amora mau tak mau harus menghentikan laju kendaraan nya.
Ia menekan jam tangannya dan menghubungi Nevin.
"Nevin! Mendekat!" Ucapnya tanpa bantahan.
"Baik" Jawab Nevin di seberang sana.
Nevin menghentikan mobilnya di dekat Amora menghentikan motornya. Lalu turun dan menghadap Amora.
"Kau bisa?" Tanya Amora matanya menatap perkelahian tak seimbang di depan sana.
"Tentu nona" Jawab Nevin.
"Lakukan!" Perintahnya.
"Baik!" Jawabnya tegas lalu mendekati perkelahian itu.
Nevin menghajar dengan brutal pria-pria besar itu dan melemparnya ke pinggir jalan supaya tak menghalangi jalan sang nona.
Amora melajukan kendaraannya lagi, lalu menghentikan nya di dekat seorang pemuda yang terduduk lemas itu. Mengkode dengan jarinya agar pemuda itu mendekat. Melihatnya, pemuda itu berdiri dan menghampiri Amora.
"Ayo!" Ucap Amora.
Pemuda itu menatap bingung dan waspada Amora. Wajah nya lebam lebam dan berdarah di sudut bibirnya. Wajahnya tampan namun masih terdapat keimutan yang tak dapat dihilangkan. Dengan rambut dan mata berwarna coklat.
"Tapi bagaimana dengan me-" Tanyanya sembari menoleh ke belakangnya.
".. reka?" Ia membuka mulutnya saat melihat semua pria berbadan besar telah tergeletak tak berdaya di jalan.
"Cepat! Atau ku tinggal?!" Ancam Amora.
"B-baik" Jawabnya gugup.
"Naik!" Perintah Amora.
"Permisi" Ucap pemuda itu lalu naik ke motor Amora.
"Pegangan!"
"Eh?" Bingung nan gugupnya.
Bruumm!
Motor Amora melaju dengan cepat membuat pemuda itu segera memeluk Amora erat. Pasalnya waktu terus berjalan, Amora yang tak mau terlambat pun melajukan kendaraannya dengan cepat.
_____
Sesampainya di Academy Arckles, Amora memperlambat laju kendaraannya saat di depan gerbang Academy. Dan menghentikannya di parkiran.
"Turun!" Perintahnya datar.
Pemuda yang dibelakang Amora tersentak dan membuka matanya yang semula tertutup. Melihat sekitar, ia telah sampai di Academy dengan selamat. Segera ia turun dari motor Amora.
"Terimakasih" Ucapnya tersenyum tipis pada Amora yang tengah turun dari motonya.
"Bukan apa" Ucap Amora melepas helmnya lalu melangkahkan kakinya menuju kelasnya.
"Anu! Siapa namamu?" Tanyanya sedikit lantang karena langkah Amora yang cepat.
Orang disekitar menatapnya lantaran suaranya yang cukup keras. Amora menoleh tanpa membalikkan tubuhnya.
"Amora" Jawabnya menoleh sekilas, lalu berbalik dan melanjutkan langkahnya lagi.
Pemuda itu terdiam. Sembari berpikir, ia melihat dasi yang tergantung di leher Amora berwarna biru. Jadi Amora adalah murid tahun kedua, kakak kelasnya. Karena ia mengenakan dasi merah, yang berarti ia murid tahun pertama.
Di Academy Arckles setiap kenaikan kelas akan diberikan dasi baru. Untuk tahun pertama memiliki dasi berwarna merah, tahun kedua berwarna biru dan tahun ketiga berwarna hijau.
"Adrian!" Panggil dua orang pemuda mendekati pemuda itu.
"Apa?" Tanya Adrian.
"Ada apa dengan wajahmu?" Tanya pemuda berambut hijau Zayn namanya.
"Benar! Kenapa kamu lama sekali?!" Tanya pemuda berambut pirang, Aidan namanya.
"Aku dihadang musuh ayahku tadi" Jawab Adrian.
"Apa?!" Kaget Aidan.
"Lalu?" Tanya Zayn.
"Untungnya ada kakak kelas yang membantuku, namanya Amora"
"Ooo" Ucap keduanya.
"Ayo ke kelas" Ucap Zayn mendengar suara bel tanda jam pelajaran pertama akan dimulai.
_____
Jam istirahat.
Amora keluar kelas dan berjalan menuju kantin untuk makan siang. Duduk di sudut ruangan yang tak terlalu terkena cahaya sembari memakan makan siangnya.
"Kak Amora" Panggil seseorang mendekat ke meja Amora.
Amora yang belum selesai makan pun hanya diam tak menyahut. Hanya memandang datar si pemanggil yang telah berdiri dihadapkan nya.
"Aku duduk ya?" Tanya Mina ragu.
Amora tak menjawab, ia hanya menoleh sekilas dan mengangguk tipis. Mina pun duduk dan menunggu Amora selesai makan.
"Kenapa?" Tanya Amora selepas menyelesaikan makannya.
"Itu, kata pak Billy pelakunya sudah ketemu, kak Amora sudah bisa melukis lagi." Ucap Mina tanpa menatap Amora.
"Ah, dan juga pak Billy sudah memberikan mereka hukuman. Yaitu tidak boleh melukis selama tiga bulan. Jika melanggar maka mereka tidak akan bisa memamerkan lukisan mereka seumur hidup" Sambungnya lagi.
Diam-diam Amora merasa kurang puas dengan hukuman yang diberikan pak Billy. Ya, meski bagi seorang pelukis hukuman itu sangatlah berat. Namun dari sudut pandang Amora yang tak terlalu mendalami lukisan, itu biasa saja.
"A-aku permisi kak" Ucap Mina berdiri dari dudukan dan bergegas pegi meninggalkan Amora seorang diri.
Melihatnya, Amora hanya menatap datar saja. Lalu mulai memekan makanan penutupnya dengan perlahan.
"Kak Amora!" Panggil seseorang.
"Wahh, beneran kak Amora" Ucapnya lagi sembari mendekati Amora.
"Aku duduk ya kak?" Tanyanya dengan mata berbinar.
"Duduklah" Jawab Amora.
"Hehe makasih, ayo duduk!" Ucapnya, lalu menyuruh dia temannya duduk disebelahnya.
"Tapi, Adrian!" Gelisah salah sorang temannya, Aidan.
"Sudah duduklah" Ucap Adrian memaksa.
Sedangkan seorang temannya yang lain sudah duduk lebih dulu. Menatap Amora lekat, yang tengah menikmati suapan makanan penutupnya dengan anggun.
Amora membuka matanya, tatapannya data, kosong. Zayn tersentak saat Amora menatapnya. Ia segera mengalihkan tatapannya. Amora menatap Zayn dengan sebelah alis terangkat, tanda bertanya'apa?'.
"T-tidak" Jawabnya gugup tanpa menatap Amora.
"Oh iya kak, namaku Adrian. Makasih buat yang tadi pagi ya" Ucap Adrian tersenyum manis menatap Amora. Matanya pun ikut tersenyum tulus.
"Bukan apa-apa" Jawab Amora acuh.
Hening.
Adrian kehabisan topik untuk dibahas dan Amora yang memasang tembok pembatas diantara keduanya. Membuat suasana canggung diantara mereka. Memilih memakan makan siangnya saja, sedangkan Amora tengah membersihkan mulutnya dengan sapu tangannya selepaa menghabiskan makanan penutupnya.
SELESAI
Lanjut?