Amoorea adalah putri dari seorang pemimpin mafia besar, sekaligus buronan yang paling dicari para penegak hukum. Dia mendidik putri satu-satunya dengan keras bahkan sangat keras. Ia sampai tak memberi kasih sayang seorang ayah pada putrinya.
Namun itu adalah hal biasa di dunia bawah. Meski mereka berhubungan dara, tak membuat mereka merasakan kasih sayang satu sama lain. Cara mendidiknya yang terlalu keras membuat Amoorea membencinya.
Amoorea membunuh ayah kandungnya dengan tangannya sendiri. Dan ia pun naik pangkat menduduki posisi ayahnya sebagai pemimpin baru. Namun, baru tiga tahun ia menjabat sebagai pemimpin, malah terjadi bentrok di dalam organisasi yang dipimpinnya.
Padahal dulu saat masa ayahnya menjabat mereka tak berani untuk bertindak. Harusnya mereka membelot saat ayahnya masih menjabat sebagai pemimpin. Karena ayahnya kan lebih kejam pada para bawahannya. Bukannya malah membelot padanya.
Amoorea tak menyadari bahwa dirinya lebih kejam dan tak manusiawi dari ayahnya. Sifat nya itulah yang membuat para bawahannya memberontak padanya. Semakin tersudut seekor tikus, ia akan melakukan segala cara untuk terlepas dari situasi itu.
Dan itu terjadi pada masa kepemimpinan Amoorea. Ia terlalu banyak memberi tekanan pada para bawahannya, membuat mereka terjepit dan semakin tersudut. Mereka hanya mempunyai satu cara untuk lepas dari situasi itu. Yaitu, memberontak!
Bahkan sampai sekarang Amoorea tak tau alasan mereka memberontak padanya. Padahal harusnya mereka tau, jika melawannya maka akan ada lautan darah yang muncul.
Ternyata Amoorea atau sebut saja Amora terlalu lama termenung sembari berdiri di halaman Academy. Aura di tubuhnya terasa mencekam, karena ia memikirkan kembali saat-saat dirinya membuat lautan darah dan saat tubuhnya bermandikan darah para pembelot.
Selesai dengan renunganya, Amora melanjutkan langkahnya dan menghilangkan aura mencekam disekitar tubuhnya. Melanjutkan langkahnya menuju kelas yang akan ditempatinya.
Amora memasuki kelas yang masih sepi, hanya ada beberapa murid yang sibuk dengan aktivitas nya masing-masing. Ia menarik kursi di belakang, namun tak terlalu belakang karena masih ada satu kursi dibelakangnya.
Amora membuka jendela kaca di sebelahnya. Lalu menarik tirai untuk menghalangi cahaya matahari yang menyilaukan mengenainya. Duduk bersandar sembari mendengarkan musik lewat earphonenya.
Menikmati semilir angin pagi yang terasa sejuk, melambaikan tirai pendek yang menghadang angin. Akhirnya setelah sekian lama, Amoorea merasakan apa itu kedamaian.
Hidup di dunia yang bisa mati kapan saja membuat Amoorea terbiasa bersikap waspada terhadap semua orang. Amora diam-diam mengabadikan momen ini lewat smartphone nya. Ia memotret dirinya sendiri tanpa menatap kamera ponselnya. Dengan memposisikan ponselnya di samping tubuhnya. Mencoba membuatnya seakan bukan ia sendirilah yang memotretnya.
Ckrek!
Suaranya tak terlalu keras, sehingga penghuni kelas yang lain tak mendengarnya. Amora membuka matanya, dan melihat hasil nya. Lumayan!
Amora kembali memejamkan matanya dan mendengarkan musik dengan tenang. Menikmati kedamaian yang dulu tak pernah sempat ia rasakan. Dulu sewaktu menjadi Amoorea, tidak ada tpat untuknua bersantai, hidupnya hanya dipenuhi kekerasan dan darah.
Ayahnya memaksanya berlatih dengan teramat keras. Jika ia menolak atau membantah ia akan dihukum hingga berdarah-darah. Sampai akhirnya ia muak, dan membunuh ayahnya dengan tangannya sendiri.
Namun setelahnya ia malah semakin sibuk menggantikan posisi ayahnya yang setiap harinya harus selalu waspada akan serangan musuh. Padahal yang seharusnya ia waspadai adalah orang-orang yang ada disekitarnya.
Sialan! Rasanya ia ingin membabat habis kepala mereka semua yang telah berani membelot padanya!.
Tanpa sadar, Amora mengeluarkan aura membunuhnya yang teramat pekat. Kelas yang semula sepi, kini telah ramai. Mereka menahan sesak akan suasana mencekam yang dibuat Amora.
Amora tersadar, segera menghilangkan aura mencekam disekitar tubuhnya. Ia menatap sekeliling, dimana semua orang dikelas menatapnya takut. Mereka segera mengalihkan pandangan saat bersitatap dengan Amora.
Dibalik wajah datarnya, Amora menatap bingung sekitarnya. Aneh! Ini aneh! Semua orang menghindari Amora!. Dan sepertinya mereka telah melakukannya untuk waktu yang lama. Bahkan sampai para guru yang mengajar pun merasa segan dengan Amora.
Apakah Amora sungguh putri seorang mafia? Kenapa tak ada ingatan apapun tentang itu?! Haruskah ia mencari tau? Tapi nanti sajalah, ia malas.
Sepertinya bukan hanya Amora saja yang dihindarj orang-orang. Seorang pemuda beraura gelap yang duduk dibelakang Amora pun juga dihindari orang-orang. Amora tak keluar kelas saat jam istirahat tiba, ia makan bekal yang disiapkan Sera tadi pagi. Sedangkan pemuda dibelakangnya tidur dikelas.
Sampai akhirnya jam pulang pun tiba. Amora berjalan keluar gedung Academy Arckles (dibaca Arkles). Sesampainya di gerbang depan, seorang pria berbadan besar menghampiri Amora.
"Selamat siang nona" Sapanya membungkukkan tubuhnua dihadapan Amora.
"Siang"Jawab Amora waspada.
Orang-orang di sekitar menghentikan aktivitas nya dan mengalihkan pandangannya menatap Amora.
"Ayah anda tengah menunggu anda nona" Ucap Pria besar itu.
"Apakah itu Freddy Abkala?" Tanya Amora.
Pria besar itu mengernyitkan keningnya bingung. Lalu ekspresi nya berubah datar semula, seakan menyadari sesuatu.
"Bukan nona, beliu adalah ayah kandung nona" Ucapnya lagi.
Amora terdiam dengan dahi berkerut. Ia mendapat ingatan tentang ayah kandung Amora dan orang-orang disekitar ayah kandungnnya. Termasuk pria besar di depannya yang bernama Jack.
"Baiklah" Jawab Amora.
Laku Jack menuntun Amora ke sebuah mobil hitam yang mengkilap. Orang-orang disekitar segera berbisik bisik membenarkan rumor bahwa Amora adalah putri seorang mafia.
Jack membukakan pintu belakang untuk Amora. Setelah Amora masuk dan duduk, Jack menatap tajam sekumpulan murid yang menatapnya dan nonanya. Segera orang-orang membubarkan diri ketakutan.
Setelahnya Jack masuk ke mobil dan duduk di kursi pengemudi. Mobil pun melaju cepat membelah jalanan yang ramai.
Drrt!
Sebuah getaran kecil berasal dari saku jas Amora. Ia merogoh sakunya dan mengambil ponselnya. Sebuah pesan masuk dari sopir yang mengantarnya pagi pagi.
Dia berkata bahwa ban mobilnya bocor karna melindas paku di jalan. Sehingga tak bisa menjemput Amora. Amora membalasnya dengan berkata bahwa ia akan pulang telat karena ada urusan, jadi tak perlu menjemputnya.
"Itu kau kan?" Tanya Amora menatap lurus ke depan.
"Apa maksud anda nona?" Tanya Jack tanpa menoleh.
"Paku di jalan" Jawab Amora dingin.
"Itu bukan saya, itu orang lain" Jawab Jack tenang.
Ia sudah biasa dengan suara dingin dan aura mencekam milik tuannya, jadi untuk aura sang nona ia juga harus bisa terbiasa.
"Cih!" Amora berdecih lirih.
Ia yakin pasti orang lain yang dimaksud Jack adalah rekan dari Jack. Itu pasti dilakukan supaya sopir itu tak bertemu dengan Jack dan melaporkan nya pada Freddg Abkala.
Amora diam dan melihat ke sisi jalan mengamati dan mengingat jalur yang dilewati.
SELESAI
Lanjut?